SABDA Mengikuti Seminar Media Internal
Oleh: Aji*
Pengelolaan media sebuah organisasi haruslah dikerjakan secara profesional berdasarkan perencanaan yang matang. Media internal adalah corong organisasi untuk menyampaikan pesan-pesan bagi “stakeholder” dan khalayak pendukung organisasi. Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) juga memiliki media internal (Berita YLSA) untuk menjangkau para sahabat dan pendukung yayasan. Inilah salah satu alasan mengapa Ibu Yulia, Ketua Yayasan Lembaga SABDA, tertarik untuk ikut dalam seminar “Mengelola Media Internal” yang diadakan pada 30 — 31 Maret 2016 lalu di Griya Solopos. Saya diajak Ibu Yulia untuk ikut karena kami berdua didaulat untuk bisa membagikan kembali apa yang kami dapatkan kepada semua staf YLSA yang tidak ikut (dengan begitu, kami bisa menghemat biaya).
Secara garis besar, seminar ini dibagi menjadi lima sesi. Sesi I — III disampaikan pada hari pertama, sedangkan sesi IV dan V pada hari kedua. Sesi hari pertama lebih teoritis, yaitu teori dasar jurnalisme, etika jurnalisme, juga filosofi dan perancangan media internal. Lalu, sesi hari kedua adalah brainstorming dan konsultasi/evaluasi perancangan media internal yang sifatnya lebih aplikatif.
Materi hari pertama, antara lain membahas tentang apa itu berita dan bagaimana mendapatkan berita. Pada era banjir informasi seperti sekarang ini, sangat penting ada validitas dan konfirmasi sehingga kontennya dapat dipertanggungjawabkan. Setelah itu, kami belajar secara singkat tentang kode etik jurnalisme yang membahas tentang bagaimana menyajikan kebenaran dengan sikap yang independen dan akuntable (tidak berpihak dan bertanggung jawab) sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Pada hari kedua, Ibu Yulia tidak bisa hadir karena ada tugas lain yang harus dikerjakan sehingga digantikan oleh Sdr. Rendy dari div. Multimedia. Memang Bu Yulia kelihatan agak bosan mengikuti seminar ini, mungkin karena materinya terlalu dasar dan lebih berorientasi pada media cetak, tidak seperti yang beliau harapkan. Menurut Bu Yulia, sesi hari kedua lebih cocok diikuti oleh Sdr. Rendy karena membahas tentang layout. Sesi hari kedua ini membahas tentang bagaimana memuat konten yang di-layout supaya lebih “menjual”. Untuk itu, pembahasan dimulai dari menentukan target pembaca, pilihan jenis media internal, bagaimana menemukan ide, juga trik dan tip dalam mengeksekusi perancangan, mencakup reportase, penulisan konten, penataan konten/layouting, dan terakhir adalah publikasi konten. Materi sesi ini agak mengecewakan karena hanya menitikberatkan pada media cetak dan hampir tidak membahas tentang media online seperti yang dibutuhkan YLSA. Alhasil, kami tidak mendapat materi yang cukup signifikan untuk dibawa pulang.
Memasuki sesi terakhir, seminar ditutup dengan brainstorming. Masing-masing wakil organisasi mempresentasikan rancangan media internal mereka di hadapan pembicara dan para peserta yang lain. Ada peserta yang sudah sanggup merancang media dengan baik, ada pula yang masih belum memiliki ide atau idenya belum jelas. Saya sendiri sebagai wakil YLSA mempresentasikan laman Berita YLSA yang merupakan media internal Yayasan SABDA. Puji Tuhan, saya bisa membawakan presentasi dengan cukup baik sekaligus sedikit berpromosi tentang SABDA dan apa saja produk-produknya. Rendy, sesekali memberikan tambahan-tambahan informasi yang luput saya sampaikan. Saya bersyukur, respons peserta dan redaksi Solopos cukup baik, tetapi kurang lebih tidak ada masukan dari mereka, kecuali ide untuk memberi sentuhan personal dengan penulisan blog. Namun, hal itu pun sudah dilakukan oleh yayasan (Blog SABDA) sehingga hampir tak ada sesuatu yang baru yang bisa menjadi masukan bagi kami.
Secara keseluruhan, saya menyimpulkan bahwa materi seminar ini kurang sesuai untuk YLSA yang sudah mengelola media internal selama belasan tahun, sedangkan materi seminar lebih berbicara tentang bagaimana merancang media dari awal sekali atau dari nol. Namun, tak mengapa … meski secara pribadi saya kecewa dengan konten seminar yang diberikan, tetapi di sisi lain saya belajar bahwa YLSA sudah melakukan pekerjaan yang cukup baik dalam konteks pengelolaan media internal. YLSA sudah memiliki apa yang baru direncanakan oleh sebagian organisasi lain. Oleh karena itu, kondisi ini seharusnya menjadikan YLSA lebih percaya diri dengan apa yang sedang dikerjakannya saat ini meski bukan berarti boleh bersikap sombong dan tak mau belajar lagi. Yayasan SABDA harus tetap rendah hati untuk mau belajar lebih banyak lagi kepada pihak-pihak lain yang lebih berpengalaman, sembari membagikan ilmunya tanpa pamrih kepada mereka yang baru memulai.
Sesuai dengan perjanjian, walaupun banyak sisi minus dari seminar ini, saya, Rendy, dan Bu Yulia wajib mengajarkan ulang materi yang telah kami terima. Oleh karenanya, seminggu kemudian, kami mempresentasikan kembali apa yang kami dapat sekaligus menjawab rasa penasaran yang berupa pertanyaan-pertanyaan dari rekan-rekan kami. Setelah bolak-balik dipikirkan, beberapa ide “olahan” muncul untuk diterapkan di YLSA, seperti misalnya meningkatkan keterlibatan semua tim pelayanan dalam membuat Berita YLSA sehingga bukan hanya tim Humas yang mengerjakan. Selain itu, seperti yang sudah disebutkan di atas, YLSA seharusnya cukup berani menyelenggarakan seminar serupa khususnya untuk gereja-gereja yang memiliki media internal bagi jemaat. Karena itu, Bu Yulia memberi tugas agar setiap tim mengajukan tema-tema seminar yang bisa YLSA selenggarakan untuk menjadi berkat bagi jemaat Tuhan, khususnya di Solo. Kami sangat senang bisa berbagi dan berharap itu dapat memicu kami semua untuk memunculkan ide-ide yang dapat memajukan pelayanan Tuhan di Indonesia. Kiranya para Pembaca mendukung kami dalam doa supaya Yayasan SABDA semakin giat belajar dan sanggup menjadi media yang dapat diandalkan dan menghantarkan orang percaya untuk bersemangat melayani Tuhan.
Cetak tulisan ini
Leave a comment