Tim SABDA Pergi ke Malaysia Bersua Lawan
Pada Minggu, 20 Agustus 2017, timnas futsal Indonesia melanjutkan kampanyenya dalam ajang SEA GAMES ke-29, di Malaysia. Siang itu, tim asuhan pelatih Yori van der Torren di luar dugaan mampu membungkam raksasa futsal ASEAN, Thailand. Dalam pertandingan tersebut, skuad Garuda memakai formasi 1-2-1 “fluid” (ini istilah saya saja), yang berarti akan berubah-ubah menyesuaikan permainan lawan. Dengan 1 “anchor“, 2 “flank”, 1 “pivot“, dan 1 “goalie“, timnas menatap mantap pertandingan pembuka mereka. Mengakhiri paruh pertama dengan keunggulan 2-0, membuat beban Runtuboy dan kawan-kawan agak sedikit ringan, terlepas dari segala persiapan tim yang tidak terlalu prima sebelum kejuaraan dihelat. Meskipun Thailand sempat membalas 2 gol di babak kedua, tetapi oleh karena kegigihan dan tingkat disiplin tinggi dari anak-anak Merah Putih, timnas berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 4-2. Mereka berhasil mengalahkan “lawan” mereka yang sebenarnya, yaitu rasa takut (ketika berhadapan dengan tim kuat, Thailand).
Pada Rabu, 22 Mei 2019, tujuh staf SABDA mengepakkan sayap mereka menuju Malaysia. Ditemani oleh sang pembina, delapan orang yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan tersebut bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan diri. Hari itu, pukul 04.00, handphone saya bergetar, tanda alarm berbunyi. Saat saya membukanya, ternyata saya sudah mendapat dua pesan telegram dari Ibu Elly yang mengingatkan saya untuk bangun pagi. Saya bangun dan langsung mempersiapkan diri karena kami harus berangkat pagi-pagi sekali agar tidak ketinggalan pesawat. Dalam perjalanan dari kantor SABDA menuju bandara A. Yani, Semarang, dan dari bandara menuju Malaysia, kami semua (mungkin kecuali Yulia selaku pembina “coach” kami) pergi untuk menemui “lawan” kami, yaitu ketakutan.
Ada Mas Danang, sang “goalie” andal dari kantor, yang melawan “ketinggian”. Ada Ibu Evie, “anchor” terkuat di SABDA, yang akan melawan “trauma kehilangan”, dan ada juga Mbak Santi, salah satu “flank” tergesit yang pernah saya kenal, yang sepertinya takut kalau sakit pileknya akan bertambah parah saat di Malaysia nanti. Intinya, kami berangkat ke Malaysia sebenarnya bukan dengan tujuan kosong, tetapi kami berangkat bak pemain timnas futsal yang akan berhadapan dengan lawan di lapangan. Benar saja, selama dua hari kami tinggal di sebuah villa di Bukit Tinggi, kami semua berbagi tentang ketakutan masing-masing. Dari cerita tersebut, ada kesan bahwa rasa takut selalu berhasil unggul dan menguasai permainan hati kami masing-masing.
Ibu Yulia, selaku pembina, memberikan beberapa tak-tik untuk menghadapi lawan kami tersebut. Diambil dari renungan Isaac Watts tentang bagaimana menghadapi rasa takut sebagai orang percaya, pembina meringkasnya menjadi sembilan poin. Kesembilan poin tersebut kurang lebih berisi seperti di bawah ini:
- Memelihara iman.
- Tidak mencemari diri dengan hawa nafsu.
- Percaya janji-janji Allah.
- Semangat dalam berdoa.
- Menyangkal diri.
- Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang pantas.
- Mengarahkan mata kepada Tuhan.
- Mengingat kebaikan Allah.
- “Jangan takut” adalah perintah Tuhan.
Setelah mendapatkan 9 tak-tik di atas, kami, terkhususnya saya, mencoba untuk menerapkannya dalam permainan melawan ketakutan kami. Pertandingannya belum berakhir, bahkan mungkin akan terus berlangsung sampai kami benar-benar berada di Kerajaan Allah nantinya. Sampai saat saya menulis blog ini, saya masih berada dalam pertandingan melawan ketakutan saya sendiri. Tak-tik di atas memang bagus, tetapi seperti halnya para pemain futsal yang terus berlatih meningkatkan kemampuan agar mampu menerapkan strategi dari pelatih, saya juga perlu senantiasa mengasah “skill” untuk menghadapi “lawan” saya tersebut.
Cetak tulisan ini
August 1st, 2019 - 14:40
Terima kasih atas artikelnya. Inspiratif sekali membuat saya terhibur dan berani melawan rasa takut. Bravo dan maju pelayanan Sabda.
January 4th, 2020 - 07:58
Semoga pengalaman yang didapatkan oleh beberapa teman di malaysia dapat dibagikan kepada semua dan yang baik dapat diterapkan di dalam pelayanan YLSA kedepannya. God bless.