Blog SABDA
19Apr/1017

Belajar Menggali Firman Tuhan di YLSA

103-0384_IMGSejak awal tahun 2010 ini saya semakin sadar betapa pentingnya memiliki kebiasaan makan makanan rohani yang sehat secara teratur. Selain ingin memiliki hidup rohani yang sehat, saya juga ingin semakin peka melihat tuntunan Tuhan atas hidup saya melalui firman-Nya. Menurut saya, prinsip ini juga berlaku untuk kehidupan sebuah gereja atau yayasan Kristen, tempat anak-anak Tuhan bergabung beribadah dan melayani bersama. Pikiran inilah yang menginspirasi tema YLSA tahun ini, yaitu “Berakar, Bertumbuh, Berbuah“. “Tanpa membangun akar yang kuat, maka tidak mungkin kita bisa membangun bangunan yang besar — BERAKAR dalam firman Tuhan menjadi kunci bagi kemajuan YLSA…”

Bagaimana mengaplikasikan kerinduan ini untuk YLSA? Salah satu yang kita lakukan adalah melalui acara rutin doa pagi kelompok kecil di kantor — Selasa, Rabu dan Kamis (sedangkan hari Senin dan Jumat dipakai untuk persekutuan staf). Sebelum berdoa bersama, di kelompok kecil ini kita membahas ayat firman Tuhan terlebih dahulu. Lepas dari hasilnya, saya senang sekali karena firman Tuhan jadi lebih banyak terdengar di kantor. Saya mengamini bahwa “firman-Ku … tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia,…”

Untuk lebih menolong, mulai minggu lalu saya sepakat untuk memberikan pelatihan berseri tentang metode belajar Alkitab kepada semua staf YLSA dengan memakai buku “Metode Pemahaman Alkitab yang Dinamis”, tulisan Rick Warren, terbitan Andi Ofset. Walaupun buku tersebut banyak sekali kesalahan terjemahannya, tapi cukup membantu (untung perpustakaan YLSA punya buku aslinya dalam bahasa Inggris). Ada 12 metode Pemahaman Alkitab (PA) yang disampaikan dalam buku tersebut. Setiap minggu (hari Senin) kami belajar satu metode dan dipraktikkan pada minggu itu (Selasa, Rabu, dan Kamis).

Metode PA pertama yang kami pelajari adalah metode “Devotional”. Metode ini sangat cocok untuk perenungan pribadi setiap hari. Hanya ada 4 langkah penting untuk melaksanakannya:

  1. berdoa untuk minta pimpinan Roh Kudus.
  2. membaca dan merenungkan ayat-ayat firman Tuhan.
  3. membuat aplikasi dari apa yang kita dapatkan dari firman Tuhan itu.
  4. menghafal dari satu ayat yang kita renungkan tersebut.

Karena kami melakukannya dalam kelompok kecil (4 orang), maka hasil dari langkah dua (2) dan tiga (3) dibagikan kepada semua anggota.

Untuk melihat apakah kita sudah mempelajari metode PA Devotional ini dengan baik, maka pagi tadi kami bersama-sama mengevaluasinya. Ingin tahu hasilnya? Nah, saya undang rekan-rekan di YLSA untuk membagikannya supaya menjadi berkat bagi yang lain.

Yulia

Tentang Yulia

Yulia Oeniyati telah menulis 21 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (17) Trackbacks (0)
  1. Excellent…
    Saya sungguh diberkati dengan adanya metode PA devotional ini. Hal unik yang saya temukan dari metode doa ini adalah saat “aplikasi”. Bersama dengan teman-teman doa satu kelompok (4-5 orang), masing-masing pribadi menceritakan apa yang didapat dari ayat-ayat yang dibaca dan direnungkan sebelumnya. Saya pribadi sangat menyukai moment ini. Saat mendengarkan teman share tentang apa yang didapatnya dan apa aplikasinya, saya merasa tiap-tiap orang itu dipakai Tuhan dengan keunikan masing-masing. Hal ini terlihat dari perbedaan ayat yang mereka pilih dan diungkapkan dalam kelompok dengan sepenuh hati. Selain itu aplikasi yang ingin dilakukan selanjutnya juga merupakan tantangan tersendiri bagi saya untuk taat pada Yesus agar bisa menjadi anak yang lebih baik. Saya dapat belajar dan bertumbuh dalam iman dengan adanya kelompok doa dan metode doa devotional ini ;-D

  2. Saya secara pribadi tidak masalah dengan metode PA apa saja. Asalkan itu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi saya, “No Problemo!”

