Blog SABDA
21Apr/1015

Dunia Penerjemahan di YLSA

Pada tanggal 20 Januari 2010, saya melangkahkan kaki pertama kali di YLSA dengan 1.001 rasa. Saya senang menjumpai suasana baru serta berkenalan dengan teman-teman baru di kantor. Masih jernih di ingatan saya mendengar sebuah guyonan dari salah seorang senior di YLSA yang ditujukan untuk saya, “Sudah siap untuk disiksa?” Menanggapi guyonan tersebut, tentu saja saya tertawa. Sebenarnya, di balik tawa itu ada satu rasa yang lebih kental dari rasa-rasa lainnya: rasa penasaran mencicipi dunia kerja sekaligus pelayanan purnawaktu. Nah, setelah lewat 3 bulan, rasa penasaran saya pun terjawab.

Walaupun baru 3 bulan, tapi saya sudah mendapat banyak pelajaran berharga saat bergelut sebagai penerjemah. Bagaimana tidak, saya bekerja dengan editor-editor “perfeksionis” yang menantang saya untuk meningkatkan tata bahasa, diksi, komposisi baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Di universitas, saya mengenyam ilmu bahasa Inggris; tapi, untuk menjadi penerjemah, pemahaman bahasa asing saja belum cukup, penerjemah perlu lebih mengakrabkan diri dengan bahasa Indonesia agar bahasa terjemahan terdengar wajar. Untungnya, perpustakaan YLSA menyediakan berbagai macam bacaan yang yahud termasuk tentang dunia kebahasaan.

Selain itu, saya juga dilatih untuk menerjemahkan artikel dengan lebih akurat dan teliti. Para senior saya bercerita, “Konon, jika penerjemah melakukan 3 biji kesalahan, maka naskah terjemahan akan dikembalikan ke penerjemah untuk diedit ulang.” Walaupun terkadang jadi paranoid, saya merasa tuntutan ini bisa mengobati penyakit pelupa saya :). Jujur saja, kalau tidak ada “tekanan-tekanan” positif dari “guru- guru” di YLSA, mungkin saya akan melewatkan berbagai kesempatan emas untuk mempelajari seluk-beluk penerjemahan.

Like cycling, translating is a matter of habit.” Selain secangkir kopi, kutipan itulah yang menghibur saya di kala tumpukan kertas atau buku menggunung di meja kerja. Alih-alih mengeluh, bukankah lebih baik saya meracik secangkir kopi dan merampungkan pekerjaan satu per satu? Menyenangkan rasanya — mendaki gunung tumpukan kertas dan buku langkah demi langkah sekaligus menikmati indahnya pesona alam bahasa dalam artikel-artikel tersebut.

Tumpukan bahan yang perlu diterjemahkan di publikasi YLSA sangat beragam: mulai dari yang cukup menyenangkan (artikel dari pelayanan anak, penulis, wanita dan humor), yang cukup susah (artikel dari kepemimpinan, konsel dan biblika) dan yang mengernyitkan dahi (artikel dari misi, biokristi dan reformed). Saya senang karena setiap artikel selalu menawarkan sesuatu yang baru, baik dari segi isi, maupun kebahasaannya.

YLSA telah menjadi dunia tempat saya mencari ilmu, melayani, dan bekerja. Nah, mengingat banyaknya bahan-bahan menarik yang perlu diterjemahkan, ada yang tergerak menjadi penerjemah purnawaktu atau penerjemah sukarelawan untuk membantu pelayanan YLSA sekaligus menambah portofolio Anda? Kami tunggu, ya!

Truly

Tentang Truly

Truly Pasaribu telah menulis 4 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (15) Trackbacks (0)
  1. Setahu saya, Uly tidak memakai kacamata dan pena ketika menerjemahkan. Itu kacamata dan pena siapa ya?

    Tetap semangat Uly, banyak naskah sudah menunggu untuk diterjemahkan.

