Blog SABDA
11Jun/124

Seminar RBC Ministries — Percaya Penuh (Mazmur 73)

RBC Indonesia mengadakan pertemuan untuk Hamba Tuhan dan Pemimpin Gereja 2012 di GKIM Anugerah, Solo, pada 30 Mei 2012 lalu. Acara serupa ini juga diadakan di tiga kota, yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Beberapa bulan sebelumnya, RBC memang sudah menghubungi YLSA agar ikut mempromosikan acara tersebut. Kami tentu senang sekali membantu, karena kami juga punya kerinduan agar firman Tuhan semakin banyak didengar oleh masyarakat Solo. Sebulan sebelum acara berlangsung kami menerima 100 undangan untuk dibagikan ke kenalan-kenalan YLSA dan kenalan staf YLSA.

Ketika saya membaca judul acara ini “Percaya Penuh (Mazmur 73)”, saya sebenarnya kurang tertarik untuk datang. Undangan yang sudah saya ambil, akhirnya saya berikan kepada Yochan karena ada teman gerejanya yang mau ikut, tapi tidak punya undangan. Tapi ketika hari sudah mendekat, hati saya terusik terus… ingin datang… ingin datang… tapi pikiran saya juga berkata, “Paling-paling khotbah biasa, apalagi kalau terjemahannya kurang bagus nanti akan membuatku jadi bingung sendiri.” Puji Tuhan, akhirnya saya memutuskan untuk datang karena saya ingin sekali tahu isi Mazmur 73.

Acara dimulai pukul 13.30, maka tepat pukul 13.15 saya berangkat dari kantor ke GKIM Anugerah. Selain saya, ada juga Evie, Setya, dan Ryan yang ikut hadir. Tapi sesampainya di sana, ternyata acara belum dimulai (molor). Saya melihat ada kira-kira 90 orang yang hadir. Seperti dijanjikan dalam undangan, setiap peserta akan mendapatkan buku yang berjudul “Oswald Chambers” yang diterbitkan oleh RBC. Tapi buku yang disediakan ternyata kurang (mungkin mereka tidak menargetkan peserta sebanyak yang hadir hari itu), jadi buku akan dikirim ke alamat setiap peserta yang belum mendapat.

Rev. Khan Hui Neon bukan orang Indonesia, maka ia didampingi oleh Pak Dwi yang akan menjadi penerjemahnya. Rev. Khan mengawali penggalian Mazmur 73 ini dengan memberikan fakta, bahwa sekarang ini banyak hamba Tuhan yang mengalami kekecewaan. Saat melayani Tuhan, bukan berkat-berkat yang diterima, tapi justru penderitaan. Mengapa orang yang baik menderita dan orang fasik justru sejahtera? Keadaan inipun juga dialami oleh penulis Mazmur 73, yaitu Asaf — seorang pemimpin pujian, keturunan imam. Mazmur 73 diawali dengan pandangan umum bahwa Allah itu baik (ay 1-2), maka Asaf kemudian bertanya, “Apakah benar orang-orang yang merefleksikan kebenaran akan diberkati Tuhan?” Untuk menguji hal ini, Asaf menuliskan sebagai berikut:

1. Ayat 3: Indentifikasi masalah (Asaf cemburu melihat kemujuran orang fasik).
2. Ayat 4-5: Gambaran dari kemakmuran orang fasik (sehat, gemuk, tidak mengalami kesusahan, tidak kena tulah).
3. Ayat 6-7: Gambaran karakter orang fasik (congkak, kekerasan, hati penuh dengan sangkaan).
4. Ayat 8-10: Orang fasik menganggap bisa mengatur dunia (melawan langit, membual di bumi, pemerasan).
5. Ayat 11: Orang fasik menantang manusia dan Allah (menganggap Allah tidak tahu dan tidak berpengetahuan).
6. Ayat 12: Orang fasik suka menambah harta dan kesenangan.
7. Ayat 13-14: Gambaran kekecewaan orang benar (sia-sia mempertahankan hati yang bersih).
8. Ayat 15: Gambaran kesulitan orang benar.

