Blog SABDA
5Jun/200

+ED Mini: Memahami Trauma Masa Kecil

Pada 29 Mei 2020, teman kami, Pak Danang, memberikan presentasi +ED yang ditayangkan secara live via zoom. Selain diikuti oleh staf YLSA, acara ini juga terbuka dan dapat diikuti oleh peserta dari luar Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Sebagai informasi, +ED Mini ini juga menjadi salah satu materi yang dapat diakses oleh peserta SABDA Live dari rangkaian program SABDA Live yang diadakan oleh YLSA selama Mei dan Juni. Memilih tema “Memahami Trauma Masa Kecil”, presentasi Pak Danang ini menampilkan video TED Talks dari Tanya Waymire yang berjudul “Understanding Childhood and Trauma” sebagai materi utamanya. Berikut adalah apa yang saya dapatkan dalam materi +ED Mini kali ini.

Melalui videonya, Tanya Waymire mengungkap rahasia kelam masa kecilnya yang kemudian menjadi rahasia gelap dalam keluarganya. Ketiadaan dukungan yang ia butuhkan untuk mencerna kekerasan yang terjadi pada dirinya, membuat dirinya sempat mengalami masa-masa kelam. Namun, pada akhirnya, ia berhasil menjadi penyintas. Dan, melalui presentasinya, ia berharap apa yang menjadi pengalamannya dapat menolong orang lain yang juga memiliki pengalaman atau trauma pada masa lalu.

Ada tiga hal yang menjadi pesan utamanya kepada mereka yang mengalami trauma akibat kekerasan pada masa kecilnya. Pertama, korban tidak bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada mereka sehingga yang bersangkutan tidak boleh menyalahkan dirinya atas peristiwa yang terjadi. Korban harus bebas dari beban rasa bersalah karena itu justru akan membuatnya gagal untuk bangkit dan memahami apa yang sesungguhnya terjadi.

Kedua, mereka yang mengalami trauma kekerasan adalah korban dan penyintas. Meski menjadi korban, tetapi mereka tidak boleh selamanya berpikir atau menempatkan dirinya sebagai korban. Sebaliknya, mereka harus menyatakan dirinya sebagai penyintas, yang berkuasa untuk meraih kembali apa yang hilang dari mereka. Rasa malu, perasaan tidak berharga, dan rendah diri harus hilang dari perasaan dan pemikiran mereka yang mengalami kekerasan karena peristiwa yang terjadi bukanlah kesalahan mereka.

Yang ketiga, mereka yang mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak memiliki kuasa/kekuatan untuk menjadi utuh kembali. Pemikiran ini penting: bahwa penyintas tidak dapat mengubah apa yang terjadi masa lalu, tetapi mereka dapat memilih untuk mengubah masa depan dengan pemikiran yang mereka miliki. Dalam poin ini, pesannya adalah jangan membawa kegelapan yang akan memperburuk kehidupan, tetapi bawalah cahaya pengharapan untuk menerangi langkah kehidupan ke arah yang lebih baik.

Setelah video ditayangkan, acara +ED dilanjutkan dengan diskusi di antara peserta dengan materi pertanyaan yang diberikan oleh Pak Danang: Bagaimana mengenali orang yang memiliki trauma masa kecil, dan apa yang Yesus katakan/lakukan tentang orang-orang tersebut. Menarik, ternyata ada beragam pendapat dan pemikiran dari peserta tentang hal ini sehingga membuat diskusi berjalan cukup hidup dan seru. Menurut saya, untuk menjawab pertanyaan pertama adalah tidak mudah untuk mengenali atau mengetahui ciri orang yang memiliki trauma masa kecil, terutama sebagai orang awam. Terkadang, dalam beberapa kasus, bahkan diperlukan assessment dari konselor atau psikolog untuk dapat mengetahui dan menggali hal tersebut. Selain untuk membantu menemukan sumber/penyebab/asal luka/trauma, assessment juga berguna untuk membantu korban kekerasan untuk dapat mengatasi hambatannya dan bertumbuh. Ini juga sempat disebutkan oleh Tanya Waymire dalam presentasi TED Talks-nya, yang sayangnya tidak ia peroleh.

Pada akhirnya, kita juga perlu menyadari bahwa meski tidak semua orang memiliki masa lalu yang kelam dan mengalami trauma, tetapi kita semua memiliki cacat dalam hidup yang kita miliki. Tidak ada orang yang sempurna karena kita semua dikandung dalam dosa, dibesarkan oleh orang tua dan keluarga yang berdosa, tumbuh dalam lingkungan yang berdosa, dan hidup dalam dunia yang berdosa. Namun, sebagai orang percaya, kita tahu bahwa dalam Yesus ada kehidupan yang baru dan yang dipulihkan, sesuatu yang tidak pernah dapat kita peroleh dari dunia maupun dari usaha kita sendiri. Seperti dinyatakan dalam 2 Korintus 5:17 (AYT), “Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Hal-hal yang lama sudah berlalu, lihatlah, hal-hal yang baru sudah datang.” Tidak hanya menebus dosa, Yesus juga hadir untuk memulihkan kita dari segala trauma yang membelenggu, yang memampukan kita untuk bertumbuh dan hidup sebagai anak-anak Allah.

Karena itu, untuk menjawab pertanyaan kedua yang diberikan oleh Pak Danang dari sesi diskusi, yaitu apa yang Yesus katakan tentang orang-orang tersebut, maka rasanya kata-kata Yesus dalam Matius 11 adalah jawaban yang tepat. “Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberimu kelegaan.” (Mat. 11:28, AYT)

Yesus adalah jawaban. Karena itu, mari datang kepada Dia … semua yang mengalami trauma, kepahitan, luka batin, semua yang menjadi korban kekerasan atau penindasan, dan semua yang terbelenggu dosa. Dalam Yesus, kita akan beroleh pembebasan sempurna.

Okti

Tentang Okti

Okti Nur Risanti telah menulis 47 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.