Tidak Pernah Menyesal Berada di SABDA
Oleh: Wiwin*
Dari perusahaan farmasi masuk ke SABDA?? Ehm, jelas hal yang cukup besar bedanya. Tidak sekadar istilah-istilah yang berubah, tetapi juga metode kerja pun berubah. Memang perlu adaptasi, tetapi saya sangat percaya bahwa Allah tidak pernah salah menempatkan saya di SABDA. Setiap hari saya dibawa untuk berjumpa dengan firman Tuhan di sela-sela jam kantor, yang secara otomatis mengarahkan hati dan pikiran saya juga kepada TUHAN sebagai pribadi di balik firman Tuhan itu sendiri. Pikiran saya semakin difokuskan kepada hal-hal yang bernilai kekal.
Karena saya tidak punya background IT, selama 8 bulan saya hanya bisa membantu pelayanan di divisi AYT (Alkitab Yang Terbuka), Komunitas , dan Publikasi , sekalipun kadang saya berpikir akan sangat senang jadi Hadi atau Khenny (Personal di divisi ITS) yang dipakai Tuhan untuk menghasilkan produk-produk IT. Demikian juga jadi seperti Mbak Lusi dan Yans yang dipakai Tuhan menghasilkan produk-produk Multimedia. Namun, bersyukur Allah mengizinkan saya untuk belajar banyak hal juga di divisi AYT, Komunitas, dan Publikasi.
Di divisi AYT, saya mengerjakan proses interlinier, membaca cepat kitab Markus, Bilangan, Hakim-Hakim, Rut, Nehemia, dan 1 Samuel. Melalui pekerjaan ini, ketelitian, kemampuan bahasa Indonesia, dan kemampuan bahasa Inggris saya diasah lebih lagi.
Di divisi Komunitas, saya belajar menjadi moderator PA online di e-Renungan Harian dan e-Santapan Harian. Suatu pengalaman yang unik karena biasanya saya memimpin PA secara langsung. Dibukakan kembali bahwa teknologi yang diberikan Tuhan bisa digunakan dalam mengenal Tuhan dan menjalin relasi yang luas dengan sesama tubuh Kristus lainnya.
Di divisi Publikasi, saya membantu pengerjaan publikasi e-Wanita, e-Doa, e-JEMMi, dan KADOS. Saya tidak saja mencari artikel-artikel untuk beberapa publikasi, tetapi saya juga membantu menerjemahkan beberapa artikel. Sangat menyenangkan ketika saya bisa melihat Allah menambahkan banyak hal dari tugas-tugas ini.
Typing test yang diwajibkan bagi staf baru pun bisa saya cicipi. Sekarang, saya tidak lagi mengetik dengan 4 jari saja karena latihan tes tersebut. Hal ini tentu memberi nilai tambahan dalam kemampuan saya. Sepertinya, hanya di SABDA yang memberikan pelatihan ini bagi staf-stafnya.
Hal yang menyenangkan lagi di SABDA adalah Griya SABDA itu sendiri, ruangan yang didesain sangat asri dan alami. Saya beberapa kali menggunakan suasana yang teduh di griya untuk berdoa dan saat teduh sendiri di sana, tentunya di luar jam kantor. Selain itu, ada ribuan buku di Griya SABDA yang siap dibaca setiap saat oleh staf. Di Griya SABDA ini juga semua staf rutin berkumpul untuk bersekutu bersama tiap Senin dan Jumat. Tempat ini menjadi saksi bisu perjuangan saya untuk berjuang melawan rasa malas saya untuk berbicara di depan umum dan berpikir kritis. Benarlah jika saya menyimpulkan Allah sangat sengaja membawa saya ke tempat ini untuk meng-“upgrade” saya.
Teman-teman di mess, temasuk keluarga Bu Yulia, juga memberi warna indah dalam hidup saya selama 8 bulan ini. Mereka membuat saya semakin menyadari saya punya banyak saudara di dalam Tuhan. Sekalipun dengan temperamen dan kebiasaan berbeda, semua pribadi menoreh kesan yang indah dalam hidup saya. Saya masih ingat Desember tahun lalu saat saya makan bersama dengan keluarga Ibu Yulia di malam Natal, saya begitu bahagia karena merasa seolah-olah saya mendapatkan orang tua saya kembali.
Hal yang paling saya sukai adalah ketika diikutkan roadshow ke luar kota. Melayani bersama teman-teman SABDA dan langsung bertemu dengan para pengguna produk SABDA adalah hal yang mengasyikkan. Selain menambah kedekatan antarsesama staf yang ikut roadshow, hal itu juga membuka wawasan saya terhadap lingkungan Kristen di luar Solo. Melalui roadshow, saya bisa berkenalan dengan para pelayan Tuhan dari Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, bahkan sampai luar pulau Jawa.
Sepertinya akan cukup panjang untuk menuliskan kisah-kisah menyenangkan di SABDA. Bagi saya, SABDA adalah tempat yang aman untuk menjaga hidup semakin fokus pada Allah, tempat yang subur untuk mempraktikkan hidup sederhana, jujur, disiplin, dan kerja keras. Tempat yang subur juga untuk membuat diri semakin pandai. Hal ini bisa terjadi bukan sekadar sistem dan prasarana yang didesain sedemikian rupa untuk hal-hal tersebut. Namun, karena teladan hidup dari pemimpin SABDA dan keluarga yang terus bisa dilihat setiap hari oleh staf-staf SABDA.
Saya sendiri berharap semua yang saya dapat di SABDA akan saya terus lakukan dalam hidup saya. Terima kasih untuk Ibu Yulia sekeluarga dan teman-teman semua. Kalian semua adalah berkat Tuhan yang tidak ternilai, yang saya dapatkan selama 8 bulan ini. Sekalipun berpisah, ikatan persaudaraan di dalam Kristus tidak akan pernah diputuskan. Adalah sukacita bagi saya jika saya bisa terus menjadi keluarga besar SABDA dengan cara yang lain. Saya yakin tempat seperti SABDA adalah tempat yang harus dilestarikan dan digandakan di semua tempat. Sampai bertemu lagi semua!! I will miss u all. 🙂
*Wiwin adalah staf magang YLSA.
Cetak tulisan ini
June 4th, 2015 - 14:41
Sukses terus ya Mbak Wiwin…
Semoga semakin jadi alat Tuhan yang berguna di mana pun ditempatkan 🙂
Blessings!