    Bagitu juga dengan metode “Devotional” ini. Selama satu minggu saya menjalaninya, saya cukup diberkati. Mengapa hanya cukup? Karena pada dasarnya metode ini diciptakan untuk PA pribadi sementara di kantor kita diajak bereksperimen menggunakan metode ini dalam kelompok.

    Seperti yang disampaikan Ibu Yulia di atas, bahwa hasil dari langkah dua (2) dan tiga (3) harus dibagikan kepada semua anggota dengan demikian waktu untuk perenungan pribadi menjadi terbatas. Apalagi doa pagi hanya berdurasi 15 menit, jadi setelah membaca, sedikit merenungkan langsung diskusi aplikasi, tanpa mempraktikkan untuk menghafal ayat.

    Jadi, menurut kesimpulan saya metode ini lebih efektif dilakukan di rumah, secara pribadi. Tanpa dibatasi waktu dan tergesa-gesa untuk mendiskusikan dengan teman yang lain.

    Nevertheless, I enjoy it.

  3. “Devosi” itu sebetulnya merupakan bagian dari disiplin rohani pribadi. Kita menikmati hadirat-Nya tatkala mendengar dan merenungkan apa pun yang Ia katakan kepada kita dalam Firman-Nya yang tertulis (Alkitab).

    Sesuai desainnya, metode devosi ditujukan untuk menikmati kebersamaan dengan Tuhan (dan berbagi dengan rekan sekelompok). Langkah aplikasi dimaksudkan untuk menguatkan bahwa setiap orang sungguh-sungguh sudah mendengarkan Tuhan dan masing-masing ingin melakukan apa pun yang dikehendaki Tuhan dari dirinya.

    Di antara sekian banyak metode, setiap orang biasanya akan memilih satu atau beberapa pendekatan tertentu yang paling tepat dan paling mudah untuk dilakukannya. Esensi penyelidikan dan penggalian Alkitab yang serius tentu saja berbeda dari esensi melakukan devosi dalam rangka untuk berdoa pribadi (ataupun berdoa bersama kelompok). Ketika berdevosi, kita sebaiknya tidak perlu begitu merepotkan diri dengan alat-alat bantu ini-itu. Bisa-bisa kita akan kehabisan waktu dan akhirnya tidak berdoa.

  4. Hmm.. mungkin menurut saya metode devotional ini kekurangannya hanya di masalah waktu, sy hanya mendapat waktu sekitar 3-5 menit untuk merenungkan ayat. Jadi bisa dibayangkan kan dengan waktu sesingkat itu kita harus mencari inti ayat tersebut.

  5. Metode Devotional ini biasanya saya gunakan pula dalam saat teduh pribadi. Ketika diterapkan untuk PA kelompok, ya bisa menikmati juga. Namun, untuk lebih ke refleksi pribadi sepertinya kurang “merasuk” ke hati. Karena dalam kelompok, jadinya harus membagi pula untuk sharing dengan teman kelompok yang lain dan mendengarkan sharing mereka juga.

    Tetapi, saya tetap menikmati sharing antaranggota kelompok karena ternyata dari setiap pribadi kita tahu, berkat dari 1 ayat firman Tuhan bisa berbeda-beda bagi tiap orang.

  6. Secara pribadi saya merasa “kurang nyaman” melakukan metode ini bersama dengan kolompok kecil di kantor, apalagi dibatasi dengan waktu dan langkah-langkah — yang bagi saya pribadi jadi “kaku”. Pengalaman pribadi saya ketika melakukan metode “Devosional” adalah, saya melakukannya dengan “mengalir” dan tanpa batasan wantu — tanpa ada aturan harus ini dulu, setelah itu harus begini, dst..

