GoGOD: Desiring God!
Shalom Sahabat SABDA,
Dalam blog kali ini, saya akan menuliskan pengalaman saya ketika mengikuti webinar SABDA berjudul GoGod: Desiring God!. Ini merupakan salah satu dari rangkaian seri GoGOD!: Desiring God, Experiencing God, Knowing God, Loving God, dan Sharing God. Nah, untuk Desiring God ini, materinya disampaikan oleh Okti dan Ody. Materi ini diambil dari buku “Desiring God (Meditations of a Christian Hedonist)” karya John Piper.
Memasuki sesi pembukaan, narasumber menanyakan, “Apa yang paling Anda nikmati?” dan “Apa yang paling memuaskan Anda?” Kalau saya, yang paling dinikmati dan memuaskan adalah traveling, karena saya bisa menikmati dan menjelajah alam. Nah, di bagian awal presentasi ini, narasumber memulainya dengan membahas mengenai salah satu pandangan terkenal di dunia, yaitu hedonisme. Ternyata, hedonisme itu tidak selalu tentang keduniawian. Ada istilah hedonisme Kristen, yang berkaitan dengan perubahan pola pikir, cara menjalani kehidupan, serta pada akhirnya hidup senantiasa memuliakan Allah.
Dari banyaknya materi yang disampaikan, karena memang buku ini cukup tebal, ada beberapa bagian yang menarik bagi saya. Salah satunya mengenai sukacita orang percaya. John Piper membagikan pergumulannya tentang motif ketika orang-orang Kristen berupaya mencari kepuasan, kesenangan, kebahagiaan atau sukacita dari apa pun yang dilakukannya. Menurut Piper, itu adalah motif yang buruk yang bertentangan dengan Alkitab dan nilai-nilai kristiani. Namun, seiring dengan waktu, dengan penyelidikan teologi berdasarkan pendalaman Alkitab dan dari banyak pandangan yang dia baca dari tokoh-tokoh Kristen, Piper mengalami perubahan paradigma tentang hedonisme yang awalnya dianggap sebagai suatu yang buruk.
Inilah pandangan dari tokoh-tokoh Kristen yang memengaruhi pemikiran dari John Piper:
- “Semua orang mencari kebahagiaan. Semua orang, tanpa kecuali. Apa pun sarana yang mereka terapkan, mereka semua condong pada tujuan ini.” (Blaise Pascal) — Seorang fisikawan dari Prancis yang sudah hidup dalam Tuhan.
- “Kita semua tidak hanya mencari, tetapi juga harus mencari kebahagiaan kita sendiri.” (C.S. Lewis) — Seorang penulis dan apologet terkenal.
- “Allah mengancam hal-hal yang mengerikan jika kita tidak berbahagia.” (Jeremy Taylor) — Seorang pendeta dari gereja di Inggris pada abad ke-17.
Selain pandangan dari tokoh-tokoh Kristen, inilah pandangan dari Alkitab tentang hedonisme Kristen
- “Aku tahu bahwa tidak ada yang lebih baik bagi mereka daripada bersukacita dan berbuat baik dalam kehidupan.” (Pengkhotbah 3:12, AYT)
- “Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah!” (Filipi 4:4, AYT)
- “Hati yang bersukacita adalah obat yang baik, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang-tulang.” (Amsal 17:22, AYT)
- “Bersukacitalah selalu! Teruslah berdoa! Mengucap syukurlah dalam segala hal. Sebab, itulah kehendak Allah bagimu di dalam Kristus Yesus.” (1 Tesalonika 5:16-18, AYT)
Dari ayat-ayat di atas, saya teringat bahwa Alkitab dengan jelas mendorong setiap orang percaya untuk bersukacita. Sukacita adalah sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan Allah, dan sesuatu yang dikehendaki Allah. Sebagai orang Kristen, saya bersyukur telah merasakan sukacita. Sukacita itu menjadi dasar untuk selalu merasakan damai sejahtera, kebahagiaan dalam Tuhan tidak tergantung pada apa pun kondisi atau situasi yang sedang terjadi. Sekalipun sukacita bukanlah tindakan berdosa atau menentang Allah, lalu mengapa orang percaya malah masih melakukan perbuatan dosa? Karena dalam kecenderungan manusia yang berdosa, kita seringnya mencari sukacita atau kesenangan dari hal-hal yang dangkal, dari dunia ini, hanya untuk memuaskan nafsu. Dan, masih banyak orang percaya yang mencari sukacita tidak di dalam Allah, yang adalah komponen dasar dari ibadah kita. Ketika sumber pencarian bukan lagi Allah, hal itu menjadi sesuatu yang berdosa. Selain itu, tujuan hedonisme Kristen adalah berbahagia dalam Allah karena Allah adalah sumber bahagia itu sendiri. Amin!!
Saya sangat bersyukur dapat mengikuti webinar ini. Saya diingatkan lagi bahwa sukacita orang percaya harus berdasar dan bersumber pada yang benar, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Allah kita. Kiranya kita semua terus mencari kebahagiaan, sukacita, dan kepuasan dalam Tuhan sehingga hidup kita senantiasa memuliakan Allah.
Cetak tulisan ini
Leave a comment