Perayaan “Thanksgiving” di SABDA — Bersyukurlah
Oleh: *Irene
Bersyukurlah Senantiasa!
“Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.” (Mazmur 107:21, TB)
Perayaan “Thanskgiving” mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ada banyak orang yang merayakannya, baik di sekolah, di kantor, maupun di keluarga besar mereka. Namun, bagi saya, ini merupakan kali pertama ikut ambil bagian dalam perayaan tersebut di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Perayaan ini dilakukan pada Kamis ketiga bulan November. Saya bertanya dalam hati kala itu, mengapa YLSA merayakannya? Apakah hanya ikut-ikutan orang Barat? Atau, hanya ingin berkumpul bersama? Sebab, saya berpikir hari Thanksgiving adalah perayaan hasil panen raya dan merupakan budaya Amerika serta Kanada.
Semua pertanyaan saya terjawab ketika salah satu staf YLSA meminta saya untuk mencari informasi tentang sejarah hari raya Thanksgiving. Pemikiran saya selama ini ternyata salah besar, faktanya, perayaan Thanksgiving merupakan hari ucapan syukur yang dilakukan oleh Koloni Plymouth atas pemeliharaan Tuhan ketika mereka pergi dari Inggris untuk mencari kebebasan religi. Mereka mengalami banyak rintangan sebelum akhirnya bisa menetap dengan selamat di daerah baru tersebut, dan mereka mengadakan perayaan besar saat mendapatkan hasil panen mereka yang pertama.
Itulah sebabnya, YLSA ikut merayakan hari istimewa ini sebagai momentum untuk semua staf agar selalu ingat akan pemeliharaan Tuhan yang sungguh luar biasa dalam kehidupan kami. Ucapan syukur YLSA sering kali dilakukan dengan cara membersihkan ruangan-ruangan kantor kami, makan bersama, dan beribadah bersama. Renungan yang dibagikan dalam persekutuan diambil dari Santapan Harian dengan judul “Karena Bersyukur, maka Berbahagia” yang terambil dari Kitab Mazmur 107:10-22 sebagai bacaan pengantar. Terkadang, kita sebagai orang percaya baru bisa bersyukur karena kita bahagia. Akan tetapi, pada saat menghadapi banyak rintangan, kita dengan mudahnya marah-marah kepada Tuhan. Bukankah seharusnya rasa bahagia itu timbul dari hati kita saat kita mau belajar bersyukur? Tentunya ketika kita memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan selalu bergaul dengan firman-Nya. Saya pikir kita semua harus belajar untuk bisa berdamai dengan segala situasi dan kondisi di sekitar kita. Akan tetapi, permasalahan utama yang membuat kita sulit bersyukur adalah karena kita masih sulit untuk berkomitmen dalam pengenalan akan Kristus Yesus sehingga kita masih mengejar kepuasan duniawi, merasa khawatir akan hidup ini. Marilah kita belajar untuk bisa lebih lagi mengenal siapa Pemilik hidup ini agar kita tahu bahwa Tuhan sudah menjamin hidup kita sepenuhnya.
Dalam kesempatan ini, saya merasa sangat bersyukur kepada Tuhan. Setelah memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan dan komunitas saya di Surabaya untuk kembali ke kota kelahiran saya di Solo, saya bergumul untuk bisa mendapatkan komunitas Kristen yang bisa membantu saya bertumbuh dalam Tuhan Yesus. Ternyata, Tuhan mendengar doa saya. Dua bulan setelah kepulangan saya ke Solo, saya bisa bekerja di YLSA dan mendapatkan komunitas. Ya, Tuhan itu baik, teramat baik dalam kehidupan saya. Jadi, masihkah saya dan Anda punya alasan untuk tidak mengucap syukur kepada-Nya? “Mengucap syukurlah dalam segala hal. Sebab, itulah kehendak Allah bagimu di dalam Kristus Yesus.” (1 Tesalonika 5:18, AYT)
Cetak tulisan ini
February 14th, 2018 - 17:02
Belajar hidup bersyukur selalu adalah hal yang tidak mudah, tetapi saya akan belajar bersyukur karena rencana Tuhan dalam apapun di hidup kita itu baik. Terimakasih sharingnya sangat memberkati. Gbu