Roadshow SABDA di Tana Toraja: “Pelayanan Digital untuk Generasi Digital”
Oleh: Davida
Sejak 1994, Tuhan telah memimpin YLSA untuk berfokus pada pelayanan digital. Meskipun pada saat itu teknologi digital belum dikenal di Indonesia, bahkan internet pun belum masuk, dengan jelas Tuhan menyatakan kepada pendiri YLSA untuk mulai mempersiapkan bahan-bahan dengan cara mengetik semua bahan mentah yang kami dapatkan dari beberapa mitra, lalu memprosesnya secara digital. Bahan-bahan yang kami ketik pada awal pelayanan YLSA adalah Alkitab dan bahan studi Alkitab. Hal ini mengingatkan saya akan cerita Nuh yang membuat bahtera di daratan. Ketika banjir besar tiba, keluarga Nuh selamat karena perkenanan Tuhan dan karena Nuh taat untuk membuat bahtera walaupun belum melihat awan hujan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Ia menolong staf YLSA mula-mula untuk setia dan tekun mengerjakan “proyek masa depan” Tuhan bagi bangsa Indonesia. Ketika teknologi digital akhirnya muncul, YLSA sudah siap dengan bahan-bahan digital untuk diintegrasikan dengan semua bentuk pelayanan digital yang ada hingga saat ini.
Kesaksian di atas saya bagikan untuk membuka sharing saya mengenai pelayanan YLSA dalam Pertemuan Pekerja KIBAID Indonesia di Tana Toraja, 22 Februari 2018. Pada kesempatan itu, tim YLSA (diwakili oleh saya dan Ody)) diundang untuk menyampaikan seminar tentang “Pelayanan Digital” yang dihadiri oleh sekitar 280 hamba Tuhan sinode KIBAID dari seluruh Indonesia. Acara ini adalah acara tahunan sinode KIBAID untuk memperlengkapi hamba Tuhan agar dapat melayani Tuhan dengan lebih baik. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan materi “Pelayanan Digital untuk Generasi Digital“. Inilah yang menjadi “passion” pelayanan YLSA, yaitu menjangkau generasi yang hidup pada era digital bagi Tuhan. Materi ini juga saya gabung dengan materi +TED @SABDA “Pemuridan untuk Digital Native” dan seminar Ibu Yulia di UPH Surabaya mengenai “Digital Word for Digital World“.
Secara garis besar, materi membahas mengenai perkembangan teknologi yang sangat memengaruhi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi tidak hanya melahirkan inovasi-inovasi baru, tetapi juga melahirkan generasi “digital native“, yaitu “penduduk asli” era teknologi. Pemerintah dan industri di Indonesia mengetahui bahwa generasi digital native adalah aset utama bagi negara yang ingin maju. Presiden Jokowi tidak henti-hentinya menyerukan agar ekonomi digital dimasukkan sebagai salah satu mata kuliah atau jurusan dalam pendidikan tinggi di Indonesia agar bangsa kita menjadi kuat dalam revolusi industri abad ke-21 ini. Melek teknologi juga harus menjadi perhatian penting dalam pendidikan di Indonesia, mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi. Pemerintah tahu benar bahwa melalui pendidikanlah, mereka dapat mengedukasi digital native untuk menggunakan teknologi demi kepentingan bangsa dan negara. Sekarang, pertanyaannya: bagaimana dengan gereja? Apakah saat ini gereja sudah menjadi gereja yang ramah digital native? Apakah saat ini gereja memperlengkapi jemaat untuk menggembalakan/memuridkan digital native agar mereka tahu bagaimana melayani dengan memakai teknologi untuk Kerajaan Allah? Apakah digital native dilibatkan dalam penyusunan program gereja era digital ini? Itulah tantangan yang diberikan kepada seluruh peserta pada saat itu. Jika gereja tidak lebih peduli dibandingkan pemerintah mengenai generasi digital native-nya, gereja harus bersiap kehilangan generasi tersebut! Tentu saja, ini sangat menyedihkan bagi masa depan gereja.
Setelah itu, materi dilanjutkan dengan tugas gereja sebagai alat Tuhan untuk membawa digital native memahami bahwa teknologi berasal dari Tuhan dan harus dipakai terutama untuk kemuliaan Tuhan. Alkitab telah memperlihatkan secara jelas bagaimana teknologi batu dan teknologi papirus dipakai untuk menyebarkan firman Tuhan pada zamannya. Setelah itu, ada mesin cetak Guttenberg yang digunakan untuk mencetak Alkitab. Lalu, pada saat ini, ada teknologi gawai yang harus dipakai untuk kepentingan firman Tuhan. Salah satu cara yang dapat menolong gereja untuk membawa generasi digitalnya menggunakan teknologi untuk Tuhan adalah gerakan #Ayo_PA!. Oleh karena itu, sesi kedua menjadi kesempatan pelatihan bagi hamba-hamba Tuhan yang hadir untuk belajar menggunakan HP mereka untuk melakukan PA dengan metode S.A.B.D.A..
Kami bersyukur karena tidak ada kendala yang berarti selama proses pelatihan tersebut. Satu hari sebelumnya, melalui grup WA yang beranggotakan lebih dari 400 hamba Tuhan KIBAID, panitia menolong kami dengan mengumumkan kepada peserta untuk memasang aplikasi Alkitab, Tafsiran, Kamus, AlkiPEDIA, dan PETA Alkitab pada gawainya masing-masing. Oleh karena itu, ketika harinya tiba, hanya sedikit peserta yang belum sempat memasang aplikasi-aplikasi tersebut. Sebelum pelatihan berlangsung, beberapa peserta juga datang ke booth SABDA untuk dilatih menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut. Tidak sedikit pula yang sudah menggunakannya selama ini, hanya saja mereka belum tahu bagaimana memakainya secara maksimal.
Setelah pelatihan selesai, beberapa peserta mendatangi kami dan memberikan kesaksian bahwa materi ini membuka mata mereka mengenai pelayanan bagi digital native untuk menolong mereka menggunakan gawainya bagi Tuhan. Puji Tuhan, ada satu peserta yang bahkan mendorong seluruh peserta untuk tidak anti terhadap HP yang dibawa ke dalam gereja. Gereja seharusnya berada di depan untuk mendorong jemaat, khususnya digital native, untuk menggunakan HP dengan bijak, terutama untuk belajar firman Tuhan karena ada banyak keuntungan yang didapatkan.
Saya sendiri mendapatkan banyak berkat dari Tuhan melalui pelayanan ini. Selain bisa mudik ke kampung halaman saya, Tana Toraja, saya juga semakin melihat pentingnya melayani tubuh Kristus, baik itu secara organisasi maupun perorangan. Masih banyak hamba Tuhan yang melihat teknologi hanya sebagai alat untuk memudahkan hidup mereka, dan itu tidak ada hubungannya dengan pelayanan dan pertumbuhan rohani. Namun, saya bersyukur karena Tuhan mencerahkan pengurus dan banyak hamba Tuhan sinode KIBAID untuk lebih serius memikirkan dan menindaklanjuti pelayanan digital untuk generasi digital, dimulai dari diri sendiri. Kiranya menjadi berkat bagi Pembaca sekalian pula. Salam IT 4 GOD!
Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan!
Cetak tulisan ini
Leave a comment