#Ayo_PA di PPA Sorogenen: PA untuk Generasi Digital
Oleh: Ayu*
Pada bulan Mei 2016, YLSA mulai mencanangkan gerakan #Ayo_PA. Gerakan ini bertujuan untuk menolong remaja dan pemuda Kristen menggunakan gadgetnya dengan benar, terutama untuk belajar firman Tuhan. Kegiatan pertama gerakan #Ayo_PA dilakukan dalam bentuk presentasi dan pelatihan singkat untuk melakukan PA dengan gadget kepada remaja di PPA GKI Sorogenen, Surakarta, pada tanggal 2 Mei 2016.
Acara di PPA GKI Sorogenen diprakarsai oleh Ibu Tutik, mentor PPA GKI Sorogenen. Beliau rindu agar anak-anak didiknya menggunakan gadget untuk memuliakan Tuhan dan mendalami firman-Nya. Kerinduan itu akhirnya disampaikan kepada YLSA dalam bentuk undangan untuk mempresentasikan tentang “PA untuk Generasi Digital” kepada anak-anak remaja di PPA GKI Sorogenen. Hal ini menjadi kesempatan bagi SABDA untuk memulai kegiatan #Ayo_PA untuk pertama kalinya.
Sebelumnya, kami membentuk satu kelompok yang ditugaskan merancang konsep acara dan presentasi yang akan disampaikan. Meski topik ini tidak asing bagi kami, tetapi ini kali pertama kami harus menyampaikannya kepada anak-anak remaja. Saya bersyukur, sebab meskipun saya masih baru, tetapi saya mendapat kesempatan untuk terlibat juga dalam pelayanan ini. Dari kelompok tersebut, kami menghasilkan outline presentasi, power point presentasi, infografis metode PA S.A.B.D.A, dan bahan-bahan pendukung lainnya. Teman-teman yang terlibat dalam kelompok ini adalah Hilda, Ariel, Amidya , Santi , Ibu Yulia, Harjono, Evie, dan saya sendiri.
Setelah melakukan dua kali latihan presentasi, pada tanggal 2 Mei 2016, berangkatlah saya, Evie, Ariel, dan Hilda ke GKI Sorogenen. Hari itu, saya mendapat tugas membuat dokumentasi dan operator, Hilda sebagai pemandu acara, Ariel untuk presentasi sesi satu, dan Evie untuk presentasi sesi dua. Karena tiba lebih awal di lokasi, kami punya banyak waktu untuk mempersiapkan tempat dan memberi tambahan informasi dalam file power point. Kami juga membuat satu slide tambahan yang menampilkan nama-nama aplikasi belajar Alkitab yang harus diinstal di HP peserta. Saya dan Ariel juga sudah siap dengan aplikasi-aplikasi di HP kami. Jika ternyata paket data dan wifi tidak bisa digunakan oleh peserta, kami masih bisa melakukan transfer file dengan bluetooth.
Sekitar pukul 14.50, kami sudah selesai menata ruangan dan produk SABDA. Akan tetapi, masalah muncul ketika kami mencoba menembakkan proyektor, tampilan PowerPoint tidak begitu jelas karena layar bersaing dengan cahaya dari jendela. Lalu, kami sepakat menggunakan LCD Projector yang kami bawa dari kantor dan menembakkan ke tembok yang tidak berdekatan dengan jendela. Kami juga terpaksa mengubah seluruh tatanan kursi agar peserta dapat melihat materi presentasi dengan baik. Dalam waktu singkat, layout ruangan yang baru sudah terbentuk. Nice teamwork!
Banyak dari peserta yang datang masih memakai seragam sekolah. Mereka berasal dari beragam Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Sekitar pukul 15.35, acara dibuka oleh Kak Glen dari PPA dengan doa. Tim SABDA kemudian memulai acara dipimpin oleh Hilda dengan memperkenalkan tentang SABDA dan tim yang datang saat itu. Kemudian, acara dilanjutkan dengan presentasi sesi pertama, yaitu presentasi mengenai “Generasi Digital” yang disampaikan oleh Ariel. Sesi pertama ini cukup menarik perhatian peserta karena peserta diperhadapkan dengan kondisi dan kebiasaan mereka sehari-hari sebagai digital native.
