Tradisi merayakan ulang tahun YLSA, yang dirayakan setiap tanggal 1 Oktober, sudah ada sejak sebelum aku bekerja di YLSA. Satu hari yang dikhususkan bagi semua staf termasuk pimpinan, bekerja bersama-sama membersihkan kantor. Mulai dari lantai, meja, langit-langit, juga segala peralatan komputer yang ada. Tapi tahun 2012 terjadi sedikit perbedaan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sejak kehadiran teknologi NCOM, CPU komputer di kantor semakin sedikit jumlahnya. Satu komputer NCOM bisa digunakan untuk 6 — 12 orang. Dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya, setiap staf memakai 1 CPU komputer, dan dulu monitor yang dipakai adalah monitor tabung yang besar-besar. Tapi walaupun keadaan berubah, kerja bakti bersama tetap menjadi satu tradisi YLSA yang menyenangkan untuk saya.

Seperti biasa, kerja bakti ini diawali dengan pengaturan strategi. Kalau dianalogikan dengan sepak bola, pelatih akan membagi-bagi tugas masing-masing pemain. Ada yang menjadi penjaga gawang, mungkin dalam hal ini staf wanita yang mengelap kursi-kursi yang terlebih dahulu dikeluarkan dari kantor, termasuk juga beberapa kipas angin, dan alat-alat kantor lainnya yang mudah berdebu. Pemain bertahan, biasanya didominasi oleh staf yang fisiknya lebih besar, karena tugasnya adalah angkat-angkat benda berat yang perlu dibersihkan. Pemain tengah, tugasnya mengelap semua meja yang ada, menyapu seluruh lantai ruangan kantor, dan setelah itu ngepel lantai. Penyerang sayap, bertugas untuk membersihkan jendela (di kantor terdapat 2 sisi jendela kaca yang sangat besar), termasuk membersihkan dinding yang kadang berjamur. Yang terakhir adalah pemain penyerang tengah. Dalam sepak bola tugas utamanya adalah untuk mencetak gol, sedangkan dalam konteks bersih-bersih kantor, tugas seorang penyerang tengah adalah untuk memastikan semua sudut ruangan bersih dari sarang laba-laba dan debu-debu yang berkumpul dalam gumpalan bola-bola besar dan kecil.

Pada ulang tahun YLSA ke 18 ini, sepertinya saya hanya berperan sebagai pemain pengganti saja. Jika ada teman yang capek, saya yang menggantikan tugasnya. 🙂 Acara bersih-bersih kantor ini diakhiri dengan berkumpul dan beribadah bersama. Dalam ibadah tersebut, kita dibawa untuk mengingat kembali kebaikan Tuhan dalam perjalanan pelayanan YLSA yang sekarang sudah mencapai 18 tahun.

Saya jadi tertarik untuk mengingat 5 tahun perjalanan saya bekerja dan melayani bersama YLSA. Naik turun, pasang surut, senang susah, semua sepertinya sudah pernah saya alami di sini. Tepat 5 tahun yang lalu, pada bulan Oktober, saya mendarat di YLSA. Tanpa mengerti seberapa luas pelayanan YLSA, saya mulai bergabung melayani di YLSA. Tiga pelajaran utama yang saya dapatkan selama di YLSA adalah:

Pertama, saya mengerti Alkitab lebih banyak dan dalam dibanding sebelum saya bersama YLSA. Banyak pengajaran doktrin yang saya dapatkan, tapi yang terutama adalah semangat “Bible Everywhere” yang menjadi kerinduan YLSA untuk dunia ini, terutama untuk Indonesia. Saya belajar bagaimana menghargai Alkitab, bagaimana cara yang benar untuk belajar Alkitab, termasuk beberapa metode PA yang diajarkan dan dipraktikkan pada setiap doa pagi di kantor.

Kedua, saya belajar banyak teknologi baru. Jujur saja, sejak awal saya memulai di YLSA, kemampuan saya masih di bawah rata-rata. Tapi hari demi hari, semakin banyak hal yang saya dapatkan di sini, mulai dari “skill web programming” dengan PHP, javascript, dan Smarty Templating Engine (Kalau ga ngerti ga apa kok… ), lalu kemudian belajar membuat aplikasi Alkitab di Facebook, dan masih banyak lagi lainnya, termasuk yang paling akhir ini belajar membuat aplikasi Android.

Ketiga, yang sangat penting adalah saya belajar bagaimana dua hal tersebut digabung menjadi satu yang mungkin bisa dijelaskan dengan frasa “Biblical Computing”. Teknologi, jika dengan tepat digunakan, bisa membantu kita untuk mendalami Alkitab dengan sangat baik. Ada banyak penggalian yang jika dilakukan dengan cara biasa (manual) akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan repot, dibandingkan jika kita menggunakan teknologi. Satu kalimat yang sering diucapkan oleh ibu Yulia dalam presentasi “IT 4 God” yang cukup menarik buat saya: Teknologi diciptakan untuk melayani manusia, manusia diciptakan untuk melayani Tuhan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa teknologi diciptakan untuk membantu manusia untuk melayani Tuhan.