Blog SABDA
30Apr/151

Galau; “I Survived SABDA Training”

Oleh: Yusak*

Begitu mendarat di kota Solo, ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Biasanya, ada background musik gamelan Jawa atau tembang-tembang Jawa (seperti kalau di film-film Indonesia jika mengambil setting di kota-kota di Jawa). Benar-benar salah besar dugaanku. Tapi ya wes lah, toh tidak sedang main film atau sinetron. Dijemput oleh salah seorang staf SABDA, kami langsung menuju ke tempat tujuan, Griya SABDA.

Aktivitas pertama yang kami lakukan adalah sharing dengan staf SABDA secara keseluruhan, yang kesan keramahan dan kekeluargaannya erat dan kental terjalin di antara staf SABDA. Setelah percakapan singkat dalam pertemuan pertama itu, mulailah kami dengan aktivitas training. Tadinya sempat kupikir semua staf SABDA juga akan mengikuti training. Ternyata hanya beberapa rekan saja, ditambah seorang peserta dari STTIAA di Jawa Timur.

Saat pemaparan materi training dan rencana training, mataku jadi terbelalak. Alamaaaak! Buanyaaknyaa rancangan materi training. Dan, masih ditambah dengan kalimat “Seharusnya training ini dibuat dalam 3 minggu ….” Tada! Seperti ada kejutan ulang tahun yang tidak pernah diduga. Terlebih lagi, materi yang hendak disampaikan adalah intisari pengalaman perjalanan SABDA selama kurang lebih 20 tahun. Dan, lebih dahsyatnya lagi … harus di-“compress”, diajarkan selama kurang lebih 2 minggu.

Tugas hari pertama diawali dengan laporan kegiatan, yang harus dikirim via email tiap malam; “Ya, dicatat ya, tiap malam” … Next day, harus bergumul dengan materi baru, tugas baru, dan laporan kegiatan hari itu.

Galau juga rasanya, mengikuti materi yang benar-benar memeras otak. Materi sekian lama dipadatkan dalam beberapa hari. Sepertinya, bertanya-tanya sanggup tidak menerima materi yang terkompres. Bersyukur, tiap hari sebelum memulai aktivitas, ada persekutuan doa kelompok staf yang melibatkan peserta secara aktif. Walaupun dibagi dalam kelompok kecil, tetapi rasanya cukup membantu mengatasi kegalauan karena melalui firman Tuhan, dikuatkan bahwa “aku harus semakin kecil, dan Dia harus semakin besar”.

Semangat Guys!

Salah satu anggota kelompok persekutuan doaku adalah mas Yans. Perawakannya besar, tapi friendly. Mungkin bisa dikatakan “badan gedhe, hati hello kitty ….” Setiap kali membahas renungan pagi dalam persekutuan doa, semua peserta membagikan apa yang diperoleh dari ayat Alkitab yang dibaca, apa yang dipelajari dari renungan yang diambil dari Oswald Chambers, sharing mengenai pokok doa, dan apa yang ingin diterapkan dalam hidup atau aplikasinya.

Suasana yang akrab dan nyaman menjadikan persekutuan doa pagi kami tidak monoton. Namun, malah menjadi lebih hidup dan mengakrabkan kami dengan 6 peserta persekutuan doa lainnya. Banyak sekali pemahaman-pemahaman baru mengenai firman Tuhan yang kami peroleh dari persekutuan doa ini dan tambahan-tambahan pengalaman pribadi di balik setiap ayat yang kami pelajari. I think I’m gonna miss all of you guys ….

Memang hari-hari berat di minggu pertama cukup membuat kebingungan, kegaduhan, dan kegalauan luar biasa. Saking fokusnya kami pada materi, kami tidak sempat tahu bahwa harga BBM mengalami perubahan. Lagian, mana sempat mikirin dampak kenaikan BBM, ngerjain tugas untuk presentasi besok saja sudah bikin galau. Tapi, setiap kali mulai galau, kita ingat kata-kata mas Yans “Semangat guys!” dengan logat Jawanya yang kental.

I survived SABDA Training Facility

Pada minggu kedua, semuanya mulai berubah. Walaupun kegiatan tetap kurang lebih sama dengan hari-hari sebelumnya di minggu pertama, tetapi beban rasanya mulai berkurang. Gambaran besar mengenai visi dan misi mulai dipertajam dan mulai mengerti apa yang akan dan harus dikerjakan untuk diterapkan di tempat pelayanan selanjutnya.

Dalam sebuah percakapan saat makan siang bersama dengan seorang rekan yang biasa dipanggil Iben (actually his name is Eben), ada sebuah jargon ringan dan lucu namun memiliki makna yang dalam “I survived SABDA Training.” Dan, benar, walaupun secara jasmani kegiatan demi kegiatan yang dikerjakan setiap hari cukup menguras tenaga dan memeras otak, tetapi di akhir kegiatan semuanya memberikan kekuatan dan pengetahuan baru. Starts with ‘We cannot do it alone’ dan diakhiri dengan pemahaman bahwa proses itu akan membawa kepada ‘With Him we can do it‘.

Thanks buat all of you guys, Mbak Evi SCRUM master yang sering “mak jleb” kata-katanya, Mas Yans yang “gokil dan pecinta batu”, Mas Hadi dengan kata-kata kuncinya,… Wah, kalau disebut satu persatu bakal jadi panjang seperti credit title di film…

Keep on the spirit to serve our Lord, and God Bless you all.

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 195 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (1) Trackbacks (0)
  1. Kiranya training di Sabda membekali pak Yusak di kerjaan sesungguhnya di SU:-)

    Gbu


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.