Tuhan Memperhitungkan Kafir
Oleh: Hery Sudarno
Kitab Rut sangat menarik dibaca, layaknya kisah keluarga yang di dalamnya ada duka, suka, dan cinta. Kitab ini, meskipun hanya 4 pasal, sarat dengan pesan-pesan TUHAN karena sesungguhnya TUHAN-lah yang menjadi sentral dari pesan kitab ini. TUHAN berkarya melalui keluarga Elimelekh, TUHAN yang menentukan peran utama dalam kisah ini. Peran utama atau tokoh yang dimaksud adalah Naomi, Rut, dan Boas. Itu kedaulatan TUHAN atas ketentuan dan pilihan-Nya. TUHAN mengizinkan keluarga ini menghadapi permasalahan selama di negeri asing negeri kafir, yaitu Moab, dan TUHAN memberikan Naomi dan Rut sukacita serta kebahagiaan diakhir kisah. Naomi memberi andil besar dalam kisah percintaan Rut dan Boas hingga pernikahan mereka.
Kecerdasan, strategi, dan iman Naomi menjadi pendorong bagi Rut dalam menyatakan dengan terbuka kepada Boas untuk menebus dia. Rut meneladani iman Naomi dalam kesabaran menantikan dan menyerahkan dengan iman kepada TUHAN dalam bertindak. Rut yang taat dan setia kepada mertua menjalankan apa yang dianjurkan dan diperintahkan kepadanya untuk menghampiri dan menyatakan secara terbuka kepada Boas untuk menebusnya sebagai istri. Ketaatan dan kesetiaan Rut kepada Naomi membuahkan hasil. Boas sebagai tokoh yang menebus Rut, juga terukur dalam setiap tindakan dan keputusannya, tidak gegabah. Boas memang mencintai Rut, terlihat dari pertanyaannya kepada para pekerjanya tentang Rut, mengundang Rut makan semeja, dan merekayasa rencana supaya jelai bisa didapatkan Rut lebih banyak. Bertutur kata dan menarik perhatian Rut selalu ditunjukkan oleh Boas. Sebelum menebus Rut, ia menjalankan prosedur aturan Hukum Musa dengan mengundang para tua-tua di depan Pintu Gerbang sebagai saksi untuk mendengarkan perkaranya, dengan terlebih dahulu menawarkan kepada kerabat lain yang lebih berhak menebus Rut. Boas juga seorang yang saleh, bertanggung jawab, baik hati, dan dipimpin oleh TUHAN dalam setiap tindakannya.
Penebusan Boas atas Rut sebagai orang kafir, ketika dalam keadaan tidak berdaya dengan berbagai impitan masalah hidup, status janda, hidup bersama mertua yang juga janda, miskin, dan kehilangan tulang punggung pencari nafkah bagi keluarga. Tindakan Boas menunjukkan bahwa ia adalah seorang penebus sejati yang sangat mencintai Rut, ia telah memikirkan segala konsekuensinya, sebagaimana diatur dalam Hukum Musa. Menegakkan garis keturunan mantan suami yang telah meninggal dan mewariskan tanah tebusan kepada anak yang akan dilahirkan oleh janda yang dinikahinya. Cinta Boas menggambarkan cinta Kristus yang tanpa syarat kepada kita, orang kafir yang bukan bangsa pilihan, orang yang berdosa, penyembah berhala, melacurkan diri, dan mengikuti berbagai tipu daya iblis. Cinta Yesus Kristus tanpa pamrih, tanpa syarat yang menebus kita dari dosa-dosa kita. Kisah ini digenapi oleh Yesus Kristus dengan kedatangan-Nya melalui garis keturunan Boas dan Rut (bd Matius 1:1-17) dan mati di atas kayu salib menebus orang berdosa. Ini semua bisa terjadi karena dari semula memang TUHAN yang merancang, menubuatkan pada masa yang akan datang, TUHAN sendiri akan datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman maut. Manusia berdosa tidak dapat menolong dirinya lepas dari cengkeraman maut, yang ada dalam hukuman Allah. Hanya karena kasih TUHAN yang begitu besar akan ciptaan-Nya sehingga Ia datang untuk mati menebus dosa manusia (Yohanes 3:16). Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita ketika kita lemah, tidak berdaya. Kristus mati menebus kita ketika kita masih berdosa (Roma 5:6-8). Kita yang kafir seharusnya mati, tetapi kita telah ditebus dengan darah-Nya yang mahal, dengan apa kita dapat membalas kepada-Nya?
Kisah Rut di atas semakin mencelikkan mata saya. TUHAN sangat mencintai saya. Saya ingin senantiasa bersyukur, hidup setia, dan beriman menantikan dengan sabar TUHAN akan bertindak pada waktunya. Juga bisa bertanggung jawab atas apa yang TUHAN percayakan dan menyenangkan TUHAN dalam menjalankan setiap perintah-Nya. Masih banyak hal berkesan dalam penggalian dan diskusi di kelas BKR ini, kertas jualah yang membatasi. Menjadi menarik untuk ikut serta dalam program SABDA bagi saya dan juga Bapak Ibu di masa mendatang. Kiranya TUHAN dimuliakan. Soli Deo gloria.
Cetak tulisan ini
Leave a comment