Pengalaman Mengerjakan AYT: “Tuhan Menolong Kita”
Oleh: *Markus
Shalom, Saudara-Saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus. Perkenalkan, nama saya Markus, yang sejak November 2017 bergabung menjadi staf di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Saya ingin berbagi pengalaman ketika saya terlibat dalam proyek Alkitab Yang Terbuka (AYT). Proyek ini adalah proyek penerjemahan ulang Alkitab yang memiliki prinsip setia, jelas, dan relevan. Informasi lengkap mengenai AYT dapat Saudara lihat di Berita YLSA 136. AYT sejatinya sudah mulai dikerjakan oleh YLSA sejak 2012. Namun, hanya Alkitab Perjanjian Baru, jadi belum menyelesaikan teks untuk Perjanjian Lama. Oleh karena itu, pada 2018 ini, dengan komitmen yang serius, pengerjaan Perjanjian Lama akan dikerjakan dalam kurun waktu 4 bulan untuk tahap 5. Tentu masih ada tahap-tahap berikutnya.
Saya bersyukur mendapat kesempatan untuk ikut terlibat dalam proyek AYT. Selama hampir 2 bulan pengerjaan proyek ini, saya mendapat banyak pengalaman yang berisi hambatan, tantangan, dan sukacita, terutama yang dialami oleh para editor AYT. Setiap hari, tim editor mengerjakan AYT pada pukul 09.00 — 15.00 WIB, dengan diselingi pertemuan “scrum” dan makan siang. Ini cukup berat karena harus fokus mengerjakan editing AYT selama kurang lebih 5 jam setiap hari! Pada minggu pertama, tim editor mengalami tantangan untuk beradaptasi dengan rutinitas harian kantor yang juga harus diatur dan dikerjakan agar tidak terbengkalai.
Pengalaman baru lainnya bagi saya adalah mengikuti scrum AYT setiap hari. Scrum AYT merupakan pertemuan dengan semua editor untuk mengevaluasi hasil kerja hari sebelumnya, kesulitan yang dihadapi masing-masing editor, dan rencana kerja untuk hari berikutnya. Melalui scrum ini, kami mendiskusikan kesulitan kata, istilah, terjemahan, dan hal-hal lainnya, dan mencari solusinya agar dapat meningkatkan kualitas teks AYT. Setiap minggunya, yaitu setiap Senin, kami melakukan retrospektif untuk mengevaluasi hasil kerja selama seminggu. Retrospektif juga diwarnai dengan sharing tentang pelajaran yang diperoleh selama menyunting dan membaca masing-masing kitab yang sedang dikerjakan.
Masing-masing editor tidak mengerjakan editingnya sendiri. Pada akhir hari, selama 30 menit kami melakukan kegiatan yang disebut “pairs“. Dalam proses ini, dua orang editor akan berpasangan untuk saling membacakan dan mendiskusikan hasil editing mereka hari itu, terutama untuk mencari solusi kalau ada masalah penerjemahan yang dihadapi. Bagi saya, “pairs” dengan teman sebelah membantu untuk melancarkan pengerjaan proyek AYT. Selama ini, proses pairs sangat membantu karena masing-masing editor memiliki kelebihan dan kemampuan yang bisa melengkapi editor lainnya.
Kesulitan lain yang kami hadapi dalam minggu-minggu pertama pengerjaan proyek AYT adalah kendala dengan infrastruktur, mulai dari internet yang mati dan lemot, atap bocor karena hujan, komputer yang bermasalah, dan kendala teknis lainnya. Namun, bersyukur kepada Tuhan untuk pengurus infrastruktur, yaitu Mas Hadi, yang dengan sigap turun tangan mengatasi kendala infrastruktur ini. Selain itu, saya juga bersyukur karena pada akhirnya kantor AYT Center dapat digunakan dengan maksimal. Sebelumnya, kantor ini hanya dipakai oleh sedikit staf. Namun, sekarang, ketika tim editor AYT mengerjakan proyek di AYT Center, ruangan yang dahulu sepi, menjadi “penuh” dan “hidup“.
Pada awalnya, saya merasa takut ketika diminta untuk terlibat dalam proyek AYT. Namun, hari lepas hari, ketakutan saya makin berkurang karena saya melihat bahwa tangan Tuhan bekerja untuk menolong kami. Meski pada awalnya saya takut dan bingung, tetapi Tuhan menolong saya untuk tetap tekun mengerjakan bagian saya. Seperti yang kami doakan dan serukan setiap sehabis scrum AYT, saya percaya bahwa “Tuhan menolong kita“. Kiranya teman-teman semakin bersemangat mengerjakan AYT. Tuhan Yesus memberkati.
“Sebab, Yesus sendiri menderita ketika dicobai, maka Ia dapat menolong mereka yang sedang dicobai.” (Ibrani 2:18, AYT)
Cetak tulisan ini
Leave a comment