Oleh: Yuni Liem*

Tidak banyak penjelasan yang aku terima ketika aku diminta untuk mengikuti pelatihan di SABDA. Dengan segala kebingungan dan ketidaktahuan itulah, tanggal 23 Maret 2015, aku berangkat ke Solo.

Setelah menikmati delay di bandara Soekarno Hatta, akhirnya aku mendarat juga di Solo. Dijemput oleh salah seorang staf YLSA, yang mengantarkan kami ke kantor Griya SABDA. Kami tiba di sana bertepatan dengan akan dimulainya persekutuan doa staf. Hal ini menarik perhatianku karena di dalam persekutuan doa ini, firman Tuhan dan renungan dibacakan lalu didiskusikan sejenak secara berdua-dua, kemudian hasil diskusi disharingkan ke dalam kelompok besar. Saya juga mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari teman-teman yang baru pulang dari roadshow SABDA di Malang . Setelah itu, dilanjutkan dengan perkenalan seluruh staf dan kami, para tamu. Karena keterbatasan memory, rasanya sampai hari ini pun tidak semua nama staf aku hafal…^^”

Siang harinya, peserta training berkumpul di ruang rapat, kemudian disharingkan terlebih dahulu konsep pelayanan IT yang digunakan oleh SABDA. Lalu, dilanjutkan dengan berbagai materi training yang sudah dipersiapkan. Wooohooo … rencana materi trainingnya banyak bangettt …. Tidak hanya itu, di hari pertama kami pun sudah mendapat PR. 🙂

Pada pertemuan pertama dijelaskan akan pentingnya membuat catatan saat mengikuti training. Hal itu membuat aku merasa seperti kembali ke sekolah, dan … ya, we are back to school. Training yang diadakan tidak bersifat satu arah, tetapi interaktif. Setiap hari ada tugas yang diberikan, yang dapat membantu saya mengerti apa yang telah diajarkan. Ada presentasi, di mana setiap presentasi diakhiri tanya jawab, diskusi, dan tentu saja akhirnya menerima berbagai ide baru.

Sekolah di SABDA, diawali dengan ber-PA bersama. Kami dibagi dalam kelompok kecil dan kami saling sharing tentang apa yang kami dapat dari firman dan renungan yang dibaca. Di kelompok itu pun, kami saling mendoakan satu sama lain. Setiap hari, sebelum memulai materi training atau presentasi, diawali dengan yang namanya stand up meeting (meeting sambil berdiri) — sebuah meeting singkat, di mana tiap anggota tim saling meng-update tiga hal: apa yang sudah dikerjakan, hambatan apa yang dialami, dan apa yang akan dilakukan. Tentu saja, yang paling utama adalah dimulai dengan doa. 🙂

Seperti yang aku katakan di awal tulisan ini, aku datang ke SABDA dengan segala kebingungan dan ketidaktahuanku. Tetapi tugas yang diberikan, memaksa aku berpikir lebih lagi dalam mempersiapkan project yang akan segera dimulai ketika nanti aku kembali ke Jakarta. Hasil presentasi dan diskusi, malah memberikan berbagai ide baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Suasana kekeluargaan yang ada di SABDA membuatku feel at home, canda tawa dengan teman-teman memberikan hiburan tersendiri untukku ketika merasa lelah mengikuti training dan mengerjakan tugas yang diberikan. Dan, tidak henti-hentinya mereka terus memberikan semangat dan bantuan.

Sekolah di SABDA telah berakhir. Memang tidak semua materi yang telah direncanakan disampaikan. Masih banyak yang belum tersampaikan. Tinggal bagaimana menerapkan apa yang sudah dipelajari ke dalam proyek yang akan segera dikerjakan.

Teknologi terus berkembang pesat sehingga mau tidak mau, setiap kita dituntut untuk tidak henti-hentinya belajar. Berpikir kreatif bagaimana menggunakan perkembangan teknologi yang ada untuk menjadi berkat bagi banyak orang. “You can’t do it alone”, adalah kalimat yang diulang-ulang selama training, membuatku menyadari bahwa apa pun yang kita kerjakan di dalam pelayanan (baik digital maupun nondigital), tidak pernah dapat dilakukan seorang diri. So… mari bersama melayani di dunia digital, hingga pada akhirnya Kristus saja yang dimuliakan. 🙂