Pengalaman Mengikuti Seminar “Narasi Subversif Kitab Keluaran”
Oleh: *Rode
Saya bersyukur diberi kesempatan mengikuti seminar Narasi Subversif Kitab Keluaran yang diselenggarakan oleh MRII Solo di Hotel Adhiwangsa pada 21 Mei 2018. Saya mengikuti seminar tersebut dengan teman-teman dari SABDA. Sebelum acara dimulai, peserta seminar dapat bertegur sapa dengan peserta lainnya dengan menyantap snack dan minuman yang sudah disediakan. Cukup banyak peserta yang mengikuti seminar ini. Selain rombongan SABDA, ada juga rombongan dari STT di Solo, dan juga rekan-rekan dari MRII Solo sendiri.
Acara dimulai dengan menyanyikan pujian, dan kemudian waktu diserahkan kepada Pdt. Eko Arya yang menjadi pembicara seminar. Dari kesan pertama, saya pikir beliau akan menyampaikan materi dengan kaku dan terburu-buru. Namun, meski kecepatan berbicaranya cukup tinggi, beliau menyampaikan materi dengan luwes dan menarik. Materi dimulai dengan penjelasan salah satu gambaran besar Perjanjian Lama dari kitab Keluaran yang dikaitkan dengan zaman Perjanjian Baru. Contohnya adalah sakramen Perjamuan Kudus. Hal ini pertama kali dilaksanakan pada kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Beliau juga menjelaskan bagaimana kisah Keluaran ini berkaitan erat dalam hubungan antara Musa dan Yesus, seperti peristiwa kanak-kanak Musa dan pembantaian bayi sehingga keduanya dibawa ke Mesir, Musa yang diangkat dari air dan Yesus yang dibaptis, mengembara di padang gurun, dan saat Yesus dicobai. Bahkan, tugas pelayanannya sama, yaitu membebaskan umat-Nya. Perbedaannya adalah Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir ke Kanaan dan Yesus membebaskan manusia dari hukuman kekal menuju pada kehidupan yang kekal.
Musa merupakan sosok proklamator Israel yang tujuannya bukan untuk menciptakan agama baru, melainkan mendirikan kerajaan baru yang letak tanahnya belum diketahui oleh orang Israel sama sekali. Namun, Musa melakukan hal tersebut dalam usia yang sudah tidak produktif, yaitu saat berusia 80 tahun. Saya terkesan ketika pembicara mengatakan bahwa pada usia 40 tahun, ketika Musa sedang dalam puncak kejayaannya sebagai pangeran dan pemimpin perang, Musa justru tidak menuliskan kisah-kisah tersebut di kitab yang ditulisnya. Sebaliknya, Musa lebih bangga memakai nama Musa dibanding nama Mesirnya, lebih berani mengambil risiko demi kemuliaan nama Allah dan bangsanya, dan lebih banyak menuliskan kelemahan dan kegagalannya saat memimpin bangsa Israel. Di tengah berlangsungnya proses mendirikan kerajaan baru umat Tuhan yang diawali dengan keluarnya mereka dari tanah Mesir, mengapa bangsa Israel begitu bebal sehingga tidak dapat melihat kebaikan Tuhan? Pdt. Eko Arya menjelaskan hal itu dikarenakan Israel lebih suka tinggal menumpang dan menjadi pekerjaan rodi di Mesir karena Mesir adalah bangsa termakmur kala itu.
Sepulang dari seminar, saya sungguh bersyukur mendapat banyak pelajaran rohani pada malam itu. Saya belajar gaya hidup Musa serta sikap Musa dalam menghadapi Mesir dan juga bangsa Israel. Dari hal tersebut, saya belajar bukan kesuksesan yang harus kita banggakan, jauh lebih baik kalau kita bangga memiliki Tuhan dan menjadi milik Tuhan. Dari bangsa Israel sendiri, saya belajar Tuhan mengikis sikap kekerasan hati dan ketidakpercayaan kepada rencana Allah. Seminar ini sangat berkesan bagi saya karena ini seminar pertama yang saya ikuti yang berkaitan dengan studi Alkitab. Seminar ini tidak membuat saya bosan, tetapi justru menolong saya lebih mengerti maksud dari penulisan kitab Keluaran. Pembicaranya sangat bagus dalam mengemas bahan seminar sehingga pendengar bisa menangkap dengan baik. Terima kasih atas kebaikan Tuhan sehingga saya dapat dibekali lebih lagi dengan kebenaran dari Alkitab. Biarlah segala syukur puji dan hormat bagi Tuhan saja.
Cetak tulisan ini
Leave a comment