Blog SABDA
6Dec/163

Thanksgiving: God is Good

Mengucap syukurlah dalam segala hal. Sebab, itulah kehendak Allah bagimu di dalam Kristus Yesus.1 Tesalonika 5:18 (AYT)

Kehidupan orang Kristen mesti ditandai dengan ucapan syukur. Itu jelas tertera dalam firman Tuhan, seperti yang tertulis di awal blog ini. Mengapa? Setidaknya, ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, karena karya keselamatan yang sudah dikerjakan Kristus bagi kita. Kedua, karena Tuhan menghendaki agar kita memiliki kemampuan untuk bersyukur dalam setiap waktu dan kondisi, atau dalam bahasa kerennya, attitude of gratitude. Dengan memiliki sikap bersyukur, pandangan kita akan terus terarah pada kebaikan dan pemeliharaan Tuhan, yang selanjutnya akan mengarahkan kita untuk hidup di dalam iman, pengharapan, dan kasih. So, terkait dengan hal itu, setiap tahun, pada hari Kamis terakhir bulan November, pemimpin dan staf YLSA mengadakan acara Thanksgiving di kantor. Meski Thanksgiving awalnya (dan masih) menjadi budaya tahunan yang berkembang dan terjadi di negara Amerika Serikat dan Kanada, tetapi inti dari budaya Thanksgiving, yaitu mengkhususkan satu hari untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, menjadi satu budaya atau kebiasaan yang juga dikembangkan oleh YLSA dari waktu ke waktu.

Sejarah Thanksgiving sendiri diawali dengan perjalanan (pilgrimage) sebagian rakyat Inggris yang mencari kebebasan religi di benua yang baru (new land) Amerika. Mereka harus menemui banyak hambatan, kesulitan, serta penyakit, sebelum akhirnya mereka dapat menghasilkan panen pertama di tanah yang baru. Sebagai ungkapan syukur mereka atas pemeliharaan Tuhan, mereka pun mengadakan jamuan makan untuk ucapan syukur dengan mengundang “tetangga baru” mereka, suku asli Indian, yang telah membantu mereka melalui tahun-tahun sulit di tanah yang baru itu. Seiring dengan perkembangan sejarah, Thanksgiving kemudian ditetapkan sebagai hari perayaan nasional di Amerika, yang kemudian juga menjadi ajang “mudik” bareng dari banyak masyarakat untuk berkumpul dengan keluarga dan teman.

Tahun ini, acara Thanksgiving di YLSA diawali dengan PA Kisah Rasul 13-14. Bacaan ini sungguh terkait dengan sejarah tradisi Thanksgiving, yaitu kisah perjalanan dan ucapan syukur Paulus dan Barnabas setelah mengabarkan Injil di berbagai tempat. Keduanya harus menemui banyak tantangan dan rintangan. Namun, pada akhirnya, mereka dapat menyelesaikan tugas yang dikaruniakan kepada mereka dengan pertolongan Roh Kudus.

Sebagai aplikasi dari PA Kisah Rasul 13-14 ini, semua staf harus membagikan ungkapan syukurnya kepada Tuhan, terutama terkait dengan timeline (kisah perjalanan hidup) pribadi yang sudah kami buat pada awal PA bulan November. Semua staf pun tanpa malu-malu (meski awalnya agak sedikit ragu-ragu) membagikan curahan hatinya tentang kebaikan Tuhan. Mulai dari sharing terpanjang sampai sharing tersingkat, sharing dari zaman “dahulu kala” kisah orangtua sampai ke sekarang, sharing yang penuh dengan haha hihi sampai yang penuh tangis haru, sharing tentang masalah jodoh, pelayanan, jalan hidup, pendidikan, dsb., dsb.. Komplet plet pokoknya, seperti nasi goreng ayam pakai telur, krupuk, dan acar :-). Tampaknya, ajang mengungkapkan rasa syukur ini bisa menjadi semacam rangkaian presentasi TED mini untuk tiap staf karena hampir semua relatif sulit untuk bisa mengungkapkan sharingnya hanya dalam satu atau dua kalimat. “Kabeh pengen dadi lakon,” (semua ingin jadi bintang/pemeran utama – Red.) begitu kata Evie ketika mendengar satu per satu teman membagikan ungkapan syukurnya. 🙂 Ya, so pastilah. Sulit untuk tidak menceritakan semua perbuatan yang sudah Tuhan lakukan dalam hidup ini. Kalau kata anak alay zaman sekarang, “Banyak bingits euy.” Tidak heran kalau acara PA + Thanksgiving yang awalnya dijadwalkan selesai sekitar jam 10-11, akhirnya baru selesai pkl. 13.30! Wew :-O

Sharing semua staf akhirnya ditutup dengan sharing dari Bu Yulia, yang sudah 22 kali merayakan acara Thanksgiving di YLSA. Satu hal berkesan yang dikatakan oleh beliau adalah “Kesulitan hidup kadang membuat kita ingin mengeluh, tetapi ketika ingat betapa banyaknya Tuhan sudah menolong, keluhan langsung berubah menjadi syukur”. Benar sekali. Satu keluhan yang kita rasakan tidak akan sebanding dengan berkat-berkat lain yang Tuhan sudah berikan. Count your blessings instead of sheep and you’ll fall asleep, atau terjemahan bebasnya: hitung deh berkat-berkatmu, maka kamu akan kecapekan sampai tertidur. Lalu, sesudah membagikan sharingnya, Bu Yulia menutup dengan doa syukur. Kemudian, acara dilanjutkan dengan makan siang Thanksgiving yang istimewa. Yum!

Hidup bersama Tuhan sungguh indah meski seringnya bukan hidup yang mudah. Di dalam kesesakan dan pergumulan, kesetiaan-Nya selalu terbukti dan kebaikan-Nya merekah bagai fajar yang menerangi kehidupan kami setiap hari. Karena itu, ayo kita terus bersyukur tanpa perlu menunggu momen Thanksgiving, sebab Tuhan selalu saja baik, amat baik, sangat baik!

Okti

Tentang Okti

Okti Nur Risanti telah menulis 47 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (3) Trackbacks (1)
  1. Amin.. terimakasih untuk baca’an yang disediakan, syalom


Cancel reply

Connect with Facebook