Staf YLSA Mengikuti Seminar “Allah dan Kebebasanku”
Oleh: *Widodo
Seminar “Allah & Kebebasanku” oleh Vik. Harly Erikson Tambunan di Gedung Orient, Surakarta (20/3/2017), adalah seminar pertama yang saya ikuti sejak berada di YLSA. Kami tiba pukul 17.50 WIB, dan ternyata persiapan seminar masih berlangsung. Baru pada pukul 18.30 WIB, acara dimulai.
Ketika pembicara maju ke depan, “energi kebebasan” dari menunggu sekitar 40 menit seperti dikembalikan kepada kami bertiga yang hadir dari YLSA (saya, Kun, dan Benny). Pembicara yang sering melayani kaum muda di GRII Jakarta ini sangat pas membawakan tema “Allah & Kebebasanku”. Beliau bersemangat, enerjik, dan ekspresif dalam menyampaikannya. Ilustrasi-ilustrasi yang diberikan juga sangat sederhana dan mudah dipahami oleh semua yang hadir. Ada sekitar tiga ratusan orang yang hadir, baik yang berlatar belakang awam, sekolah teologi, maupun aktivis gereja.
Tema yang awalnya terasa umum dan biasa saja, ketika digali, ternyata membuka sebuah pemahaman yang baru. Pada awal seminar, Pak Harly melemparkan dua pilihan pernyataan kepada peserta, yaitu “kebebasan yang mengikat” atau “ikatan yang membebaskan”. Seperti biasa, dua pilihan yang sepertinya sama akan menimbulkan dilema. Audiens terbagi ke dalam dua kubu. Manusia diciptakan Allah dengan kebebasan, potensi daya cipta dan cinta. Kebebasan adalah tema yang sangat umum digunakan untuk menggalang massa. Pada waktu manusia masih berada di taman Eden, Iblis sudah melemparkan isu kebebasan untuk memperoleh massa. Hingga kini, kampanye-kampanye politik juga menyuarakan tema kebebasan untuk memperoleh hal yang serupa. Akan tetapi, ada satu kata kunci yang menentukan apakah kebebasan itu benar atau salah, memberi kepuasan atau justru keliaran. Kata kunci itu adalah “aturan”. Ilustrasi yang diberikan adalah tentang keinginan seorang anggota geng motor untuk bebas. Ia ingin bebas berkendara tanpa aturan, tanpa helm, tanpa SIM, modifikasi motor sesukanya, dan tanpa lampu lalu lintas. Tentu saja, ilustrasi ini sangat mudah dipahami, tanpa helm dan lampu lalu lintas pasti akan fatal. Itulah perbedaan kebebasan yang ditawarkan Allah dengan kebebasan yang ditawarkan Iblis. Lalu, apakah aturan dari Allah? Tidak banyak, hanya satu, yaitu menggenapi tujuan yang telah ditetapkan Allah bagi manusia. Lalu, apakah tujuan hidup manusia? Tidak banyak juga, untuk menikmati (bukan menikmati berkat Tuhan, melainkan Sumber berkatnya) dan memuliakan keberadaan Tuhan dalam seluruh perjalanan hidup manusia. Keduanya disingkat menjadi RELASI dengan Tuhan. Jadi, kebebasan manusia adalah kebebasan untuk berelasi dengan Tuhan.
Saya sangat diberkati dengan pemaparan tersebut. Saya dibawa ke dalam sebuah kesimpulan bahwa manusia yang diciptakan Allah dengan potensi daya cipta dan kasih, bebas mengekspresikan diri dalam berelasi dengan Tuhan. Disadari atau tidak, manusia sepenuhnya bergantung kepada Allah. Oleh karena itu, kalau Anda suka bermusik, bermusiklah untuk Tuhan. Bagi yang suka menulis, menulislah untuk kemuliaan Tuhan. Manusia bebas berekspresi, tetapi untuk satu tujuan yang telah ditetapkan sejak awal mula penciptaan, yaitu BERELASI DENGAN TUHAN. Tuhan Yesus memberkati.
Cetak tulisan ini
May 6th, 2017 - 10:14
Shalom, saya senang bisa mengikuti seminar Allah & Kebebasanku. Bisa belajar fakta tentang Allah. Allah memberikan kebebasan namun kebebasan itu mengikat. Berharap, jika ada seminar seperti ini saya bisa mengikutinya lagi.
May 12th, 2017 - 18:48
Topik yang menarik. Agak memusingkan sih, tapi beryukur karena bisa mendapat pengetahuan yang baru lagi. Terima kasih untuk sharingnya.