Piano, Sebuah Mimpi yang Diwujudkan Tuhan
Belakangan ini makin sering terdengar lantunan nada-nada indah nan merdu dari dalam ruang perpustakaan, sekaligus ruang training, Yayasan Lembaga SABDA. Memang benar, hadirnya sebuah piano di dalam ruangan itu sungguh memberikan suasana yang berbeda dari waktu-waktu sebelumnya. Apabila tadinya kami pergi ke ruangan itu hanya untuk membaca atau mencari sumber bahan, sekarang kami bisa bermain piano sambil bernyanyi dan bersenandung ria. Saya dan teman-teman sering melakukannya. Ketika jam kerja berakhir, saya kadang akan bermain piano dan teman-teman bernyanyi, atau sebaliknya. Dengan alat-alat musik lain yang sudah lebih dulu hadir di sana, yaitu gitar dan cajon, berada di ruangan tersebut bisa menjadi saat-saat yang paling menyenangkan dari seluruh aktivitas hari itu.
Bagaimana YLSA bisa memiliki piano? Ternyata bermula dari mimpi Ketua YLSA, Ibu Yulia, yang merindukan adanya piano untuk melengkapi acara-acara resmi YLSA dan juga meramaikan hari-hari persekutuan bersama staf. Musik selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan orang Kristen. Diceritakanlah mimpinya itu ke Pak Josep Tong, bekas dosen dan mentor Bu Yulia saat beliau menempuh studi teologia. Bu Yulia sengaja kontak Pak Joseph Tong karena tahu kalau saudara Pak Joseph Tong, yaitu Pak Solomon Tong melakukan jual-beli piano. Pak Solomon Tong sangat terkenal karena beliau adalah pendiri dan ketua dari Surabaya Symphony Orchestra yang selalu menyelenggarakan Christmas Orchestra pada setiap Desember di Surabaya. Bu Yulia memulai dengan bertanya apakah Pak Solomon memiliki piano yang baik dan murah yang bisa dibeli YLSA. Ketika Pak Joseph Tong tahu bahwa YLSA hanya punya sedikit uang yang dapat disisihkan untuk membeli piano, beliau pun menanggapi dengan berkata bahwa uang yang sedikit itu hanya bisa untuk membeli piano ‘junky’. Pak Josep Tong dengan baik hati menawarkan bantuan. Setelah melakukan pembicaraan dengan Pak Solomon, mereka berdua sepakat untuk membantu karena kebetulan ada sebuah piano bekas yang masih baik yang siap dikirim ke Solo. Kekurangan dana ditanggung oleh Pak Joseph Tong, sedangkan ongkos kirim piano ke Solo ditanggung oleh Pak Solomon Tong. Luas biasa!! Tuhan punya banyak cara untuk menghadirkan karya-Nya di tengah-tengah kehidupan anak-anak-Nya.
Alhasil, pada bulan November 2015, mimpi itu terwujud. Sebuah piano cantik menjadi “penghuni” baru ruang training di Griya SABDA. Piano yang siap mengiringi setiap pujian yang dinaikkan staf YLSA bagi Tuhan. Bersyukur, ada beberapa staf yang bisa memainkannya, seperti Liza , Tika, dan saya sendiri sehingga tidak perlu menunggu lama, piano tersebut bisa langsung digunakan dalam persekutuan staf dan acara-acara lainnya. Puji Tuhan!
Meskipun tidak begitu piawai seperti layaknya seorang pemain piano yang sudah ahli, saya cukup bangga dengan kemampuan saya memainkan alat musik tersebut. Bagi saya, bisa bermain piano merupakan salah satu karunia Tuhan yang paling saya syukuri di dalam hidup ini. Melihat piano sering mengingatkan saya akan kenangan masa lalu. Saya masih ingat persis ketika saya pertama kali belajar memainkan piano. Semuanya berawal ketika saya masih duduk di bangku kelas 2 SMP, dan saya sangat ingin sekali bisa memainkan alat musik gitar pada waktu itu, terlebih gitar elektrik. Gereja kami saat itu menyelenggarakan program untuk melatih kaum pemuda dan remaja bermain musik melalui les musik privat. Tentu saja, saya sangat antusias dan mendaftarkan diri untuk belajar bermain gitar. Alih-alih mendapatkan ilmu yang spesifik dengan masing-masing instrumen yang kami pilih, kami semua malah diharuskan mempelajari piano terlebih dahulu. Sejujurnya, saya merasa kecewa ketika itu. Namun, justru dari situlah, kemampuan saya bermain musik diasah dan ditajamkan. Bahkan, dengan mempelajari piano, saya juga dapat mempelajari instrumen-instrumen lain dengan lebih mudah. Oleh karena itu, saya tidak pernah menyesali apa yang sudah terjadi, saya justru sangat mensyukurinya. Perjalanan saya bersama piano masih belum usai dan akan terus berlanjut. Harapan saya adalah supaya karunia yang telah dipercayakan Tuhan kepada saya ini tidak menjadi sia-sia dan saya dapat mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya.
Saya dan teman-teman di SABDA selalu bisa berlatih dan bermain kapan pun ada waktu senggang, entah itu sepulang kerja, ketika akhir pekan, setelah makan malam, atau kapan pun. Piano ini mengingatkan kami akan kebaikan Tuhan. Sesuatu yang kami hanya anggap suatu mimpi, diwujudkan Tuhan dengan indah. Tentu saja, Tuhan memberikannya bukan untuk kesenangan “para pemain piano” dan “pemuji” di SABDA, tetapi untuk kesenangan Dia. Saya percaya bahwa berkat apa pun yang diberikan oleh Tuhan harus digunakan, dikembangkan, dan pada akhirnya harus dipersembahkan kembali demi kemuliaan nama Tuhan. To God be the glory!
Cetak tulisan ini
Leave a comment