Pelatihan Penulis

Pada tanggal 7-8 Mei 2012 yang lalu, YLSA kembali menyelenggarakan pelatihan penulis Kristen. Ini merupakan pelatihan penulis kedua yang diadakan oleh YLSA. Pelatihan sebelumnya adalah pada bulan November 2011. Pelatihan yang mengambil tema “Menulis Renungan dengan Software SABDA” ini diadakan di gedung pertemuan GKJ Joyodiningratan, Solo. Terima kasih banyak kepada pengurus GKJ Joyodiningratan yang telah meminjamkan tempat dan fasilitas yang kami butuhkan. Kiranya kerja sama ini dapat menjadi berkat bagi masyarakat kota Solo.

Berbeda dari pelatihan penulis sebelumnya yang mengudang pembicara tamu, kali ini Tim SABDA sendiri yang menjadi pembicaranya. Ada 2 bagian utama dalam pelatihan ini, pertama adalah membagikan materi-materi yang terkait dengan penulisan renungan Kristen. Kedua, adalah pelatihan bagaimana menggunakan software SABDA untuk melakukan penggalian firman Tuhan yang mendalam. Harapan kami, setiap peserta yang mengikuti pelatihan ini semakin diperlengkapi sehingga mereka dapat menjadi penulis-penulis renungan yang berkualitas.

Selain itu, kami juga mempresentasikan produk-produk SABDA sehingga dapat memperlengkapi para penulis renungan ini dengan artikel dan bahan-bahan bermutu dari Yayasan Lembaga SABDA.

Berikut ini adalah kesaksian saya sebagai ketua panitia dan beberapa panitia lain yang mengikuti pelatihan penulis ini:

Back to the Bible” kira-kira frasa itu yang menggambarkan rangkaian pelatihan menulis renungan kemarin malam. Selain itu saya belajar bahwa renungan bukan sekadar merangkai kata-kata yang menghibur dan menyejukkan sesaat. Tapi renungan adalah hasil perenungan dari seseorang yang bergumul dan mempelajari firman Tuhan secara mendalam dan bertanggung jawab. (Ryan)

Kata orang Jerman, ini merupakan “aufklarung” alias pencerahan bagi saya dalam memahami renungan. Salah satu “pembaruan pikiran” yang saya terima dari seminar penilis ini adalah bahwa renungan merupakan penggabungan dari tindakan menyelidiki Allah dan dan pengalaman pribadi, yang dituangkan secara jujur dalam kalimat-kalimat. Renungan lebih bersifat “sharing” daripada menggurui, dan bukan merupakan hasil ‘pemerkosaan’ ayat terhadap topik-topik yang akan diangkat dalam renungan tersebut. Namun sebaliknya, hasil penggalian ayat yang diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dibagikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Meski sulit mencari jenis renungan seperti ini saat ini, tetapi saya harap seminar seperti ini dapat mendorong untuk mengawalinya. (Berlin)

Belajar tidak hanya menelan mentah-mentah bahan renungan yang kita baca. Tapi kita sendiri harus menggali dan menggali terus supaya kita tidak hanya mendapatkan kulitnya saja, tapi juga sari dari ayat-ayat yang kita renungkan. Itu adalah sangat penting didapat dalam sebuah renungan. (Elly)

Berkat yang saya dapat dari seminar penulis kemarin, adalah bahwa mulai saat ini kita harus lebih selektif lagi memilih bahan renungan karena tidak semua renungan Kristen menyampaikan firman Tuhan meskipun dibuat oleh orang Kristen dan ada kutipan ayatnya. Dan yang ditekankan dalam seminar penulis kemarin adalah bahwa renungan bukan hiburan tetapi renungan adalah menyampaikan firman Tuhan kepada pembaca. (Anik)

Respons lain silakan diposting di kolom komentar 🙂