Blog SABDA
6Aug/182

Hasil Belajar: “Tantangan Mendidik Anak pada Era Digital”

Oleh: Santi

“Teladan berbicara lebih kuat daripada ribuan kalimat.” Pesan ini masih membekas dalam hati saya, dan memang harus diakui bahwa hal ini benar. Baik sebagai orang tua, guru, maupun pemerhati anak, pesan ini berlaku bagi kita semua dalam mendidik anak-anak. Akan sangat tidak bijaksana jika kita menuntut anak untuk melakukan ini-itu atau melarangnya berbuat ini-itu, tetapi kita, sebagai orang tua, malah melakukannya, bahkan di depan mereka. Oops, sebelum saya lebih menggebu-gebu lagi melanjutkan topik ini, saya akan menceritakan latar belakang di balik tulisan saya ini … tenang saja, tidak akan panjang kok. 🙂

Sabtu, 28 Juli 2018, saya dan Ody hadir di seminar parenting “Tantangan Mendidik Anak pada Era Digital” di Graha Anugrah, Surakarta. Seminar dimulai pukul 08.30 WIB yang dibuka dengan menyanyikan lagu pujian dan doa pembukaan, lalu dilanjutkan dengan pembahasan topik seminar oleh Ibu Vik. Mercy Matakupan, S.Th. selaku pembicara seminar. Beliau adalah seorang guru sekolah minggu dan pelayan Tuhan yang aktif dalam bidang parenting. Seminar ini terbagi menjadi 2 sesi; sesi 1 untuk mengenal generasi digital dan sesi 2 membahas tantangan mendidik anak pada era digital. Selama penyampaian materi, Ibu Mercy selalu menggunakan contoh-contoh nyata yang pernah beliau alami/temui ketika mengajar sekolah minggu ataupun mendidik anaknya.

Lanjut ke topik lagi ya. 🙂 Mendidik anak pada era digital tidak mudah, ada banyak tantangan. Namun, orang tua/guru SM jangan melihat tantangan dari sisi era digitalnya saja, tetapi perlu disadari bahwa pada dasarnya kita adalah orang berdosa, dan anak kita juga orang yang berdosa. Kita tidak bisa mendidik dan menolong anak kita sendirian, kita perlu pertolongan Tuhan. Bahkan, sebelum kita menuntut anak-anak kita, Tuhan akan mengubahkan kita terlebih dahulu. Tujuan Tuhan bukan menjadikan kita orang tua yang berbahagia, tetapi menjadikan kita serupa dengan Kristus.

Sejak dahulu, esensi dosa adalah sama (tidak suka Tuhan, tidak taat, tidak suka firman Tuhan), tetapi kemasannya berbeda-beda. Pada era digital ini, kemasan dosa sangat menarik, bahkan sampai membuat anak-anak kecanduan. Mulai dari film, iklan, lagu, permainan, sampai musik, memberikan hiburan bagi anak-anak dan menjadi cara dunia merampas hati mereka. Lebih parahnya lagi, semuanya ini tidak menjadi hiburan belaka, tetapi menjadi sebuah budaya — budaya hiburan, pop culture. Dalam mendidik anak, orang tua harus menyadari bahwa anak yang mereka didik saat ini merupakan bagian dari generasi yang lebih suka hiburan daripada didikan; generasi yang lebih suka menonton daripada mendengarkan; generasi yang cepat puas, cepat bosan, tidak suka proses, egois; dan generasi menunduk (karena selalu melihat smartphone). Ini adalah suatu peperangan rohani yang harus kita sadari. Secara tidak langsung, ada penghancuran karakter, moral, iman, melalui berbagai hal yang ditawarkan dunia ini, khususnya melalui hiburan dan kenyamanan yang disajikan. Karena itu, mendidik anak adalah suatu peperangan rohani. Lalu, bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak pada era digital?

1. Orang tua mengisi kebutuhan rohani anak.
2. Mengembalikan sistem nilai yang rusak.
3. Menjadi teladan.
4. Disiplin dalam kasih dan konsistensi.
5. Mencari waktu terbaik untuk berbicara dengan anak.
6. Melibatkan anak dalam kegiatan sosial/bersama.

Ingat! Kita tidak bisa mengerjakannya sendirian. Kita memerlukan pertolongan Tuhan dan harus rela mengajarkan kebenaran kepada anak secara berulang-ulang (Ulangan 6:6-9). Pelajaran penting yang saya peroleh adalah orang tua harus memiliki visi dan meminta belas kasih kepada Tuhan supaya ketika mendidik anak-anak, orang tua tahu ke mana akan membawa mereka bertumbuh. Kiranya tulisan ini menjadi berkat bagi kita semua. Terpujilah nama Tuhan.

Santi

Tentang Santi

Santi Lestari telah menulis 55 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (2) Trackbacks (0)
  1. Tulisan yang sangat memberkati . Saya belajar jadi orangtua ang baik untuk masa akan datang. Terimakasih untuk pertanyaan yang dipaparkan, ini menjado refleksi bagi diri saya secara pribadi.

  2. Memberkati sekali sharingnya. Semoga semakin cerdas dalam mendidik anak di era digital. Tuhan memampukan.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.