Slide tentang checklist “Are you a digital native” berhasil menarik perhatian peserta, dan berbagai respons pun bermunculan. Mulai dari senyum kecut, lirik kanan-kiri, sampai tertawa lebar. Selain menunjukkan pada peserta posisi mereka sebagai digital native, dalam sesi pertama ini peserta diingatkan tentang status mereka sebagai anak muda Kristen, sembari menjelaskan korelasi kedua hal tersebut. Wajah-wajah serius mulai bermunculan, apalagi saat diputarkan video tentang “Gadget vs Me” yang mengisahkan tentang pemuda yang masih selalu tergoda membuka akun media sosial saat ibadah berlangsung. “Yeah, we got the point!” Mereka mulai menyadari posisi mereka sekarang.
Kemudian, untuk mencairkan suasana, Hilda mengadakan “ice breaker” dengan meminta peserta menyusun potongan kertas yang berisi kata-kata dari ayat 2 Timotius 3:16 (AYT), dan meminta mereka mengirimkan ayat yang dimaksud melalui SMS ke Hilda. Ruangan mulai riuh, wajah-wajah tegang sebelumnya mulai mencair, diganti dengan rasa ingin tahu khas remaja. Suasana menjadi semakin riuh ketika mbak Evie memberitahukan cara yang sangat gampang dan cepat yang tidak mereka pikirkan, yaitu dengan menyalin ayat tersebut dari aplikasi Alkitab tanpa perlu mengetiknya. Wah, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh mereka. “What a smart thing to start the second session“, yang kontennya memang lebih berat.
Sesi kedua fokus pada pentingnya Pemahaman Alkitab (PA) dan cara-cara melakukannya di era digital ini. Sesi yang menurut prediksi saya akan berat dan membosankan bagi peserta ini ternyata berjalan lancar. Mbak Evie lebih tampil “all out” pada saat presentasi live dibanding pada saat latihan. Mencoba untuk membangun komunikasi dua arah dengan peserta ternyata cara yang sangat membantu peserta untuk tetap fokus. Dalam sesi ini, ditampilkan berbagai metode PA yang dapat dilakukan anak muda Kristen dengan medsos maupun gadget mereka. . Ada metode Anda Punya Waktu, Walking With God , dan metode S.A.B.D.A (Simak, Analisa, Belajar, Doa dan Diskusi, Aplikasi). Dengan melakukan simulasi menggunakan metode S.A.B.D.A, peserta dapat mengalami langsung bagaimana teknologi yang ada dalam gadget mereka dapat menolong mereka untuk memahami firman Tuhan. Dengan memahaminya, mereka dapat melakukannya dalam hidup sehar-hari. Meski hanya beberapa peserta yang membawa HP saat presentasi kemarin, kami berharap “cheatsheet” (berisi sumber-sumber bahan Kristen yang dapat diakses dengan gadget) yang kami bagikan dapat menolong mereka setelah pulang dari acara tersebut untuk melakukan PA dengan cara yang fun dan praktis dengan gadget mereka. Dengan begitu, para remaja ini akan semakin bertumbuh dengan benar di masa mudanya.
Doa penutup dari Ibu Tutik menutup pertemuan kami sore itu. Sebuah doa yang luar biasa menginspirasi saya secara pribadi, yang mengingatkan bahwa apa yang Tuhan taruh dalam hidup saya bisa dipakai untuk kemuliaan-Nya. Ini adalah pengalaman pertama saya untuk turut serta dalam pelayanan yang dilakukan SABDA. Sebuah pengalaman luar biasa yang memberi pelajaran tentang pentingnya teamwork untuk bekerja dengan “passion” dan kasih. Selain itu, kami juga dapat melihat dan merasakan bagaimana Tuhan menolong kami di setiap proses persiapan dan selama acara berlangsung.
Salam IT 4 God. Can’t wait for the next event.
Cetak tulisan ini
Leave a comment