Blog SABDA
10Jun/151

Nonton Bareng Film “The Gospel of Luke”

Oleh: Viktor Kristianto*

Minggu lalu, saya baru menyelesaikan review terhadap Injil Lukas versi Alkitab Yang Terbuka, kemudian kami berkesempatan menonton sebuah film berjudul “The Gospel of Luke” berdurasi 4×30 menit dengan narator musisi Michael Card. Kami menonton film tersebut bersama-sama seluruh staf Yayasan Lembaga SABDA, dengan tujuan agar memperoleh wawasan yang lebih lengkap tentang Injil Lukas, terutama dengan latar belakang daerah di mana Yesus dulu pernah tinggal dan melayani. Latar belakang film adalah Palestina, khususnya lokasi-lokasi yang bernilai historis seperti sungai Yordan, danau Galilea, Hotel King David di Yerusalem, dan lain-lain.

Ada beberapa kesan yang saya peroleh dari film tersebut, di antaranya:

a. Injil Lukas memiliki ciri yang khas dibandingkan dengan ketiga Injil yang lain, yaitu banyaknya pujian yang ditulis Lukas. Ada pujian Maria, pujian Zakharia, pujian malaikat di padang, dan juga pujian Simeon. Dari puji-pujian itu, Injil Lukas menonjolkan pesan sosial yang kuat.

b. Ada kontras yang mencolok antara para pemimpin yang gagal menangkap pesan Yesus, dan orang-orang sederhana yang tersisih dari masyarakat yang justru menangkap pesan Yesus. Orang-orang yang tersisih itu termasuk para gembala, pemungut cukai, orang Samaria, dan juga para perempuan. Dengan kata lain, para pahlawan dalam Injil Lukas adalah orang-orang yang tersisih dalam masyarakat.

c. Kontras yang lain adalah kedatangan Yesus ke dunia dalam kondisi yang sangat sederhana, dibandingkan dengan pola hidup raja-raja pada masa itu seperti Herodes, Tiberius, dan Pontius Pilatus yang cenderung hedonis.

d. Narasi yang dibawakan oleh Michael Card sangat baik, apalagi dengan latar belakang daerah-daerah di Palestina ataupun Roma, seperti sungai Yordan atau Circus Maximus (arena perlombaan kereta zaman dulu, dan konon tempat Petrus disalibkan secara terbalik).

Latar belakang tempat-tempat bersejarah di sekitar Galilea dan Yerusalem itu sangat membantu saya untuk dapat lebih memahami makna tindakan-tindakan yang dilakukan Yesus.

Di penghujung film, Michael Card mengisahkan tentang dua orang murid Yesus yang tidak mengenal Yesus walaupun Ia berjalan bersama-sama dengan mereka cukup jauh. Mereka sepertinya kehilangan pengharapan, tetapi ketika Yesus memecahkan roti di depan mereka, barulah mereka menyadari bahwa itu Yesus. Jadi dari harapan yang rendah, mereka kembali memiliki harapan yang tinggi. Demikian juga para perempuan yang datang ke kubur Yesus pada hari Minggu pagi, sebenarnya hanya ingin meminyaki jenazah Yesus. Mereka pun memiliki pengharapan yang rendah, tetapi ketika mereka mendapati kubur yang kosong dan berjumpa dengan malaikat, barulah mereka kembali memiliki harapan yang tinggi akan Yesus. Sampai di sini, Michael Card lalu bertanya, “Bagaimana dengan Anda? Harapan apakah yang Anda miliki di dalam Yesus?”

Akhirnya, film ini direkomendasikan tidak saja bagi para hamba Tuhan dan para pendeta agar dapat lebih memahami konteks Injil Lukas, tetapi juga bagi semua orang Kristen awam yang belum sempat membaca Injil Lukas dengan penuh rasa hormat. Dengan melihat film ini, dalam 2 jam saja Anda akan belajar memahami kekayaan pesan yang disampaikan oleh Injil Lukas.

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 194 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (1) Trackbacks (0)
  1. Injil Lukas memang kitab paling lengkap dibandingkan dengan kitab Injil yang lain, dimana kitab ini sangat begitu jelas memberikan kontribusi tentang kisah Yesus dan pelayanan-Nya. silakan lihat filmnya dan nikmati kisah Tuhan Yesus. Gwuf


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.