“An Experience That Shaped Me”
Oleh: *Fransisco
Halo, nama saya Sisco, mahasiswa dari Universitas Kristen Petra, Surabaya. Sebelumnya, saya sudah menulis di Blog SABDA mengenai pengalaman saya mengikuti seminar Church: The Bride of Christ
. Kali ini saya akan menulis mengenai pengalaman magang saya di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Saya magang sebagai pemrogram selama dua bulan, dari Januari hingga awal Maret 2019. Awalnya, sama sekali tidak terpikirkan oleh saya untuk menjalani program magang di YLSA, sebab sebelumnya saya berniat untuk magang sebagai “game developer“. Saya terus mencari, tetapi tidak menemukan tempat sesuai dengan kriteria yang saya inginkan. Kemudian, ada seorang teman yang menawari saya untuk magang di YLSA, dan setelah menimbang-nimbang, kemudian saya memutuskan untuk menerima tawarannya. Saya sempat khawatir dengan kondisi baru yang tak terduga ini, tetapi semua kekhawatiran itu perlahan-lahan mulai hilang.
Tanggal 2 Januari 2019 menjadi hari pertama saya bekerja di YLSA. Saya dan teman magang saya, Isak, bersama staf-staf YLSA lainnya mengikuti persekutuan doa dan “sharing” setelah menjalani liburan akhir tahun. Hari itu, kami berdua mendapat orientasi komputer, orientasi HRD, dan lain-lain. Adapun koordinator kami masih berhalangan hadir untuk beberapa hari sehingga kami harus bekerja sendiri. Ini sempat membuat kami berdua bingung. Untungnya, staf-staf YLSA selalu mengingatkan kami, mereka berkata, “Tidak apa-apa, minggu pertama bekerja memang akan bingung. Jalani saja. Pelan-pelan, kamu akan terbiasa.” Untunglah, apa yang mereka katakan terbukti benar. Hari kedua, ketiga, hingga minggu pertama selesai, saya mulai bisa beradaptasi dan tidak terlalu bingung lagi. Saya mulai bersosialisasi dengan staf-staf di sini. Mereka pun dengan ramah membuka diri kepada saya, dan membantu saya ketika saya menghadapi kesulitan atau kebingungan. Minggu pertama ini menjadi minggu terberat, tetapi setelahnya, koordinator kami, Mas Hadi, akhirnya datang. Dia memberi kami bimbingan seputar tugas yang harus dilakukan dan memberi tahu bagaimana menyelesaikan tugas kami. Dengan adanya Mas Hadi, pekerjaan kami menjadi lebih terarah. Ketika saya bingung, saya bisa bertanya kepadanya. Mas Hadi juga sangat ramah sehingga saya tidak sungkan kalau saya punya pertanyaan. Setelah berbincang lebih jauh dengan Mas Hadi, ternyata kami mendapat tugas untuk mengerjakan “Bible card” dan “Comic Study Center” (ComicZone).
Hari demi hari, kami jalani sambil mengerjakan tugas kami. Di sela-sela pekerjaan utama, kami juga mendapat tugas-tugas sampingan, salah satunya didaulat untuk membantu publikasi Suara SABDA. Teman magang saya, Isak, kebagian tugas untuk membuat template HTML Suara SABDA. Ini adalah publikasi terbaru dari YLSA yang kontennya merupakan gabungan dari 11 publikasi yang pernah dirilis sebelumnya. Saya melihat Isak bekerja dengan sangat keras, sebab untuk menyelesaikan tugas ini tidaklah mudah. Banyak pertimbangan dan revisi yang dilakukan. Staf-staf di tempat ini juga mendukung teman saya tersebut dengan memberi semangat dan masukan yang memudahkan pekerjaannya. Selain membantu membuat template HTML Suara SABDA, kami juga mendapat tugas untuk membuat situs AYT.co. Situs ini nantinya akan menjadi situs web resmi Alkitab Yang Terbuka (AYT), yang pernah dikembangkan YLSA lima tahun yang lalu, tetapi “mandeg”, dan kini diteruskan seiring dengan selesainya penyuntingan teks AYT. Tugas-tugas tersebut selalu kami mulai tiap hari dengan melakukan “daily scrum meeting” (stand-up). Di dalamnya, kami membahas apa yang telah kami kerjakan, kendalanya, bagaimana mengatasinya, dan rencana ke depan. Dengan adanya “stand-up meeting“, saya merasa pekerjaan yang dikerjakan dapat lebih dikontrol, dan bisa mengatur prioritas pekerjaan dengan lebih baik.
Selain tugas-tugas programming yang harus saya kerjakan, saya juga sangat terberkati dengan adanya persekutuan doa (PD) dan pendalaman Alkitab (PA) yang diadakan setiap pagi. Dari PD/PA yang saya ikuti, saya mendapatkan nilai-nilai kerohanian ataupun aplikasi yang dapat saya terapkan dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosial. “Sharing” yang saya dengarkan juga membuka mata saya untuk melihat hal-hal baru yang tidak pernah terpikirkan oleh saya. Kemudian, hasilnya dapat menjadi pedoman saya untuk menjalani hari-hari sebagai murid Kristus.
Inilah kesan-kesan saya selama menjadi staf magang di YLSA walaupun apa yang saya bagikan dalam tulisan ini hanyalah bagian kecil dari pengalaman tersebut. Masih banyak hal berkesan lain terkait dengan para staf YLSA, suasana, dan kegiatan tiap harinya. Saya sungguh bersyukur. Saya yang awalnya ragu, takut, dan tidak mengerti apa-apa, kemudian semakin paham karena dituntun dan dibina oleh teman-teman staf YLSA dengan ramah dan sabar. Menjalani magang di YLSA awalnya tidak saya rencanakan, tetapi pada akhirnya membuahkan pengalaman yang berharga. Bukan kebetulan saya ada di tempat ini, dan saya rasa ini adalah cara Tuhan untuk membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semoga tulisan saya ini bisa menjadi berkat bagi kita semua. Terima kasih. Tuhan memberkati!
Cetak tulisan ini
March 15th, 2019 - 15:07
Luar biasa sekali. Kiranya pengalaman magang kalian bisa kalian bagikan di keluarga atau komunitas kalian. God bless
May 2nd, 2019 - 17:53
Halo Sisco, salam kenal ya? Pengalaman kamu sangat memberkati. Apakah Sisco sekarang sudah lulus kuliah? Kira-kira hal bermanfaat apa yang sudah Sisco terapkan di bangku perkuliahan, maupun dalam kehidupan sehari-hari setelah mendapat banyak ilmu di YLSA ini?