Blog SABDA
24Nov/170

Pelayanan SABDA di Universitas Pelita Harapan, Surabaya

Oleh: *Levina

Puji syukur kepada Tuhan, pada 7 November 2017, saya mendapat kesempatan untuk ikut membantu Ibu Yulia dalam pelayanan SABDA di Universitas Pelita Harapan (UPH), Surabaya. Ada dua pelayanan yang dilakukan oleh Ibu Yulia pada hari itu. Pertama, menjadi pembicara untuk persekutuan pagi bagi para staf/dosen di UPH dan yang kedua adalah menyampaikan seminar kepada para mahasiswa yang bertema “Digital Word for Digital World”.

Kami datang lebih awal. Suasana kampus yang terletak di dalam mall City of Tomorrow ini masih sangat sepi. Kami memanfaatkan waktu untuk menyusun booth SABDA di lorong kecil di depan ruangan chapel, tempat acara berlangsung. Seperti biasa, booth ini dipakai untuk memajang produk-produk SABDA, seperti Alkitab audio dan berbagai alat digital yang berisi bahan-bahan untuk pelayanan. Tugas saya pada hari itu adalah menyambut mereka yang mampir melihat booth tersebut setelah ibadah dan seminar berlangsung.

Dalam persekutuan pagi staf/dosen UPH, Ibu Yulia menyinggung tema yang masih hangat-hangatnya dibahas banyak gereja saat itu, yaitu Reformasi. Beliau menyampaikan keprihatinan bahwa banyak orang Kristen di gereja pada masa kini yang kebanyakan merayakan hari Reformasi hanya sebagai event, tanpa sungguh-sungguh memperjuangkan makna Reformasi itu sendiri. Reformasi bukan terjadi pada masa lalu dan selesai begitu saja. Reformasi harus terus-menerus dijalankan oleh setiap pribadi (semper reformanda/always reforming).

Selain mengingatkan kembali makna dari kelima SOLA dalam reformasi, Ibu Yulia juga mengajak untuk merefleksikan hal tersebut dalam kehidupan orang percaya pada zaman modern ini. Dengan kemudahan yang luar biasa dalam mengakses Alkitab, banyak orang percaya yang malah malas dan tidak menghargainya. Sementara dulu, pada zaman Martin Luther, Alkitab tidak bisa diakses oleh banyak masyarakat biasa dan rakyat kecil sehingga banyak orang dengan mudah ditipu oleh ajaran yang tidak benar. Refleksi tersebut juga kembali disampaikan pada seminar yang diadakan bagi para mahasiswa. Di tengah kehidupan modern dan perkembangan teknologi, mereka diingatkan untuk menggunakan teknologi dan kemudahan yang ada untuk menggali firman Tuhan lebih dalam.

Ini bukan pertama kalinya saya menjaga booth SABDA. Namun, pengalaman saya menjaga booth kali ini sebenarnya bercampur antara senang dan juga prihatin. Saya senang melihat banyak staf dari UPH yang antusias untuk mendapatkan bahan pelayanan lewat produk-produk SABDA, tetapi saya sedih melihat kebanyakan mahasiswa, para masyarakat digital yang hadir, sepertinya kurang tertarik untuk mengunjungi booth. Bahkan, selama acara berlangsung, banyak yang keluar masuk, atau bahkan duduk di luar ruangan.

Lepas dari itu, saya tetap bersyukur bisa ikut serta dalam pelayanan SABDA kali ini. Biarpun mungkin tugas saya sangat kecil, saya bersyukur lewat pelayanan ini saya sendiri juga sebenarnya ditegur karena di tengah kesibukan dalam pekerjaan setiap hari. Saya sering kali malas, terlalu lelah, atau bahkan lupa untuk membaca dan menggali Alkitab. Saya berharap apa yang disampaikan oleh Ibu Yulia dalam pelayanan SABDA kali ini juga boleh tinggal di hati setiap peserta, terutama para mahasiswa yang hadir sehingga hal ini boleh mengingatkan mereka, yaitu pentingnya Alkitab sebagai otoritas utama dalam iman dan kehidupan mereka. Soli deo gloria!

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 194 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.