Blog SABDA
10Mar/152

Pelajaran dari Sesi I: Seminar “Menjadi Manusia Bintang Lima”

Oleh: Odysius*

Apa yang membedakan antara hotel bintang lima dan hotel-hotel yang lainnya? Kita mungkin akan membedakannya dari fasilitasnya yang lebih mewah, lebih nyaman, lebih komplet, dan lebih wah daripada hotel-hotel yang lain. Demikian juga dengan jenderal bintang lima. Apa yang begitu istimewa tentang mereka? Yang kita tahu, hanya ada tiga orang di Indonesia yang dianugerahi bintang lima, yaitu Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar A.H. Nasution, dan Jenderal Besar Soeharto. Mereka diberi kehormatan untuk menggunakan pangkat ini atas jasa-jasanya yang sangat besar. Dari sini, kita bisa melihat bahwa bintang lima bukanlah sesuatu yang mudah diperoleh. Bintang lima bukanlah sesuatu yang gampangan. Bintang lima merupakan suatu pencapaian yang memerlukan dedikasi, pengorbanan, kesungguhan hati, serta diuji lewat waktu yang lama. Jika begitu, bagaimana dengan “manusia bintang lima”? Apa yang membedakannya dari manusia yang lain? Apakah kita bisa menjadi manusia bintang lima?

Pada tanggal 21 Februari 2015, saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan @SABDA berupa seminar “Menjadi Manusia Bintang Lima”. Mbak Okti sudah menceritakan dengan baik dalam blognya mengenai pelaksanaan acara ini. Dalam blog ini, saya ingin berbagi berkat yang saya dapat dari sesi pertama seminar tersebut.

Dalam sesi pertama ini, Pak Andrias Harefa , menjelaskan bahwa salah satu yang membedakan antara manusia bintang lima dengan manusia yang lain adalah bagaimana sikap hati mereka dalam menghadapi masa depan. Saya merasa tertegur tetapi juga merasa terberkati pada saat yang bersamaan ketika mengikuti seminar ini. Saya menyadari bahwa sering kali saya tidak menghiraukan Tuhan dalam merencanakan masa depan saya. Sering kali saya tidak mempertimbangkan apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup saya karena hanya berfokus pada diri saya sendiri. Sering kali saya bersikap seolah-olah saya bisa menentukan segala sesuatu dalam kehidupan saya; studi saya, karier saya, keluarga, keuangan, serta masa depan saya. Padahal, faktanya kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan.

Alkitab mengajarkan bahwa perencanaan itu memang baik, “Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak” (Amsal 24:6). Fungsi perencanaan adalah untuk mengantisipasi masa depan yang tidak pasti (berisiko) agar siap menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak kita inginkan (mengurangi risiko) karena kesadaran akan keterbatasan diri (tidak tahu masa depan). Akan tetapi, yang terpenting adalah untuk selalu tunduk pada kehendak Tuhan dan selalu mencari pimpinan Tuhan dalam menentukan pilihan-pilihan dalam hidup.

Pak Andrias Harefa menyampaikan setidaknya ada empat sikap yang diajarkan Alkitab dalam menyikapi masa depan:
(1) Membuat perencanaan dengan sebaik-baiknya, dengan berfokus kepada Kerajaan Allah dan pekerjaan-Nya, lalu mengambil bagian di dalamnya.
(2) Mempersiapkan segala sesuatu di dalam hidup kita agar selaras dengan pimpinan Tuhan bagi hidup kita.
(3) Merencanakan kegiatan tahun ini, bulan, minggu, dan hari ini sebagai persembahan kepada Tuhan, sebagai bakti kepada Tuhan dan berfokus untuk menyenangkan hati Tuhan.
(4) Menyerahkan seluruh perencanaan kita kepada Tuhan untuk dikoreksi, dikontrol, dan diubah oleh-Nya karena Dia adalah Tuhan yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita, anak-anak-Nya.

Saya bersyukur karena bisa mendapatkan materi yang benar-benar berguna untuk mengatur masa depan saya sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Seandainya saja saya menerima materi ini lima tahun yang lalu, mungkin arah hidup saya dan rancangan masa depan saya akan lebih mengacu pada rencana Tuhan atas hidup saya lebih daripada sekarang ini. Pelajaran terbesar yang saya dapatkan dari seminar ini adalah bahwa perencanaan itu penting untuk mencapai tujuan hidup. Namun, setelah kita membuat rencana, kita harus menyerahkan semua rencana itu kepada Tuhan, Sang Pemilik hidup kita, untuk Dia ubah, Dia atur, atau bahkan tidak diwujudkan-Nya, agar kita bisa hidup sesuai dengan rencana-Nya saja. Kiranya para peserta yang hadir dalam seminar kemarin bisa terberkati sebagaimana saya terberkati oleh materi-materi yang disampaikan.

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 195 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (2) Trackbacks (0)
  1. Saya juga diberkati melalui seminar ini, terutama tentang perencanaan — apa pun yang akan saya rencanakan, saya harus menyerahkannya kepada Tuhan. Tuhan yang akan mengoreksi rencana-rencana/pemikiran-pemikiran saya, saya yang harus melaksanakannya dengan penuh sukacita. Jika ada rencana saya yang dihapus oleh-Nya, itu berarti Ia punya rencana yang jauh lebih baik dari rencana saya. Amin.

  2. DIO VOLENTE!
    Kata ini nampaknya mudah, namun sukar dilakukan. 🙂 Manusia boleh membuat perencanaan, tetapi biarkanlah Tuhan yang mengubah dan mengobok-obok perencanaan itu. Sebab apa yang Tuhan kehendaki adalah yang terbaik. ^_^


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.