Magang di SABDA — Magang Rasa Staf
Oleh: *Yoel
Perkenalkan, nama saya Yoel Bastian, saya staf magang YLSA dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, dari program studi Sastra Inggris. Tidak terasa, selama dua bulan, saya sudah menjalani masa magang di SABDA, yaitu 9 Januari — 9 Maret 2018. Saya mengucap syukur atas penyertaan Tuhan sehingga saya bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan menyelesaikannya dengan baik. Magang di SABDA merupakan rencana awal dan kemauan saya sendiri yang hasilnya melebihi ekspektasi saya. Alasan saya memilih magang di SABDA karena dari awal saya memang bertumbuh dalam komunitas pendidikan rohani. Selain itu, jarak kantor SABDA relatif dekat dengan rumah saya. Sebelum ini, saya hanya mengenal SABDA dari salah satu produknya, yaitu Alkitab elektronik di sistem Android. Ketika pertama kali datang ke SABDA, saya agak skeptis karena tempatnya tidak seperti ruang kerja yang saya bayangkan. Kantor SABDA terdiri dari dua bangunan yang saling berhadapan, sebelah barat merupakan kantor lama, dan sebelah timur adalah kantor baru, yang biasa disebut “GS” (Griya SABDA). Rasa skeptis saya berubah menjadi rasa kagum saat mengetahui apa saja yang sudah dikerjakan SABDA. Begitu banyak publikasi yang dibagi dalam situs-situs khusus, serta Software Alkitab SABDA dan pustakanya yang memang sangat tepat guna untuk masyarakat Kristen.
Pada saat wawancara, Kak Evie memberi syarat bahwa walaupun saya akan ditempatkan dalam tim penerjemah, saya juga akan diberi tugas-tugas lain. Saya menyetujuinya karena saya pikir tugas-tugas tersebut pasti masih berhubungan dengan menulis. Ternyata, jauh lebih luas dari yang saya pikirkan. Tugas-tugas lain yang saya kerjakan antara lain adalah menerjemahkan subtitle video dari The Bible Project, mencari bahan untuk situs-situs, rekaman audio artikel publikasi, aktif dalam Grup Renungan Harian, dan lain-lain. Ini adalah sesuatu yang positif supaya saya dapat mempelajari kemampuan baru. Namun, ironinya, saya jadi tahu ternyata saya tidak menguasai Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Walaupun mengambil jurusan penerjemah, entah mengapa EYD dan tata bahasa Indonesia justru tidak dibahas saat kuliah, mungkin karena mahasiswa dianggap sudah bisa. Solusinya, saya langsung membeli buku EYD dan mempelajarinya. Kendala lain muncul, yaitu saya tidak tahu istilah-istilah khusus tentang kerohanian Kristen dalam bahasa Inggris. Solusinya, saya harus banyak membaca artikel rohani Kristen dalam bahasa Inggris.
Mengenai suasana kerja, tidak seperti dugaan saya, kerja kantoran pasti bisa santai-santai dan sebagainya. Ternyata SABDA berbeda, setiap tugas harus diselesaikan sesuai ketentuan deadline sehingga semua staf fokus bekerja. Jika sudah selesai mengerjakan satu tugas, akan ada tugas baru lagi. Saya tidak membayangkan bahwa ternyata SABDA tidak seperti yang lain, yang stafnya malas-malasan. Atau, seperti suasana kuliah yang santai dan mahasiswa bisa main HP kapan saja. Di SABDA pula, saya temui kelemahan saya ketika bekerja, yaitu harus diperintah dahulu, baru mengerjakan.
Saya juga diberi kesempatan untuk ikut roadshow #Ayo_PA! di Perkantas Alumni, Solo, sebagai sie dokumentasi. Salah satu pelajaran penting adalah ketika menjalankan tugas dalam roadshow, saya harus lebih proaktif. Tidak perlu menunggu orang lain menyuruh saya melakukan ini dan itu jika itu sudah menjadi tanggung jawab saya. Selain itu, kegiatan lain yang saya ikuti adalah kelas DIK PESTA. Dalam kelas tersebut, saya diajarkan tentang teologi berdasarkan Alkitab.
Saya bersyukur dan merasa bahagia bisa magang di SABDA. Saya berterima kasih kepada semua staf yang menerima saya, yang saya anggap seperti keluarga kedua saya. Terima kasih atas setiap bimbingan, tuntunan, dorongan, teguran, yang membuat saya berkembang menjadi lebih baik. Saya mendapat banyak pelajaran dan kemampuan baru di sini. Saya beruntung bisa merasakan bekerja di dua kantor, bulan pertama di kantor lama dan bulan kedua di kantor baru. Ini menjadikan saya bisa akrab dengan hampir semua staf. Di kantor lama, ada Kak Kun, Kak Elly, dan Kak Pio yang terkadang bercanda supaya suasana tidak tegang. Di kantor baru (GS), ada Kak Ariel dan Kak Indah pada waktu siang, juga Kak Tika dan Kak Ody pada waktu sore. Tentu saja semua staf saling menghormati dan tidak ada “gangs” yang terbentuk. Tidak ada jarak walaupun semua berbeda usianya, semua seperti keluarga sendiri.
Selain staf yang menyenangkan, ada satu hal lagi yang saya dapat dari magang di SABDA, yaitu bertumbuh secara rohani. PA setiap Selasa, Rabu, dan Kamis serta PD setiap Senin dan Jumat membuat saya semakin hari semakin kaya dalam merenungkan firman Tuhan. PA dengan orang lain itu membuat kita semakin kaya karena kita mendapat pandangan baru dari apa yang orang lain dapatkan dari firman. Saya belajar bagaimana benar-benar menggali Alkitab. Persekutuan doa mengajarkan pentingnya berdoa bagi orang lain. Sebelumnya, saya tidak terlalu percaya akan kuasa doa, tetapi melalui PD saya dibukakan pengertian berdoa untuk orang lain.
Magang di SABDA, kita dapat merasakan bagaimana menjadi staf beneran karena sesungguhnya kita diberi beban yang kurang lebih sama dengan staf tetap dan kita dilibatkan dalam seluruh jenis kegiatan yang ada. Banyak pelajaran yang saya dapat dan kembangkan lagi di dunia kerja nanti. Terima kasih YLSA.
Cetak tulisan ini
August 24th, 2018 - 09:59
Bersyukur dapat membaca sharing dari Yoel. Dalam hal ini saya belajar untuk melihat ke dalam diri saya apakah say sudah memiliki inisiatif dan mengerjakan segala sesuatu sebaiknya walau tanpa pengawasan orang lain.
God bless YLSA.