Blog SABDA
31Aug/125

Menggali Inspirasi dari Serial “White Collar”

Pada pertengahan Juli 2012 lalu, staf YLSA kembali ‘nonton bareng’ drama seri TV “White Collar”. ‘Nobar’ adalah salah satu kegiatan training berkala di YLSA yang diharapkan dapat memberi inspirasi atau menambah ide-ide baru, baik dalam membangun semangat kerja maupun mengembangkan keterampilan staf. Karena jadwal kerja kami sudah cukup sibuk, maka kami harus pandai-pandai mencari waktu di sela-sela jam kerja untuk bisa ‘nobar’. Waktu-waktu training seperti ini sering menjadi waktu ‘break’ yang sangat kami nikmati, khususnya kalau mulai jenuh dengan pekerjaan.

“White Collar” adalah drama seri TV ‘detektif’ yang mengisahkan tentang kemitraan yang mungkin tidak lazim, antara seorang ‘penjahat’ dan seorang anggota FBI untuk mengungkap kejahatan, khususnya kejahatan kelas atas atau ‘white collar’. Neal Caffrey, yang diperankan oleh Matthew Bomer, sebenarnya adalah seorang kriminal yang memunyai kemampuan mengagumkan dalam bidang pemalsuan (forgery), pencurian, dan penipuan. Kemampuan uniknya inilah yang membuat seorang anggota FBI, Peter Burke, diperankan oleh Tim DeKay, tertarik dengan tawaran mempekerjakan Neal, seorang narapidana yang seharusnya mendekap di penjara, untuk bisa berada di luar penjara dan membantunya memecahkan banyak kasus kejahatan kelas atas. Dari sinilah kemitraan tak lazim mereka dimulai.

Episode yang kami tonton bersama berjudul “Need to Know” di mana Neal dan Burke bekerja sama mengungkapkan kejahatan seorang politikus terkenal, Gary Jennings, yang diduga memiliki sumber dana ilegal untuk kampanye politiknya. Keduanya memainkan peran masing-masing — Burke bertindak sebagai polisi ‘arogan’ yang mengancam akan membongkar kejahatan Jennings, sementara Neal bertindak sebagai penyelamat Jennings untuk mengatasi ancaman tersebut. Dengan keahliannya, Neal berhasil menggiring Jennings masuk ke dalam perangkap mereka sehingga terungkaplah kejahatannya.

Kerja sama dalam tim adalah hal menarik yang saya pelajari dalam episode ini. Diawali dengan pentingnya menaruh rasa percaya dalam lingkungan pekerjaan. Dalam banyak hal kita tidak dapat mengerjakan tugas sendiri, maka kita harus bisa melibatkan dan bekerja sama dengan orang lain. Ini mengingatkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan unik yang harus digali dan dimaksimalkan untuk kepentingan kebaikan tim. Kesiapan setiap anggota untuk saling menolong, keterbukaan, dan kecekatan untuk melakukan improvisasi ketika rencana tidak sesuai dengan kenyataan sangat dibutuhkan supaya misi bersama tercapai.

Secara pribadi, saya tertarik untuk belajar kemampuan berkomunikasi, seperti Neal, yang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk meyakinkan orang lain, baik dengan kata-kata maupun sikap sehingga dapat mengelabuhi lawan. Sayangnya dalam hal ini, Neal menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Sebagai seorang Kristen, kita tentu harus memakai prinsip-prinsip Alkitab, tapi ditambah dengan kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi akan sangat menguntungkan pelayanan. Setelah ‘nobar’, kami berdiskusi bersama dan saling mensharekan apa yang kami pelajari. Bersyukur saya bisa belajar banyak dari ‘nobar’ ini. Semoga ini bisa menambah inspirasi buat pembaca blog SABDA.

Berlin

Tentang Berlin

Berlian Sri Marmadi telah menulis 9 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (5) Trackbacks (0)
  1. Seru lihat cara kerja tim ini! Kompak, cerdas, dan kreatif … Neal Caffrey gesit saat menjalankan aksinya, keren!!

    Saya belajar bahwa orang yang kreatif dapat dengan mudah menyelesaikan masalah.

  2. Film yang bagus tidak harus disajikan dengan teknologi spesial efek yang keren dan serba mahal. Tapi kategori film bagus, adalah film yang memiliki ide cerita yang kreatif, tidak membosankan dan yang tidak mudah ditebak plotnya. Dan juga karakter yang diperankan oleh tokoh dalam film itu dapat menginspirasi para penikmatnya. Pastinya karakter yang membangun dan inspiratif. Nah, film ini salah satunya.

    Yang belum lihat, monggo saya persilakan melihat.

  3. Film yang menarik untuk dilihat. Film ini membuat para penontonnya berpikir dan bisa memberikan inspirasi bagaimana menghadapi kesulitan. Dengan kekompakan dan pengalaman yang dimiliki, mereka bisa menyelesaikan masalah yang cukup rumit dengan fantastis.

  4. Sebuah film sebenarnya tidak hanya sekadar bisa dinikmati, tetapi juga diambil sisi positifnya (pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya). YLSA sangat menekankan pentingnya belajar, termasuk dari sebuah film. Oleh karena itu, kami sering menonton film bersama dan menyampaikan pelajaran apa yang didapatkan dari sebuah film.

    Kali ini film yang dinikmati dan diambil pelajaran pentingnya adalah “White Collar”. Dari film ini, saya belajar tentang bagaimana menjadi a good observant alias pengamat yang baik. Terkadang hal-hal kecil yang kita amati di sekitar kita bisa menjadi sarana untuk memecahkan masalah yang kita hadapi. Ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan oleh pengamat yang baik. Maka dari itu, belajar mengamati hal-hal detail itu PERLU dikembangkan!

    Mari, kita luangkan waktu sejenak untuk menonton film dan memetik pelajaran berharga darinya. 🙂

  5. Can’t wait to do nobar!


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.