Blog SABDA
16Oct/151

Sarasehan Komunitas Penulis di YLSA: Menulis Kreatif

Oleh: Puji*

Bagi sebagian orang, menulis menjadi salah satu aktivitas yang sulit dilakukan. Sebenarnya, menulis bisa dilakukan oleh siapa saja. Kita bisa memulainya dengan menulis hal sederhana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari; pekerjaan, aktivitas belajar di sekolah atau di kampus, menulis hubungan persahabatan dengan teman, kejadian-kejadian lucu yang kita alami, menuliskan keindahan alam yang kita bisa nikmati sepanjang hari, dan lain sebagainya. Banyak sekali alasan yang dikemukakan apabila kita yang tidak terbiasa menulis diminta untuk menuliskan sesuatu. Salah satu alasan adalah tidak adanya ide atau gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan. Hal ini pun pernah saya alami ketika saya mulai belajar menulis. Pikiran saya terkadang seolah membeku sehingga tidak ada ide atau gagasan yang keluar, dan membuat saya sering kali menyerah untuk menulis.

Ide atau gagasan menjadi hal penting dalam menulis. Hal ini senada dengan pemaparan yang diberikan oleh Bapak Purnawan Kristanto dalam acara Sarasehan Penulis dan Pelanggan Publikasi yang diselenggarakan Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) pada tanggal 14 Oktober 2015 dengan tema “Menulis Kreatif”. Beliau juga memaparkan bahwa hal terpenting yang akan menjadi motor penggerak atau bahan bakar agar kita bisa terus-menerus menulis di tengah tantangan dan kesulitan yang akan ditemui adalah “writing with vision” (menulis dengan visi). Visi adalah tujuan yang mau dicapai. Setiap orang perlu memiliki visi dalam menulis. Bila tidak ada visi, ibarat motor tanpa bahan bakar, bisa berjalan, tetapi perlu tenaga ekstra untuk melakukannya. Kita akan membuang waktu dan tenaga, menjadi kelelahan, dan hasilnya pun tidak maksimal. Oleh karena itu, penting bagi kita yang mau terjun ke dunia tulis-menulis untuk menetapkan visi.

Selain visi, kita harus menetapkan waktu untuk berlatih secara rutin agar bisa menghasilkan tulisan yang semakin berbobot dan bisa dinikmati. Perlu dijadwalkan dalam agenda harian atau mingguan kita. Kemudian, bacalah artikel-artikel di koran atau majalah untuk menambah wawasan kita. Kurangnya wawasan dan pengetahuan sering kali membuat kita macet dalam menulis. Karena itu, kita juga perlu menyisihkan waktu 10 — 15 menit per hari untuk membaca koran atau majalah. Penambahan wawasan juga bisa kita lakukan dengan terus mengikuti perkembangan berita, baik melalui media televisi maupun internet.

Apabila kebiasaan menulis mulai muncul, kita bisa menulis hal-hal umum di sekeliling kita. Kita perlu belajar dari penulis lain, bacalah tulisan-tulisan dari penulis yang Anda idolakan. Anda bisa meniru gaya penulisannya. Kemudian, buatlah tulisan yang memiliki ciri khas, yang akan membedakan tulisan Anda dengan mereka. Anda juga bisa mengembangkan kemampuan menulis dengan memperbanyak diksi/pilihan kata melalui membaca sehingga kosakata Anda semakin kaya dan cara penuturan tulisan juga berbeda. Carilah bidang khusus yang Anda geluti, lalu tulislah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang itu. Tekuni secara konsisten sampai Anda benar-benar mahir dalam menuliskan segala sesuatu tentang bidang tersebut. Lalu, pikirkanlah untuk menuliskan hal unik tentang bidang tersebut.

Dalam perjalanan menjadi penulis, kita akan menemukan berbagai macam tingkat kesulitan. Beberapa hal ini mungkin perlu diperhatikan. Terjun ke dunia tulis-menulis tidak boleh sembarangan dilakukan. Pertama, kita juga perlu menemukan hal itu sebagai panggilan yang memang ditaruhkan Allah dalam hati kita, sesuatu yang menjadi beban hati, dan kita terus membawanya ke dalam situasi, kondisi, dan pengalaman yang memperlengkapi kita untuk menjadi penulis. Sebab, kita percaya bahwa Allah memberikan kepada setiap kita panggilan khusus, termasuk panggilan menjadi penulis. Kedua, tulisan yang kita buat akan mendokumentasikan ide dan gagasan kita sehingga tidak hilang begitu saja. Namun, bisa dibaca oleh banyak orang dari bebagai generasi dan nilainya kekal. Ketiga, “writing with passion”, menulislah berdasarkan panggilan khusus tersebut.

Selama menyampaikan materi tentang bagaimana menulis kreatif, Beliau menyampaikan materi dengan diiringi latihan secara langsung kepada peserta. Kami diminta untuk menuliskan visi atau tujuan apa yang mau kami capai beberapa waktu ke depan dan menuliskan juga apa yang mau dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Lalu, menuliskan apa yang menarik yang ada dalam diri kami. Bisa dengan memikirkan apa saja yang dikatakan orang lain mengenai kita atau apa yang ada dalam pikiran kita sendiri. Hal-hal itu bisa menjadi bahan untuk kita tuliskan nantinya. Setelah itu, kami diberi latihan untuk menggabungkan dua cerita yang berbeda ide menjadi cerita yang memiliki benang merah, utuh, dan menarik sehingga cerita tersebut bisa berkembang dan dinikmati. Setelah kami berpikir keras menemukan benang merahnya, hasilnya menakjubkan. Ternyata, bila kita mau berpikir dan kreatif, pasti hasilnya baik.

Pisau akan menjadi tumpul bila tidak digunakan dan diasah. Demikian pula dengan kemampuan menulis akan hilang bila tidak dilatih dan digunakan dengan terus-menerus.

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 195 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (1) Trackbacks (0)
  1. Mendapat wejangan menulis yang wow, salah satunya “menulis bebas”. Hihihi


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.