ibadahKetika HRD (personalia) mengumumkan bahwa kantor YLSA akan mulai mengadakan persekutuan di rumah staf secara bergilir, kami semua menanggapinya dengan senang hati. Ini ide yang bagus karena kita bisa lebih saling kenal, bukan hanya dalam suasana kerja di kantor tapi juga dalam suasana kekeluargaan di rumah masing-masing. Aku tidak tahu mengapa, tapi mereka menawarkan persekutuan pertama diadakan di rumahku… ya aku senang-senang aja, mungkin karena aku dan ibuku adalah orang yang paling lama bekerja di YLSA. Ibukulah orang pertama yang bekerja di kantor ini, 16 tahun yang lalu. Ia membantu Ibu Yulia mengurus rumah dan masak makan siang untuk semua staf (dibantu oleh Mbak Minah). Jadi, praktis semua staf yang pernah bekerja di YLSA pasti kenal dengan ibuku. Mereka memanggil ibuku dengan nama Bu Reso.

Tanggal 8 September 2010 pukul 17.00 sore, teman-teman mulai berdatangan di rumahku. Bagiku ini hal yang baru jadi agak kikuk. Maklum aku bukan orang yang gampang bergaul dengan banyak orang. Selain teman-teman kantor yang datang, ada seorang tamu istimewa yang sudah begitu aku kenal tapi sudah sangat lama tidak bertemu, yaitu Ibu Roslin. Aku perlu cerita sedikit tentang Ibu Roslin, karena ada riwayatnya yang terkait dengan kantor YLSA.

PersekutuanSebelum bekerja pada Ibu Yulia, ibuku sudah lebih dahulu bekerja pada Ibu Roslin, kira-kira tahun ’85-an. Ibu Roslin kenal dekat dengan keluargaku. Ibuku setiap pagi datang ke rumah kontrakan di mana keluarga Ibu Roslin tinggal. Tapi kemudian tahun 90-an mereka pindah ke rumah lain yang disediakan sekolah, di mana mereka mengajar. Jadi ibuku tidak lagi ke rumah kontrakan itu, tapi ke sekolah di mana Ibu Roslin mengajar. Aneh tapi nyata, rumah kontrakan Ibu Roslin itu akhirnya menjadi tempat tinggal ibu Yulia tiga tahun kemudian (’93), yang sekarang menjadi kantor YLSA, padahal Ibu Yulia tidak kenal Ibu Roslin sebelumnya. Atas anugerah Tuhan mereka bertemu di ladang pelayanan tahun ’94 dan terkejut mengetahui bahwa rumah kontrakan mereka dulu sekarang ditempati oleh Ibu Yulia. Mereka akhirnya menjadi teman baik, dan ketika Ibu Roslin akan kembali ke Australia, negara asal mereka pada akhir tahun ’94, ibuku diminta Ibu Roslin untuk bekerja pada Ibu Yulia. Jadi, sejak itu setiap pagi ibuku kembali datang ke rumah yang dulu pernah ditinggali Ibu Roslin, yang sekarang menjadi kantor YLSA. Nah, begitulah cerita tentang ibuku dan kantor YLSA. Bulan September 2010 kemarin Ibu Roslin kebetulan berkunjung ke Indonesia untuk tugas kerja dengan suaminya. Aku sangat senang bisa bertemu lagi dengan Ibu Roslin di persekutuan staf YLSA ini.

Ketika acara dimulai, suasana yang hangat mulai terlihat karena ada puji-pujian dan sedikit permainan. Setelah itu, Ibu Roslin menyampaikan firman Tuhan. Dia mengingatkan masa-masa lalunya dengan ibuku dan aku sangat terkesan dengan apa yang disampaikan, khususnya tentang masalah kejujuran. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama dan foto-foto. Nah, selanjutnya giliran rumah siapa ya??