Pelajaran dari TED-Mini di YLSA: Dua Kebohongan yang Menakutkan
Mengakhiri Januari 2020 dengan excitement tinggi setelah berhasil melewati bulan pertama tahun 2020. Awal Februari, saya langsung dihadapkan dengan kebiasaan yang lumayan baru di kantor, yaitu presentasi TED-Mini. Sebenarnya, kebiasaan positif ini sudah berlangsung sejak tahun 2019 lalu (atau mungkin malah sudah ada sejak sebelum saya bergabung di sini). TED-Mini sendiri kurang lebih terinspirasi oleh kegiatan TEDx/talk (Technology, Entertainment, and Design), yang dimulai di Amerika pada tahun 1984. Semangat dari kegiatan TEDx/talk sendiri adalah Ideas Worth Spreading, yang berarti “sebuah ilmu atau ide akan lebih berguna apabila dapat disebarkan kepada banyak orang”. Semangat inilah yang agaknya coba diadaptasi oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), secara khusus guna menanamkan kebiasaan melakukan riset serta meningkatkan kecakapan berbicara di depan publik (public speaking) untuk para staf di dalamnya. Meskipun hampir serupa dengan prinsip TED pada umumnya, yaitu “berbagi ide/ilmu apa pun”, tetapi bedanya, TED-Mini di YLSA haruslah mengandung “nilai kebenaran dari Allah” (meskipun tidak selamanya harus tentang Alkitab dan Alkitab). Jadi, materi TED-Mini tidak hanya memuaskan sisi kognitif para audiens, namun juga bisa diambil pelajarannya. Setelah memaparkan terms and conditions pada pertemuan sebelumnya, hari Senin, 3 Februari 2020, pemateri pertama maju ke depan membawakan sebuah video dari Pastor Francis Chan bertajuk “Dua Kebohongan yang Menakutkan”. Blog ini ditulis sebagai bentuk tanggapan sekaligus refleksi saya setelah menyaksikan video tersebut.
Saat saya membaca judul TED-Mini hari ini, saya mengira kalau dua kebohongan paling menakutkan adalah membohongi orang tua dan diri sendiri. Ternyata bukan itu. Kebohongan pertama adalah “Anda adalah orang baik”. Kaget? Ya … sedikit. Memang benar manusia itu tidak sempurna, tetapi apakah tidak ada satu pun manusia yang baik di bumi ini? Ada, tetapi baik dalam ukuran sesama manusia. Di dalam videonya, Pastor Chan mengutip Roma pasal 3 yang menyatakan bahwa semua manusia di bumi adalah orang berdosa (menurut ukuran Allah). Untuk menentukan apakah sesuatu itu layak atau tidak layak, baik atau tidak baik, memang membutuhkan standar yang jelas, dan di sini standar Allah yang dipakai. Tentu saja kita semua tidak ada yang bisa memenuhi standar-Nya. Bahkan, di ayat 23 dikatakan “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23, TB). Itu berarti tidak ada satu pun dari kita yang “cukup” untuk dikatakan sebagai “orang baik” sesuai ukuran Allah. Dari sini, saya belajar untuk tetap beriman dalam Kristus karena pada ayat-ayat selanjutnya berbicara tentang penebusan dan pendamaian manusia dengan Allah melalui Yesus Kristus.
Kebohongan menakutkan selanjutnya adalah “Allah yang Mahakasih tidak mungkin menghukum kita”. Pernyataan inilah yang paling memikat saya sehingga akhirnya mengajukan diri untuk menulis blog TED-Mini kali ini. Mengapa memikat? Karena saya tidak setuju kalau Allah yang Mahakasih adalah Allah yang lunak terhadap kesalahan dan pelanggaran. Pastor Chan mengutip kisah Nabi Nuh dan air bah. Bagaimana mungkin Allah yang begitu mengasihi manusia bisa menghukum ciptaan-Nya dengan cara mengerikan seperti itu? Jawabannya, tentu saja bisa. Allah kita adalah Allah yang Mahakasih, tetapi juga Allah yang Mahaadil. Dia menghukum dosa. Dalam kisah Nabi Nuh, Allah melihat semua manusia sudah menyimpang dari peraturan-Nya dan berbuat jahat. Kecuali Nabi Nuh sekeluarga, semua manusia pada zaman itu harus diadili, dan air bah adalah cara Allah mengadili mereka. Fakta bahwa Allah sanggup melakukan apa pun, termasuk untuk murka terhadap manusia, membuat saya sadar bahwa Allah punya perasaan. Dia pernah bersedih, seperti kita juga pernah merasa sedih. Allah kita adalah Allah yang melihat hati, yang berarti Dia juga punya hati. Sekali lagi saya menyatakan persetujuan bahwa Allah yang Mahakasih mungkin dan bisa untuk menghukum dosa yang kita perbuat.
Saya sangat merekomendasikan para pembaca untuk menyaksikan video berdurasi 4:59 menit ini. Sangat tegas, sederhana, tetapi benar-benar relevan dengan apa yang dialami oleh sebagian besar kita di dunia ini. Selamat menyaksikan dan Tuhan Yesus memberkati!
Cetak tulisan ini
Leave a comment