Prajurit Kristus juga Perlu Menulis — Secara Digital
Blog ini adalah kelanjutan dari blog sdr. Yans yang menceritakan paroh pertama perjalanan kami ke Jakarta dan Bandung tanggal 18 — 23 Mei 2015.
Seratus lima puluh tahun yang lalu, bulan Juli tanggal 2, William Booth memulai pelayanan Salvation Army di London, Inggris, dengan nama “the East London Christian Mission”. Kemudian, tanggal 24 November 1894, Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Theodorus van Emmerik menjejakkan kaki di pelabuhan Batavia, dan menandai dimulainya pelayanan Bala Keselamatan di Nusantara.
Bala Keselamatan memiliki sejarah yang sangat panjang dan sangat berwarna, atau paling tidak itulah yang saya tangkap dari membaca buku “Zamrud di Khatulistiwa: Sejarah Gereja Bala Keselamatan di Indonesia 1894 — 1994”. Selama lebih dari 110 tahun mereka telah melayani di Indonesia, mulai pelayanan kesehatan, pelayanan kepada penderita kusta yang dibuang oleh masyarakat, orang-orang dalam tahanan, pemulung, pelayanan berbagai jenjang usia, mulai dari anak-anak yang terlantar dan anak jalanan hingga orang-orang lanjut usia, dan pelayanan di daerah-daerah yang terkena bencana.
Namun, selain pelayanan sosial yang membuat nama mereka terkenal dan nama Tuhan dimuliakan, Bala Keselamatan ternyata juga memiliki pelayanan pendidikan dan pelayanan literatur yang tidak kalah tuanya. Tercatat majalah bulanan Bala Keselamatan merupakan majalah tertua kedua di Indonesia yang masih terbit hingga saat ini, lebih dari 100 tahun usianya. Tidak hanya itu, mereka juga menerbitkan sebuah buku renungan yang mengupas Alkitab secara ekspositori dan sistematis. Di sini, saya melihat sendiri ternyata menjadi prajurit Kristus (lengkap dengan seragam dan tanda kepangkatan) tidak menghalangi mereka untuk menulis!
Untuk kegiatan pelatihan yang berlangsung di Bandung, secara garis besar kurang lebih sama dengan yang sudah dijelaskan sdr. Yans di blognya. Dari antara tujuh sesi yang saya dan Bu Yulia bawakan, sesi ketujuh yang saya bawakan mungkin adalah yang paling berkesan untuk saya. Sesi ketujuh ini ditujukan untuk mempersiapkan para “Salvationist” bertransisi ke dunia kepenulisan digital, judul presentasi adalah “C.O.D.E.”, singkatan dari “Create Once Distribute Everywhere”. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami sebagai organisasi yang bergerak di dunia literatur dan digital, hal inilah yang akan menjadi kebutuhan organisasi Kristen di masa depan, khususnya yang berhubungan dengan literatur dan dunia digital.
Menulis di zaman sekarang tidak lagi hanya terbatas untuk buku cetak saja, tetapi juga sudah harus mulai dipikirkan buku digital dan jalur-jalur distribusi melalui media elektronik lain, termasuk email, media sosial, situs web, aplikasi Android, dll.. Ambil contoh publikasi renungan cetak yang memiliki oplah 5.000 eksemplar, setelah dicetak maka daur hidup renungan tersebut hanya sebatas jumlah eksemplarnya karena untuk mencetak ulang hampir tidak mungkin. Biaya yang dikeluarkan untuk mencetak berbanding lurus dengan jumlah cetaknya, alias 5.000 kali biaya cetak dan transportasi. Sementara itu, dengan paradigma “C.O.D.E.”, maka suatu renungan hanya perlu dibuat sekali saja, dan renungan tersebut dapat didistribusikan melalui berbagai jalur untuk dapat dibaca oleh pelanggan di mana pun, kapan pun, dengan platform apa pun (web, app, dll.), dan dengan biaya yang dapat ditekan hingga mendekati nol! Kami dengan segenap hati mendorong para penulis-penulis Kristen untuk tidak hanya membatasi diri dengan menulis buku cetak, tetapi juga mulai merambah dunia digital.
Seusai memberikan pelatihan untuk Bala Keselamatan, kami berpisah dengan penuh haru karena menyaksikan semangat pelayanan mereka yang berapi-api, membuat kami pun tertular dengan semangat tersebut hingga kami pulang. Haleluya!
Dari Bandung, kami kembali ke Jakarta untuk melayani di ibadah para mahasiswa Sekolah Surya di Tangerang. Puji Tuhan, pelayanan pada hari Pentakosta tersebut kami lakukan dengan semangat yang masih menggebu-gebu dari Bandung. Kami melayani para mahasiswa yang kebanyakan berasal dari Papua, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan beberapa tempat lainnya. Kami membagi-bagikan DVD-DVD bahan pelayanan, khususnya untuk lulusan angkatan pertama dari sekolah keguruan tersebut. Kami sungguh bersyukur karena para alumni pertama ini akan pulang ke tempat pelayanan mereka masing-masing dengan membawa bekal perpustakaan SABDA di tangan mereka.
Dari Jakarta, kami pun kembali ke Solo dengan penuh sukacita, walaupun lelah setelah mengadakan perjalanan dan pelayanan selama seminggu tanpa berhenti. Semoga Tuhan terus memberi kesempatan kepada kami untuk melayani demi kemuliaan-Nya!
Cetak tulisan ini
July 29th, 2015 - 15:17
Para hamba Tuhan di Bala Keselamatan sudah pandai menulis kok.. saya sudah baca beberapa tulisan Bapak/Ibu dari Bala Keselamatan.
Tetap semangat menulis dengan media digital ya, Bapak dan Ibu. 🙂
Tuhan memberkati pelayanan Anda semua.