    Dengan cara perenungan secara pribadi, saya bisa benar-benar menikmati waktu teduh ini hanya dengan Tuhan, dan lebih peka mendengar suara-Nya.

  7. Shalom,

    metode Devotional ini saya terapkan di rumah dan hasilnya memuaskan… ^_^
    Saya dapat merasakan kehadiran Tuhan dengan perasaan yang luar biasa…

    Ada metode lain yang akan dicoba, puji Tuhan..

    Saya yakin bahwa Tuhan hadir dalam setiap metode yang kita terapkan. ^u^

    God bless…

  8. Kelompok doa mulai minggu yang lalu, sedikit berbeda dengan minggu-minggu yang sebelumnya. Warna yang berbeda ini dikarenakan pada minggu yang lalu setiap kelompok diwajibkan untuk menerapkan metode yang telah diberikan oleh Bu Yulia melalui buku yang ditulis oleh Rick Warren “Metode Pemahaman Alkitab yang Dinamis” yang terdiri dari 12 metode untuk PA.

    Metode yang pertama kali dilakukan dalam kelompok adalah metode “Devosional.” Walaupun tidak cukup efektif diterapkan dalam kelompok karena masalah waktu, namun metode ini banyak memberkati. Setiap share yang dibawakan setiap orang dalam kelompok membangkitkan dan membangun kembali pengharapan yang mulai memudar.

    Yang paling menarik adalah setiap perenungan yang dilakukan harus menghasilkan penerapan praktis yang wajib dilakukan dalam perjalanan kehidupan ini. Ditambah yang tidak kalah menariknya setiap orang dalam kelompok diwajibkan untuk memberikan penerapan hidup praktis — hal inilah yang membuat saya semakin mengerti dan memahami lebih dalam arti hidup untuk bergantung sepenuhnya kepada-Nya.

  9. Metode ini cocok untuk belajar secara pribadi dengan alokasi waktu yang cukup. 🙂

  10. Kalau saya pribadi sih, nyaman dengan metode ini 🙂 Saya lebih suka berdiskusi dalam kelompok dari pada harus “membedah” ayat itu sendiri. Ow ya, beberapa waktu lalu saya praktikkan metode itu di rumah dan saya jadi bingung sendiri, karena saat menemukan “jalan buntu” mengenai suatu ayat, tidak ada orang yang bisa saya tanya dan ajak diskusi 🙂

    Sama seperti mba Santi, saya suka bagian aplikasinya. Ada satu aplikasi yang sudah saya terapkan dan hasilnya lumayan sukses>_< xixixi

    ^keep on God^

  11. Saya banyak mendapat berkat dari metode yang saat ini sedang berjalan di kelompok Doa pagi.

    Saya hampir sama dengan Ami saya tidak bisa mengupas ayat itu sendiri saya butuh teman untuk menolong saya untuk menemukan apa arti ayat tersebut dan melalui diskusi di kelompok PA saya mendapat hal-hal yang baru…..

  12. Hhmm… empat langkah sederhana, berdampak besar ^^

  13. Hihihi… Kalau saya tergoda tetap pakai Alkitab SABDA… 🙂

  14. Metode Devotional ini cocok dipakai untuk ayat-ayat yang sifatnya perenungan, misalnya Mazmur, wah pas banget. Dan menyenangkan kalau sayanya sedang ingin sendiri/menyendiri, karena tujuan utamanya adalah untuk “enjoying HIM.”

  15. “Amin…Tuhan selalu menyertai kita. Dari dasar Firman Tuhanlah, kita bertumbuh dalam kekuatan dan Firman-Nya menyala sepanjang masa.”

    Tuhan memberkati,

    Shalom

  16. Shalom
    benar yang di katakan mbak Uly

    Bagi Allah lebih baik tidak mampu tetapi mau, daripada mampu tetapi tidak mau. Tuhan sedang mencari orang-orang yang mau.

  17. Makasih atas artikel yang sangat memberkati.. GBU


Cancel reply

Connect with Facebook

No trackbacks yet.