Winning With People
Oleh: Liza
Pada dua hari terakhir bulan Januari 2016, saya bersama tujuh teman saya yang lain dari SABDA berkesempatan untuk mengikuti seminar kepemimpinan di Orient International Restaurant, Surakarta. Seminar yang diadakan oleh Equip Christian Leadership Training dan TOTAL ini mengangkat tema dari salah satu buku dari John C. Maxwell, yaitu “Winning with People”. Ternyata, ini adalah seminar ketiga yang telah mereka adakan, tetapi ini kali pertama saya mengikutinya.
Secara keseluruhan, seminar ini membahas 25 prinsip agar bisa menang dengan orang lain yang juga diambil dari buku John C. Maxwell. Tiap prinsip diuraikan dengan baik dan menarik oleh dua orang narasumber. Narasumber pertama adalah Pak Paulus Winarto dan narasumber kedua adalah Pak Sunjoyo. Tiap sesi, mereka bergantian menyampaikan materi. Total sesi yang ada adalah 6 sesi, 1 sesi untuk introduction dan 5 sesi sisanya membahas 25 prinsip How to Win with People. Di sini, saya tidak akan mensharingkan semua prinsip, hanya beberapa poin saja.
Menang dengan orang lain bukan menang dalam perlombaan atau sejenisnya, tetapi materi berbicara mengenai bagaimana bisa membangun relasi dengan orang lain. Mengapa hal ini penting? Karena kita tidak bisa menjadikan musuh kita teman untuk mencapai satu tujuan yang sama. Terlebih, sebagai orang percaya, kita tidak dapat membawa musuh untuk mengenal Tuhan, kecuali kita sudah dapat memenangkan mereka untuk menjadi teman kita. Kalau orang tidak suka dengan kita, mereka tidak akan mungkin membantu/mendukung kita dengan segenap hati. Dikatakan bahwa 85% kepemimpinan bicara tentang relasi, bukan soal posisi, gelar, dan lainnya. Kekristenan juga berbicara soal relasi. Jika kita seorang Kristen, tetapi susah membangun hubungan dengan orang lain, diragukan apakah kita memang benar-benar hidup dalam terang.
Sebelum menjadi pemimpin, kita harus mengerti tentang siapa diri kita di dalam Kristus. Siapa diri kita bukan tergantung pada apa yang kita miliki, seharusnya kita bertanya, “Milik siapa saya ini?” Ya, sebagai orang Kristen, kita adalah milik Kristus. Kita adalah budak/pelayan (servant/steward) Kristus. Berarti kalau menjadi budak, tidak boleh ada agenda pribadi dalam hidup kita. Kalau konsep diri ini benar, baru kita bisa memimpin orang lain dengan konsep yang benar pula.
Selain itu, seorang pemimpin adalah orang yang bisa mengangkat orang lain juga bersamanya, bukan justru menjatuhkannya. Tuhan juga ingin kita mengembangkan orang lain. Apakah kita bersedia fokus pada orang lain? Berfokus pada orang lain berarti menjauhkan ego kita. Orang tertarik pada seseorang yang tertarik kepada mereka. Di bukunya, Maxwell berkata, “People don’t care how much you know until they know how much you care.” Menurut saya, ini benar, kita harus menunjukkan terlebih dahulu seberapa peduli kita pada orang lain.
Poin lainnya adalah seorang pemimpin harus mempunyai accountability partner. Dia adalah seseorang yang ikut bersukacita saat kita bersukacita dan terus mendukung kita saat kita jatuh. Kita bisa bercerita apa pun tanpa takut dilukai. Tiap orang pasti punya blind spot atau titik lemah masing-masing. Kadang yang bisa melihat hal itu adalah orang lain, di sini pentingnya memiliki accountability partner.
Prinsip lainnya adalah kita harus memberi nilai 10 (yang terbaik) saat bertemu orang lain karena kita cenderung untuk memperlakukan seseorang sesuai dengan penilaian kita pada mereka. Berhubungan dengan ini, kita juga harus memperlakukan orang lain lebih baik dari cara orang lain memperlakukan kita. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan sebuah hubungan yang menang.
Kesan saya adalah ini seminar yang menarik dan disampaikan dengan sangat baik oleh para narasumber. Saya sangat terberkati, banyak hal baru yang didapat dan menegur saya secara pribadi. Tentang bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin, yang terpenting dari pemimpin bukan soal posisi, tetapi soal memberi pengaruh dan membangun relasi dengan rekan-rekannya. Hal lainnya yang sering dilupakan oleh para pemimpin adalah pentingnya untuk memikirkan kader atau regenerasinya. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang bisa menghasilkan kadernya agar visinya dapat terus dilanjutkan.
Oh ya, seminar ini adalah salah satu seminar yang membuat saya tidak mengantuk sama sekali pada setiap sesinya. Biasanya, kalau saya mengikuti seminar yang lain, ada beberapa saat rasa kantuk menyerang saya. Namun, seminar kali ini berbeda. Pendingin ruangan (AC) bekerja dengan maksimal dan berhasil membuat hampir sebagian orang menjadi kedinginan. Tidak lupa, snack dan makanan berat yang disediakan enak-enak. 🙂
Cetak tulisan ini
Leave a comment