SABDA dalam YMC Wonogiri: Menyulut Semangat Bermisi
Pada bulan Desember 2015, SABDA bersama Pak Hagai Kuncoro dan kawan-kawan Tim Iota terlibat dalam pelayanan Youth Mission Conference (YMC) di Sekolah Tinggi Agama Kristen Bina Muda Wirawan di Wonogiri. YMC bertujuan untuk mendorong para pesertanya memikirkan lebih dalam bagaimana menghidupi Amanat Agung Yesus Kristus, yaitu memberitakan Injil Mat. 28:16-20 dalam seluruh aspek hidup mereka. Saya dan Hilda mewakili SABDA dalam pelayanan ini.
Saya dan Hilda diutus oleh SABDA untuk mengikuti acara tersebut, baik sebagai fasilitator maupun peserta. Kami dan teman-teman Iota tiba di STAK BMW Wonogiri pada hari Minggu, 20 Desember 2015. Tempatnya terisolasi dari jalan raya. Kami masuk dan melihat bagian dalam griya, sangatlah luas; satu kawasan ini dipakai untuk kuliah, ibadah, tempat tinggal, dapur, dan keperluan lainnya. Kami disambut oleh Ibu Dorsila, kepala sekolah BMW, beserta para murid dengan ramah. Mereka pun dengan sigap memandu kami dan menyiapkan teh walau tengah sibuk membersihkan griya. Suatu tempat yang cocok untuk membentuk pelayan-pelayan Tuhan.
Sore harinya, acara YMC dibuka dan dimulai dengan tantangan. Hujan deras muncul dan menghalangi kehadiran peserta YMC sampai setengahnya. Booth SABDA pun jadi agak sepi, hanya segelintir orang yang melihat, itu pun sebentar saja dan berlalu karena semua tengah sibuk mempersiapkan acara. Suasana yang “dingin” ini kemudian menjadi hangat karena mahasiswa STAK BMW menampilkan tarian Fame’e Afo & Maena, tarian tradisional Nias untuk menyambut tamu. Kesan energik dan ramah dari tarian segera menghinggapi para peserta dan membuka semangat sepanjang ibadah berlangsung. Serangkaian hamba Tuhan yang menjadi pembicara, termasuk Pak Hagai, segera membawakan materi mereka mengenai misi pelayanan Kristen. Mereka banyak berbagi soal sejarah gereja, kelompok doa, dan pelayanan ke suku-suku terabaikan. Para pembicara mendorong kita untuk memikirkan penginjilan secara global dan melihat komunitas-komunitas yang belum tersentuh oleh Injil. Visinya luas, tetapi contoh yang dibawakan sangatlah membumi, seperti membuka kursus, berelasi dengan tetangga, atau menjadi TKI untuk menjangkau sesama TKI.
Setelah sesi pertama selesai, booth SABDA menjadi super ramai. Banyak peserta yang penasaran pada bahan-bahan pelayanan, seperti Alkitab Audio , DVD Anak, dan SD Card Konseling, Anak, dan Dengar Alkitab. Banyak di antara mereka adalah anak muda, digital native, yang juga melayani di gereja sebagai pengurus, guru sekolah minggu, ataupun guru agama. Mereka sangat senang melihat bahan-bahan pelayanan tersedia dalam bentuk digital yang familiar bagi mereka; sampai ada yang bertanya, “Kak, CD Alkitab bahasa daerahnya boleh saya ambil semua? Siapa tahu suatu saat saya melayani seluruh Indonesia.” Wah, hati para peserta tampaknya sangat terbakar oleh semangat, tetapi kita tidak langsung mengiyakan agar dia dapat memperoleh bahan yang tepat sesuai pelayanannya.
Saya dan Hilda banyak ngobrol dengan para peserta, khususnya dengan teman-teman yang telah dekat semenjak KIN Jakarta 2015 kemarin. Peraturan dalam BMW ketat, mulai dari jadwal bangun tidur, kebersihan setiap hari, dan pemakaian HP hanya pada akhir pekan. “Tunggu … hanya pada akhir pekan? Wah, tidak bisa ini,” pikir saya. Lalu, saya segera berkomunikasi dengan Ibu Dorsila, meminta izin supaya murid-muridnya diperbolehkan memakai HP mereka di luar jadwal, sebab sesi pelayanan SABDA akan melatih para peserta untuk melayani dengan hp mereka. Syukur, Ibu Dorsila menyetujui. Kemudian, kami pun segera menginstalkan aplikasi Alkitab & Alkitab Audio ke hp mereka.
Besok harinya, hari kedua YMC dimulai. Sesi-sesinya menjelaskan misi dengan lebih praktikal, seperti doa, kepemimpinan, dan pengabaran Injil dalam bermisi. Bagian SABDA adalah teknologi, dengan menyajikan sesi “Aplikasi Teknologi dalam Bermisi”. Sesi yang berlandaskan visi gerakan Apps4God (link blog) dibawakan oleh Hilda. Ia memaparkan kondisi zaman yang saat ini adalah zaman digital yang serba terbuka, efisien, dan luas. Akibatnya, banyak orang yang menghabiskan banyak waktu dengan teknologi seperti games, sosial media, bahkan pornografi. Semua itu digunakan hanya untuk hiburan dan kepuasan diri saja. Anak-anak Tuhan didorong agar dapat memanfaatkan teknologi dalam melayani dan memuliakan Tuhan , juga menjangkau “unreached people” yang masih terjerat dengan jebakan zaman digital.
Setelah sesi SABDA selesai, sesi kapita selekta berlangsung dalam tiga bagian, yaitu olahraga, pelayanan suku, dan teknologi. Saya membawakan sesi teknologi kapita selekta. Dalam sesi ini, saya menjelaskan praktik penggunaan teknologi dalam pelayanan, khususnya teknologi informasi. Berbagai pelayanan yang dapat dilakukan dengan HP, misalnya menggunakan Alkitab audio untuk bahan komunikasi kepada setiap suku, konseling praktis berbagai topik dengan menggunakan bahan telaga, ataupun renungan harian mobile untuk saat teduh di mana saja. Respons peserta cukup unik dan berpikir lebih jauh; salah satunya berniat untuk membuat radio rohani berbahasa Nias di tempat asalnya. Saya sangat mendorongnya untuk itu.
Pengetahuan, keuletan, dan komitmen, inilah tiga mutiara hikmat yang saya dapatkan dalam YMC Wonogiri ini. Sepanjang melayani teman-teman BMW, saya juga dilayani melalui materi-materi YMC yang terdengar ketika menjaga booth. Saya belajar memahami hidup Kristen untuk bermisi lebih intens dan luas sesuai dengan kejelasan visi dari Tuhan. Saya dan Hilda senang bisa mengenal panitia dan para peserta. Kami menjadi bagian dari mereka, sebagai sesama anggota tubuh Kristus yang melayani Tuhan dan sesama.
Cetak tulisan ini
Leave a comment