Digital Ministry Gathering di Jakarta
Pada Februari tahun ini, saya mendapat kesempatan pergi ke Jakarta bersama Ibu Yulia dan Hadi. Terakhir kali saya menginjakkan kaki di ibu kota adalah tahun 2007, saat saya magang di Pusat Bahasa, Jakarta Timur. Setelah itu, tak pernah lagi … Ternyata, kesempatan itu sekarang datang lagi. Yey … 🙂 Yang istimewa kali ini adalah saya bisa pergi naik pesawat. Eits, ada cerita menarik nih di balik pengalaman ini. Seminggu sebelum ditawari ikut acara di Jakarta, saya mengantar anak pergi ke area sekitar bandara untuk melihat pesawat lepas landas. Ketika pesawat menukik naik, dalam hati saya bilang, “Aku pasti akan naik pesawat juga.” Eh, nggak tahunya … beneran, kesempatan itu Tuhan sediakan. Jadi, memang inilah pengalaman pertama saya naik pesawat … haha.
Kami ke Jakarta untuk menghadiri acara “Digital Ministry Gathering” yang diadakan di SAAT Ministry Center. Selain Tim Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), tamu lain yang diundang adalah dari Our Daily Bread (ODB), Pijar TV, ArkNet Ministry, Scripture Union Indonesia (SUI), Jalan, Kebenaran, Hidup (JKH) Ministries, dan Suluh Insan Lestari (SIL). Dari acara perkenalan, saya belajar bahwa setiap yayasan telah mencoba setia mengerjakan dan melanjutkan visi misi serta panggilan yang telah Tuhan taruh dalam hati mereka. Sayangnya, dalam memasuki era digital sekarang ini, belum melihat ‘greget’ mereka dalam dunia pelayanan digital. Dari sharing-sharing, saya bisa merasakan pergumulan mereka untuk bisa lebih relevan dalam melayani generasi milenial/digital sekarang ini. Pertemuan seperti inilah yang sebenarnya diharapkan mendapat informasi dan masukan supaya kita semua bisa saling belajar.
Sesi ke-2 diisi oleh Bapak Isak Sukamto, salah satu staf purnawaktu di SAAT. Beliau menyampaikan presentasi mengenai situasi dunia saat ini terkait dengan perkembangan teknologi. Presentasi ini diharapkan menjadi “triger” untuk mengajak yayasan-yayasan memikirkan bagaimana kita bisa menjangkau generasi digital dengan lebih bersemangat. Oleh karena itu, Ibu Rahmiati, dosen senior SAAT, memberikan waktu sekitar 45 menit untuk kami berdiskusi. Beberapa yayasan mencoba untuk mengemukakan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Namun, untuk bagaimana kita semua bisa bersinergi dalam pelayanan di dunia digital, belum terlihat jelas hasilnya. Bahkan, menurut saya, hasilnya “masih di awang-awang” dan rasanya pemikiran bersinergi belum ditangkap dengan baik, sedangkan langkah konkret yang diusulkan Ibu Rahmiati adalah dengan mengadakan semacam ‘retret’ atau digital festival yang dapat mengundang lebih banyak peserta untuk berpartisipasi. Secara pribadi, saya merasa pertemuan ini belum menghasilkan titik terang yang jelas, kita mau ke mana. Dari tim YLSA sendiri, kami pulang ke Solo dengan membawa banyak pertanyaan dan pergumulan doa. Untuk pertemuan yang akan datang, sepertinya perlu dipersiapkan pemikiran yang lebih matang, terutama konsep sinergi seperti apa yang bisa dilakukan melihat masing-masing yayasan tidak mempunyai kesiapan yang sama dalam menyambut era digital. Jadi, perlu langkah yang lebih mendasar lagi, yaitu bagaimana membuka wawasan digital bagi yayasan-yayasan yang sebelumnya hanya bergerak dalam lingkup nondigital. Rupanya, kita masih harus menempuh langkah yang cukup panjang untuk sampai kepada yang dibutuhkan oleh generasi milenial. Perlu banyak doa dan kerja keras.
Saya bersyukur bisa berkenalan dan berelasi dengan teman-teman dari berbagai yayasan yang hadir. Dari kesempatan ngobrol, saya belajar untuk bisa melihat yayasan lain sebagai kesatuan anggota tubuh Kristus. Ada yang sebagai tangan, kaki, telinga, dll., yang kesemuanya itu bekerja bukan untuk memuaskah hasrat diri, melainkan untuk menjalankan misi yang Allah berikan kepada kita masing-masing. Mereka punya pergumulan, kerinduan, tantangan, dan YLSA pun juga demikian. Kiranya setiap orang yang hadir makin dikobarkan semangatnya untuk melayani, dan bisa melihat betapa pentingnya kesatuan tubuh Kristus ini untuk melayani dan menjangkau generasi digital bagi Tuhan. Saya juga mengajak setiap pembaca Blog SABDA untuk turut berdoa agar yayasan-yayasan di Indonesia memiliki wawasan yang terbuka untuk bisa dipakai Tuhan pada era digital ini. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Selama hari masih siang, mari kita terus bekerja dengan lebih pintar supaya nama Tuhan dimuliakan. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Cetak tulisan ini
Leave a comment