Staf SABDA Mengikuti Seminar “Akhir Zaman”
Oleh: Danang D.K.
Pada Senin, 16 Oktober 2017, seluruh staf SABDA menghadiri seminar tentang “Akhir Zaman” di Gereja Pengharapan Allah, Mangkubumen, Solo. Kami berangkat bersama-sama dari kantor pukul 07.30 WIB, walau ada juga yang langsung berangkat dari rumahnya masing-masing. Acara ini diadakan oleh persekutuan paguyuban hamba-hamba Tuhan se-Solo. Pembicara dari seminar ini adalah Pdt. DR. Paul G. Caram, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Beliau cukup produktif dalam menulis buku dan banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Yayasan Voice of Hope menjadi jembatan penghubung antara beliau dengan masyarakat Indonesia. Untuk seminar kali ini, beliau menjelaskan dari dua bukunya, “Menyingkap Rahasia Akhir Zaman” untuk sesi I dan “Pedoman bagi Hamba Tuhan” untuk sesi II.
Saat kami datang, belum banyak peserta yang hadir, masih banyak kursi kosong. Setelah menunggu sekitar 30 menit, peserta mulai berdatangan. Kalau dihitung, jumlah pesertanya hanya puluhan. Jadi, ruangan terasa lengang karena gedung itu bisa menampung 500-an orang. Setelah beberapa pujian, doa, dan sambutan dari pengurus, dimulailah sesi I tentang “Akhir Zaman”. Beliau menyampaikan materinya dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh Bapak Daniel Saragih, M.Th.
Awalnya, Bapak Paul banyak membahas perspektif Perjanjian Lama berkaitan dengan akhir zaman. Beberapa tokoh PL (Perjanjian Lama) sudah mendapat pencerahan tentang akhir zaman, seperti Abraham dan Ayub . Kemudian, dibahas juga perihal pertumbuhan rohani. Jemaat diharapkan menjadi dewasa supaya siap menyambut kedatangan Kristus. Masa kesukaran menjelang akhir zaman bertujuan untuk menguji manusia. Mereka yang lolos uji adalah mereka yang dewasa rohaninya. Adam dan Ayub diuji untuk membuktikan kesetiaan mereka, dan setan digunakan Tuhan untuk melakukan pengujian tersebut.
Pembahasan materi berlanjut pada peran kita di dunia ini. Kita harusnya memiliki nama baik dan karakter yang baik karena itu adalah tolok ukur kerohanian. Dengan kedua hal itu pula, orang akhirnya bisa menghasilkan buah. Buah yang penting adalah buah yang kekal, yaitu jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa merupakan mahkota kita, upah kita di surga. Semua orang yang percaya kepada Yesus akan masuk surga, tetapi di surga setiap orang memiliki takaran upahnya masing-masing. Ada orang yang upahnya besar, ada yang kecil. Setiap hasil pekerjaan orang akan diuji dengan api, yang lolos uji dengan api akan memperoleh upahnya. Jadi, pembicara mengajak semua orang untuk melakukan investasi yang bijak dan menguntungkan, yaitu investasi pada jiwa-jiwa. Kelak, mereka ini menjadi kemuliaan kita di hadapan Tuhan. Dan, cara kita melakukan investasi tersebut adalah dengan mengajar jemaat dengan ajaran yang sehat. Ajaran yang salah, sekecil apa pun, akan menjadi kesalahan yang berlipat ganda dalam jemaat. Jadi, kita mesti sangat hati-hati dengan apa yang kita ajarkan.
Pembicara juga menjelaskan tentang kemuliaan tubuh kebangkitan, yang memiliki kemuliaan berbeda dengan malaikat, dan dengan tubuh kita yang fana ini. Tubuh kemuliaan memancarkan kemuliaan sosok manusia yang sesungguhnya. Sama seperti kemuliaan Yesus terpancar dalam peristiwa transfigurasi di Bukit Zaitun. Dengan pengharapan demikian, kita akan menanti-nantikan kedatangan Yesus dengan sukacita. Mengasihi Tuhan dan sesama manusia menjadi teladan Yesus yang bisa ditiru untuk semua orang percaya. Kemegahan kita semestinya bukan karena semua hal yang fana, uang, kecerdasan, penampilan, dan keangkuhan, sebab semuanya tidak bisa dibawa mati.
Pada sesi II, pembicara membahas tentang sikap teladan hamba Tuhan dan kondisi pernikahan mereka yang semestinya menjadi panduan bagi jemaat. Orang yang dewasa rohani semestinya menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut saya, ajakan ini menjadi renungan yang besar dalam seminar ini. Pemahaman tentang akhir zaman semestinya mendorong kita untuk lebih hidup kudus dan berkenan kepada Dia sebagai wujud kehidupan beriman yang dipraktikkan secara nyata. Selamat menyambut kedatangan Kristus dengan sukacita. Soli Deo Gloria!
Cetak tulisan ini
Leave a comment