  2. Di YLSA aku duduk di dekat Uly. Setiap waktu aku selalu berdoa pada Tuhan,

    “Tuhan Yesus, kiranya Engkau selalu memberi Uly kesabaran, amin”

    Kalian tahu kenapa? Mejanya Uly itu penuh dengan buku-buku tebal dan kupikir kalau Uly tidak sabar pasti bakalan “brek..brek..bruk..bruk..prang..prang..dok..dok..(entahlah apalagi jenis suaranya) 😀

    Sesekali aku menengoknya dan dalam hati aku merasa “oh..lega”

    Uly masih tenang-tenang saja. Semangat Ul 🙂

  3. @Heru: Kacamata dan penanya masih di ruang pemotretan, Pak 🙂

    Penerjemah abad 20an identik dengan Kacamata+bulpen Pak. Sedangkan, penerjemah abad ini identik dengan lensa kontak +komputer, Pak. Saya bingung gimana caranya memotret lensa kontak, Pak? hehehe…

    Mungkin itu alasannya ^^

    SEMANGAT juga, Pak! Saya masih perlu banyak belajar dari bapak juga 🙂

  4. seems like we’ve found a rare gem!

    salam kenal 🙂

  5. @Santi: Tenang saja mb Santi, aku tidak akan “brek..brek..bruk..bruk.. prang..prang..dok..dok..” buku-buku itu.
    Para senior juga pernah berkata, “Wah, buku itu sangat sangat sangat berharga! Jadi, kalau tidak mau perang dunia ke-3, jaga buku dengan kelembutan.” 🙂

    @Mas Daniel: I think everybody, who “works” or “worked”, here is a rare gem, Mas. Salam kenal juga 🙂

  6. Dari hasil membaca dan merenungkan (?) blognya kak Uly ini — sambil sesekali menyeruput kopi yang panas 🙂 — saya rasa kak Ully bukan hanya sekedar kerja untuk dapat pengalaman / ngisi waktu kosong aja >__<, tapi lebih dari itu, dia memang mencintai apa yang dia kerjakan dan benar-benar serius untuk itu …

    Hm, sesuatu yang patut dicontoh nih, xixixi. Sukses terus dalam melayani ya, Kak. Always translates vigorously! Tuhan berkati.

  7. @amii

    Konon, ada yang mengatakan,

    “Jika ingin bahagia selama 1 jam, facebookanlah (??!)…”
    “Jika ingin bahagia selama 1 hari, pergilah memancing …”
    “Jika ingin bahagia selama 1 minggu, bertamasyalah ke luar kota…”
    “Jika ingin bahagia selama 1 tahun, belilah mobil baru …”
    “Tapi, jika ingin bahagia selama-lamanya, cintailah apa yang kita kerjakan.”

    Thanks Amy :). Mari kita bersulang untuk berkarya bersama-sama!
    GBU2

  8. Dear Uly,

    Selamat atas prestasi yang t’lah kau goreskan di YLSA.
    Setiap proses terjemahan memang memiliki kesulitan sendiri-sendiri. Badanku dulu pernah sampai panas juga karena merasa kesulitan untuk menerjemahkan bahan misi (padahal sampai sekarang kalo menemui kesulitan tetap panas juga :p). Belum familiar dengan istilah2nya sih…
    Walaupun sudah cukup lama bergabung di YLSA, saya masih harus banyak belajar menerjemahkan juga kok.
    Saling mengoreksi dan melengkapi aja yuk… supaya hasilnya lebih baik dan bisa saling mengembangkan keterampilan penerjemahan kita… Chayoooo!!!! 😀

  9. Trims buat dukungannya mbak 🙂

    Sip mb, mari kita gunakan kesempatan bekerja di sini untuk saling belajar! Aku minta tip-tipnya ya mbak 😀 SEMANGAT!

  10. @Uly: Bisa tolong dijelaskan 1.001 rasa itu rasa apa saja?

  11. @ yochan: tidak bisa 😀

  12. hahaha, lam kenal…

  13. “Tapi, jika ingin bahagia selama-lamanya, cintailah apa yang kita kerjakan.”

    Masa? Aku lebih senang dengan pernyataan ini:

    Jika ingin bahagia selama-lamanya, cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu.

  14. @ bu Yulia:

    “Jika ingin bahagia selama-lamanya, cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu.’

    I like it ma’am ^^

  15. @ Dodo: Hi there, salam kenal juga ^^


Cancel reply

Connect with Facebook

No trackbacks yet.