PESTA: DIK Juli ’09 dan KRP September ’09
Puji Tuhan! Kelas PESTA DIK periode Juli 2009 sudah berakhir. DIK adalah singkatan dari Dasar-Dasar Iman Kristen, kursus wajib yang harus diikuti oleh peserta baru. Hasil kelulusan kelas DIK Juli '09 ini sudah diumumkan -- ada 10 peserta yang lulus dan 6 peserta yang harus mengulang. Walaupun cukup banyak yang belum lulus, tapi menurut saya, kelas diskusi DIK ini berjalan dengan lancar. Setiap termin diskusi selalu mendapatkan respons yang ramai dari peserta. Semangat para peserta memang luar biasa dan saya semakin termotivasi lagi melayani di PESTA. Walaupun mereka belum pernah bertemu, kecuali lewat email, keakraban di antara peserta pun sangat terasa.

Kita Bisa Menonton Film Sambil Belajar di YLSA
Satu keistimewaan yang saya rasa unik di YLSA adalah metode-metode pelatihan yang diberikan untuk pengembangan stafnya -- tidak hanya dengan mengikuti seminar di luar kantor atau diskusi dan presentasi di dalam kantor, tapi juga mendengarkan kaset, bahkan menonton film. Seingat saya, sudah ada beberapa film yang kita tonton bersama, misalnya seri TV "CSI" (Crime Scene Investigation), "The West Wing", "Dr. House", dan film-film lain seperti "Touching The Void", "Miracle", "Dangerous Mind", dll.. Setelah menonton, maka kita berdiskusi dan semua akan ditanya dengan pertanyaan yang paling sering terdengar di YLSA: "Belajar apa?" Nah, dari hasil diskusi bersama itu kita jadi belajar banyak, lebih banyak daripada kalau belajar sendiri.

YLSA Melayani di Dunia Nyata
YLSA sudah sangat dikenal dengan pelayanannya di dunia maya. Namun demikian, bukan berarti YLSA tidak ada kerinduan untuk melayani di dunia nyata. Saya termasuk salah satu staf YLSA yang sangat mendukung agar YLSA juga berkiprah di dunia nyata. Puji Tuhan, hal ini telah terbukti dan saya selalu dilibatkan untuk ikut merealisasikannya dengan menjadi anggota panitia pelaksana. Bagaimana cara YLSA melayani di dunia nyata?

Situs Pemuda dan Remaja Kristen: Bukan Sekadar Celah di Dunia Maya
"Siang malam ku terpaku menatap ... online ... online ... dst. ...." Musik iklan salah satu operator seluler itu seolah menggambarkan keseharian baru yang mulai mewabah di kalangan pemuda dan remaja. Membuka situs pertemanan -- chatting, upload foto, blogging -- buka situs kesukaan, akses berita online, serta eksplorasi beragam aktivitas dan informasi telah menjadi kebiasaan sekaligus kekinian bagi kaum muda. Inilah revolusi besar dalam arus informasi dan cara berkomunikasi. Informasi yang tersedia bukan lagi sekadar banyak, namun juga kompleks. Cara berkomunikasi bukan sekadar langsung atau tidak langsung, lisan atau tulisan, tapi ada banyak kombinasi lain yang semakin bervariasi. Rasanya definisi komunikasi bukan lagi kegiatan "menyampaikan pesan", namun sudah kepada usaha untuk "didengarkan" dan "dipakai".

Seminar Misi “SERVE”
Akhir bulan lalu, tepatnya hari Senin, 29 Juni 2009, saya berkesempatan mengikuti seminar misi "SERVE" bersama beberapa rekan dari Yayasan Lembaga SABDA. Walaupun saya belum pernah terlibat secara langsung dalam kegiatan misi dalam pengertian penginjilan dan church-planting, saya sangat tertarik untuk mengerti bagaimana gereja bisa menyiapkan jemaatnya untuk melakukan pelayanan misi. Karena itu, saya ikut seminar ini dengan harapan bisa belajar sesuatu.

Dari Pemagang Baru di YLSA
Suatu sore pada pertengahan 2004, cuaca lagi bersahabat untuk bertiduran. Kala itu kami ada di Jatinangor (kalau ingat kasus IPDN pasti ingat Jatinangor), sedang terkantuk-kantuk mengikuti rapat Persekutuan Kampus. Selesai rapat, Pak Ketua (Namanya Agus, dan memang orangnya "Agak Gundul Sedikit") memberi info menarik: "... ada lho kolegaku yang bagi-bagi CD Program Alkitab yang bagus ... gratis lagi."

Misi Menjangkau Jiwa
Puji Tuhan untuk kesempatan yang diberikan-Nya pada saya, sehingga pada 3 Juli hingga 15 Juli 2009, saya bisa melakukan perjalanan misi singkat ke salah satu tempat di Sumatera. Kesempatan datang dari WEI yang telah memulai proyek percontohan di sana sejak beberapa tahun yang lalu. Saya berangkat dari Solo dan akan bergabung dengan rekan-rekan dari Seattle di Medan untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi yang dituju.

Saya dan SABDA
Hari itu seperti biasa, gereja saya mengadakan KTB Kamis sore. Saya bersama teman-teman yang lain berkumpul untuk belajar firman Tuhan bersama. Kami biasa mengakhiri KTB dengan makan malam bersama. Pada saat makan, salah seorang teman bertanya, "Kak, kamu sekarang kerja di mana tho?" Saya lalu menjawab, "Di SABDA."
"Lho, SABDA itu pusatnya di mana sih?" tanyanya kembali.
"Di Solo, kan," jawab saya.
"Ooo ..., aku pikir di Jakarta."

Keuangan YLSA
"Berkat Tuhan mari hitunglah,
kau kan kagum oleh kasih-Nya ...."
Syair di atas adalah penggalan lagu yang sering dinyanyikan untuk mengiringi sesi persembahan di gerejaku. Walaupun di YLSA salah satu tugasku adalah hitung-menghitung, tapi terus terang kalau disuruh menghitung berkat Tuhan untuk YLSA aku menyerah. Selain karena terlalu banyak, juga karena berkat Tuhan tidak selalu bisa dinilai dengan uang, jauh-jauh lebih besar nilainya daripada uang. Oh iya, kenalan dulu deh ..., aku Elly, staf keuangan YLSA. Pertama kali aku memegang buku kas di YLSA, aku cukup bingung karena YLSA tidak punya pemasukan tetap. Sebagai yayasan nonprofit, YLSA benar-benar hidup dari iman. Yang aku tahu, YLSA hanya mendapat pemasukan dari sumbangan para donatur yang rindu untuk membantu pelayanan YLSA. Sering kali, pimpinan kami yang menutup kalau ada pengeluaran lebih. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama.

Surat Sahabat YLSA dari Buku Tamu SABDA.org
Menerima surat dari Sahabat dan Pendukung YLSA merupakan sukacita tersendiri bagi kami. Terima kasih untuk Rev. Roy Suwuh, Djonly JR Rosang, dan Roy Christovel yang telah mengisi Buku Tamu SABDA.org beberapa waktu yang lalu. Surat-surat Anda ini sungguh membuat kami semakin bersemangat melakukan tugas yang Tuhan berikan. To God be the glory!
1. Dari: Rev. Roy Suwuh
"Syalom,
