SABDA di Kamp Nasional Alumni Perkantas 2015
Oleh: Harjono + Yulia
Sabtu 26 September, tim YLSA , saya, Bu Yulia, dan Jessica, bergegas menuju Rumah Retret Salib Putih, Salatiga, Jawa Tengah, karena kami akan berpartisipasi dalam Kamp Nasional Alumni 2015 Perkantas (KNA) dengan membuka booth SABDA dan memberikan presentasi tentang pelayanan SABDA.
Kami berangkat pukul 08.00 dan sampai di Salatiga pukul 09.00. Namun, di tengah jalan, kami mendapat kejutan telepon dari Evie yang memberitahukan bahwa ada perubahan jadwal presentasi SABDA yang awalnya pukul 10.00 akan diundur pukul 16.00. “Wah … nggak bisa ini …,” kata Bu Yulia. Sesampainya di Salib Putih, kami cepat-cepat menghubungi panitia KNA untuk bernegosiasi soal jadwal presentasi. Hasilnya, presentasi bisa diadakan pada pukul 12.00 sebelum jam makan siang. Kami cukup senang dengan keputusan tersebut, dan kami langsung mengatur booth SABDA di rumah makan. Dua meja ukuran sedang hanya cukup untuk mendisplay produk-produk pelayanan SABDA, seperti CD-CD Alkitab Audio MP3, 3 DVD yang berisi bahan-bahan pelayanan, SD Card, dan brosur-brosur yang lain. Bersyukur kita mendapat tambahan satu meja lagi untuk instalasi software & aplikasi SABDA Android.
Ruang makan adalah tempat yang cukup strategis untuk membuka booth SABDA karena semua peserta akan berkumpul di sana saat break dan makan siang. Banyak peserta KNA berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Karena itu, mereka sangat senang melihat display CD-CD Alkitab Audio dalam berbagai bahasa. Salah satu acara KNA adalah membagi peserta berdasarkan profesi, dan tepat di depan booth SABDA adalah kelompok profesi guru. Mereka sangat senang mendengar informasi bahwa SABDA menyediakan DVD Library Anak dan DVD Konseling Telaga. Kami juga sempat berbincang-bincang dengan para peserta serta menawarkan software Alkitab melalui booth instalasi. Puji Tuhan, banyak yang tertarik dan memberikan gawai-gawainya untuk diinstal aplikasi-aplikasi SABDA Android. Awalnya, terlihat ekspresi sungkan dan tidak sabaran ketika melihat gawai mereka diutak-atik, tetapi usai proses instalasi mereka terlihat puas dengan hasilnya. Salah satu bapak berkomentar, “Sekarang, saya bukan cuma punya Kitab Suci, tetapi banyak yang lain. Hpku jadi ‘hape suci’.” Kami pun bergelak tawa bersamanya.
Waktu menunjukkan pukul 11.50, sudah saatnya Bu Yulia maju memberikan presentasi “Apa Peran Teknologi bagi Kerajaan Allah?” pada seluruh alumni Perkantas. Di luar dugaan kami, suasana tempat presentasi ramai dan hampir seluruh kursi penuh walau menuju jam makan siang. Presentasi dilakukan oleh Bu Yulia, dan aku jadi seksi dokumentasi. Banyak peserta memerhatikan dengan saksama presentasi Bu Yulia.
Usai presentasi, kami kembali melayani booth sampai peserta puas menerima bahan dan aplikasi. Setelah makan, mereka kembali ke acara dan kami menikmati makan siang dan membicarakan hasil presentasi sebelumnya. Di tengah itu, kami melihat sekelompok bapak-bapak yang tampaknya sedang membaca bahan saat teduh. Yang unik adalah mereka membaca Alkitab dalam bahasa Batak Simalungun dengan sangat nyaring, dan sesekali terdengar suara tawa saat membaca. Terlepas apakah bahan itu dari SABDA atau bukan, kami senang melihat bahan-bahan seperti Alkitab Bahasa Daerah dapat melengkapi pelayanan mereka.
Waktu telah menunjukkan pukul 13.00, maka kami pun bergegas membereskan booth untuk kembali pulang. Bu Yulia bercerita bahwa ada beberapa senior staf Perkantas yang dikenal Bu Yulia juga hadir pada acara ini, misalnya Pak Jonathan Parapak, Pak Tadius, Pak Jahja, dll.. Semoga KNA yang diikuti oleh hampir 300 alumni Perkantas ini dapat membakar semangat mereka untuk tetap melayani Tuhan.
Satu hal yang saya pelajari dari KNA ini, bahwa pelayanan tidak memiliki kata usai/lulus/cukup selama kita diberi kesempatan oleh Tuhan. Banyak dari peserta kamp ini berupaya membentuk komunitas-komunitas pelayanan dari berbagai bidang, baik hukum, pendidikan, maupun ekonomi, sebagai follow up dari pelayanan mahasiswa mereka. Mereka sadar bahwa pelayanan itu tak bisa dilakukan sendiri, “we can’t do it alone“. Banyak pelajaran yang kupetik dari mengamati anggota Perkantas dalam pelayanan mereka. Jika boleh melayani mereka lagi, tentunya itu berkat. Sampai jumpa Salib Putih! Sampai jumpa Salatiga, semoga bisa bertemu & melayani lagi!
Cetak tulisan ini
October 29th, 2015 - 12:52
Setuju, Jon, bahwa “pelayanan tidak memiliki kata usai/lulus/cukup selama kita diberi kesempatan oleh Tuhan.” 🙂
Kita harus taat pada pimpinan Tuhan. Di mana pun Tuhan menempatkan kita, marilah kita mengerjakan setiap tugas kita dengan sungguh-sungguh.
November 11th, 2015 - 21:10
Yihaa, Mba Santi.