Blog SABDA
12Jul/1012

Perubahan di YLSA: Setelah 14 Tahun

Perubahan_di YLSAKetika menjadi staf baru YLSA, 14 tahun yang lalu, saya hanya melihat ada sedikit komputer saja di kantor dan satu mesin ketik manual. Jika dibandingkan dengan sekarang, komputer itu pasti terasa jadul sekali …. (kelihatannya masih ada yang disimpan di gudang, katanya untuk kenang-kenangan…). Untuk memindahkan data antarkomputer, saat itu kita belum ada network, jadi masih menggunakan disket, yang kita sebut dengan “disket transfer”. Baru memindahkan sedikit data saja, disketnya sudah penuh dan sering rusak juga. Kadang, saya juga menggunakan mesin ketik manual untuk membuat surat. Entah di mana sekarang mesin ketik bersejarah itu … saya tidak tahu.

Saya juga ingat, 14 tahun yang lalu kantor YLSA terdiri dari tiga ruangan. Ruang tamu yang dicampur dengan ruang kantor, dan dua kamar yang disulap menjadi dua ruang kantor. Hampir setiap hari, dari ruang yang berbeda saya mendengar teriakan Mas Anky (eks staf YLSA), “SAVEEEE NIKKKKK!” Saya pun membalas dengan teriakan, “IYA MASSSSSSS!” Itu adalah peringatan untuk cepat-cepat save data yang sedang dikerjakan untuk jaga-jaga kalau-kalau listrik akan padam karena “njeglek” (tidak kuat). Itu biasanya terjadi karena ada komputer/monitor, atau “rice cooker” yang akan dinyalakan …. 🙂 Jadi, teman yang di ruang lain selalu mengingatkan untuk sering menyimpan file yang lagi dikerjakan. Sekarang, ketiga ruang kantor itu sudah menjadi ruang perpustakaan YLSA. Sedangkan kantornya sudah dipindah ke bangunan baru yang dulunya dipakai untuk garasi dan gudang.

Tahun berganti tahun dan kemajuan teknologi pun semakin meningkat. Jika 14 tahun yang lalu, YLSA masih menggunakan disket untuk mentransfer data antarkomputer, sekarang sudah ada sistem network untuk transfer file dengan cepat. Namun, saya tetap merasa ada yang kurang dengan komputer saya. Ketika membuka salah satu program atau file, kerja komputer saya lambat sekali, sehingga kami sering bercanda tentang komputer kita yang “lelet” banget ini …. Memang, di divisi saya (administrasi) dan divisi Publikasi, komputer-komputer yang dipakai belum sekuat yang dipakai di divisi NET dan WEB. Alasannya sederhana, divisi Admin dan Pub hanya memakai komputer untuk mengetik/memproses data saja, jadi tidak perlu komputer yang canggih seperti divisi NET dan WEB. Tapi tetap saja, komputer “lelet” kadang membuat sebal dan membuang waktu… apalagi kalau ditambah dengan harus “hang” segala.

Kapan ya, bisa pakai komputer cepat seperti di divisi lain? bisikku dalam hati.

Dan, akhirnya Tuhan menjawab kerinduanku setelah 14 tahun … 🙂 Senang sekali ketika 2 bulan yang lalu, akhirnya komputer yang kami gunakan diupgrade menjadi NCOM2 (sama seperti yang dimiliki divisi Net dan Web), walaupun dengan spesifikasi yang sedikit lebih rendah. NCOM2 ini hanya menggunakan satu CPU untuk mengoperasikan 6 komputer. Wah, wush wush wush wush …. cepaaattt sekali membuka program/jendela-jendela. Tapi, kebiasaan lama kadang masih kulakukan… aku selalu merunduk ke bawah meja untuk mematikan komputer, padahal tidak ada CPU di bawah mejaku. Ya, masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan NCOM2 … 🙂 Dan yang lebih menyenangkan dan lebih asyik adalah sekarang kita bisa buka Facebook di komputer masing-masing ……. Tapi semua tentu ada aturannya, untuk keperluan facebook pribadi hanya boleh dilakukan waktu ‘break’ — jam 10.00 pagi atau setelah makan siang…. Yaaa, pokoknya lebih enak sekarang ini. Kemarin-kemarin, kalau mau pakai internet, kami dari divisi Admin dan Pub, harus pergi ke kompter “WARNET YLSA” dan harus berebut dengan rekan lain, waktunya pun sangat terbatas…. Tapi sekarang, kita bisa buka di komputer sendiri dan tidak harus berebut lagi.