“Di mana Allah?”, demikian kita sering bertanya ketika pertolongan Tuhan tidak kunjung datang. Asaf pun memunyai pergumulan yang sama. Bagaimana cara mengatasi keadaan yang demikian? Rev. Khan menunjukkan langkah-langkah Mazmur 73 untuk menghadapi pergumulan kita itu:

1. Masuk ke tempat kudus Allah/hadirat Allah (ayat 17).
2. Memahami bahwa pengamatan manusia itu terbatas. Apa yang kita lihat, bukanlah gambaran final. Melihat bukan berarti memercayai (ayat 18). Ada 3 perspektif yang dimiliki manusia: perspektif masa lalu, masa depan, sekarang ini. Namun bagi orang percaya, ada 1 perspektif lagi, yaitu kekekalan.
3. Mengakui kesalahan kita sendiri karna membiarkan keyakinan dan kepahitan menguasai diri kita (ayat 19-22).
4. Menata kembali perspektif yang benar dalam Allah. Allah hadir dalam keadaan baik dan buruk (ayat 23).
5. Pernyataan terakhir dari orang benar. Apa pun yang dikatakan dunia, orang percaya tetap berpegang teguh dalam pengenalan akan Allah (ayat 26-27).

Melalui penggalian Mazmur 73 ini, Rev. Khan memberikan kesimpulan: “Kita melayani Tuhan karena kita tahu siapa Dia. Mari kita uji diri diri kita sendiri dengan bertanya, apa motivasi kita melayani Tuhan?”

Saya bersyukur sudah datang di acara ini sehingga saya bisa belajar banyak, terutama mengenai motivasi dalam melayani Tuhan (poin ke-4). Saya semakin diteguhkan bahwa Allah hadir di setiap waktu, di tengah keadaan yang baik atau buruk. Apabila saya mengalami keadaan yang sulit, itu bukan berarti Allah meninggalkan saya, tapi Allah sedang mengajak saya untuk terus memandang pada-Nya, berjalan bersama-Nya. Praise the Lord!

Santi

Tentang Santi

Santi Lestari telah menulis 55 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (4) Trackbacks (0)
  1. Beda dari kamu San, aku malah sejak awal memang pingin datang ke acara itu. Saya nggak ngeh sih, kalau akan dapat buku dan aku juga nggak ngeh dengan pembicaranya. Pokok itu dari RBC, aku mau datang. Gitu aja sih..

    Saya kira banyak dari temen-temen kantor yang mau ikut datang, rupanya hanya beberapa saja. Yah, tak apalah. Yang penting aku mau tahu acaranya kayak apa. Pasti ada yang bisa dipelajari. Itung-itung juga penyegaran rohani di tengah-tengah kesibukan bekerja.

    Seperti yang disampaikan Santi, acaranya memang sedikit molor tetapi selesainya lebih cepat. Selain memberitakan firman Tuhan, materi acara tersebut adalah perkenalan RBC bagi para peserta. Presentatornya sangat mahir dan jelas dalam memperkenalkan RBC dan mengajak para peserta untuk terus menyediakan waktu, untuk mempelajari dan menghidupi firman Tuhan. Dia juga memberi kesaksian pertolongan Tuhan dalam proses pencetakan buku-buku RBC. Sekalipun pelayanan mereka tidak mengambil untung, ada saja orang-orang yang Tuhan gerakkan untuk mendukung pelayanan RBC selama puluhan tahun.

    Saya diberkati dengan semangat itu. Persis seperti yang YLSA punya. “Apa yang diterima secara cuma-cuma, berikanlah itu cuma-cuma.” Firman Tuhan yang disampaikan tentu membangun iman. Saya diingatkan untuk tak perlu iri dan cemburu dengan keberhasilan orang fasik. Tetap mengandalkan Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya meskipun sengsara itu lebih baik daripada sukses karena kecurangan.

    Di akhir acara, saya diajak Ryan untuk ngobrol dikit dengan Pdt. Khan. Dia orangnya ramah dan menyenangkan lho. Dia juga suka bercanda. Nice!

  2. Dari awal, sebenarnya saya mau ikut seminar ini. Awalnya sih… tertarik dengan buku gratisnya. 🙂 Sayang sekali, akhirnya saya nggak bisa ikut. Mendengar sharing teman-teman yang ikut seminar, saya cuma bilang, “Tuh… kan? Nggak ikut sih…” Nyesel juga sih.

  3. @Setya: Baru kali ini saya ikut seminar dan pembahasannya masih saya ingat sampai sekarang… hehe 🙂

    @Berlin: Nanti kalau ada acara seperti ini, ikut aja Pak. 😀

  4. Tenang Maz Ber… ntar juga ada kesempatan datang lagi kok, cuma nggak tahu kalau RBC. :p


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.