Tapi tidak hanya sampai di situ, ada kejutan yang paling baru, yang tak pernah terpikirkan dalam benak saya setelah bekerja 14 tahun di YLSA. Sebulan yang lalu (???) kami mendapat monitor baru… Tidak hanya CPU baru …. tapi juga monitornya baru! Wow… monitor LCD lagi 🙂 “Sungguh sangat menyenangkan memandang layar tipis dibanding kotak besar yang memenuhi mejaku”, kataku dalam hati…. Tapi ada cerita lucu sehubungan dengan adaptasi dengan monitor baru ini. Beberapa waktu yang lalu saya memanggil Yochan (staf divisi fasilitas/infrastruktur), karena mata saya terasa buram ketika melihat monitor baru tersebut. Dengan jengkelnya Yochan bilang, “Mbak ini monitor LCD, jadi harus melihatnya dari arah depan!” Saya bilang lagi, “Yochan, aku terbiasa memandang monitor dari arah posisi miring…” Lalu, Yochan meninggalkanku sambil bergumam, “Wes sakkarepmu, Mbak ….” (Ya sudah terserah kamu, Mbak). Saya pun berpikir…. ternyata setiap perubahan perlu adaptasi.

Perubahan demi perubahan telah aku alami di YLSA. Tiada lagi yang bisa kukatakan selain, “Terima kasih, Tuhan …., Engkau sungguh sangat baik.”

Tentang Anik

Lani Mulati telah menulis 13 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (12) Trackbacks (0)
  1. Jiah…. Nama YoChan pula yang kena…. (_ __!!)

  2. Kena gimana sich Chan?… justru kamu ikut andil dalam perubahan 14 tahun di YLSA….. selain nama mas Anky yang ku sebut.

  3. Selamat ya mbak Anik… setelah menanti sekian lama, akhirnya doamu terjawab dengan cara yang ajaib melalui NCOM2 (seperti syair lagu pernikahan).

    Selamat juga karena mbak Anik tetap bertahan melayani Tuhan di YLSA. Dari keadaan yang serba terbatas dan sederhana hingga kini [karena anugerah Tuhan] mengalami perkembangan yang cukup pesat. Harapannya, sekarang mbak Anik semakin semangat melayani Tuhan ya … dan tetap waspada untuk nge”SAVE” data yang dikerjakan walau kemungkinan listrik mati sekarang lebih sedikit :p

    Untuk Sahabat YLSA yang telah mendukung kami dalam doa, daya, data, dan dana, saya ucapkan terima kasih.
    Gusti Yesus mberkahi panjenengan sedaya 🙂

  4. Oke Set…….. bukan aku saja yang tetap semangat melayani di YLSA…. kamu juga ya Set… Tetap semangat!!!!!

  5. Pastilah mbak! 🙂
    Terus berjuang hingga titik penghabisan yow… 🙂

  6. Mesin Tik? Hanya mendengar ceritanya. Kalau sekarang masih ada, pasti di lemari kaca yang di tengah bengkel atau yang di dekat pintu keluar mobil.

    Kalau disket transfer? Masih ada di lemari besi yang membelakangi perpustakaan, tempat menyimpan hardisk. Tepatnya di laci kedua dari bawah. Masih ada tulisan “Disket Transfer” di labelnya.

    LCD Monitor? Wow! aku di sini memakai monitor analog 14″ yang harus kupukul dahulu supaya warna merahnya muncul.

    NCOM2? Aku masih sempat melihat alatnya ketika baru dibeli. Awalnya kukira alat itu seharga Rp. 300.000 “sebiji”. Sudah bisa dipakai ternyata. Terpaksa menyebut nama seseorang (dalam hati saja). Rindu memutar kursiku dan menyalaminya, mengatakan “Selamat, teman”, karena “proyek” NCOM berhasil.

    Tentang komputer-komputer yang lebih baik, aku ikut bersyukur. Tetapi aku tidak bisa meremehkan komputer-komputer tua yang sudah pensiun di bengkel. Karena walau bagaimanapun, SABDA.org, SABDA Web bahkan Alkitab SABDA dan “satu lagi”, maupun situs-situs yang lain awalnya lahir dari komputer-komputer itu.

  7. Setuju Yup!

    Sekarang komputer yang paling kuno di kantor adalah komputerku…. Kasihan deh…

  8. Aku masih sempat belajar menggunakan komputer kuno itu dulu, sebelum menggunakan komputer modern. Ia nampak lebih pantas berbanding yg sudah lama.
    Kak Yulia, menyayangi komputer lama itu bagus, tapi jangan membiarkan diri ketinggalan dari orang lain.
    Jadikan komputer lama itu sebagai kenangan/pameran sejarah yg melambangkan bermulanya sesuatu kemajuan, supaya generasi muda tahu untuk menghargai kemajuan itu.

  9. Betul mbak, untuk semua perubahan memang perlu adaptasi (tapi jangan lama-lama, hehehe)….

  10. Salut dengan mbak Anik 🙂
    Setia melayani Tuhan dari awal hingga sekarang, dari komputer lama hingga komputer dengan monitor LCD.

    Tuhan Yesus yang memampukan, memelihara, dan mencukupi anak-anak-Nya. Tetap semangat, mbak, dalam melayani Tuhan!!

  11. Perjuangan yang luar biasa…

    Semua karena Kasih Karunia Tuhan sehingga YLSA bisa berkembang seperti sekarang ini 🙂
    Never ever give up, ’cause God is in you..

    Gbu all ^^b


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.