Natal YLSA: What Do We Bring to the Lord This Christmas?
Shalom Sahabat Blog SABDA! Puji Tuhan, kita masih dipertemukan kembali dengan Natal tahun ini. Saya sangat bersyukur masih bisa merayakannya bersama-sama dengan keluarga besar YLSA. Dan, senang sekali saya bisa menyapa Sahabat lagi melalui blog ini. Saya bersyukur dapat berbagi pengalaman Natal YLSA kali ini kepada Sahabat sekalian. Semoga Sahabat dalam keadaan sehat dan mengalami makna Natal sejati di mana pun Sahabat berada. Bagi Sahabat yang masih mempersiapkan Natal, semoga segala persiapannya berjalan lancar dan pelayanan Sahabat sekalian dapat memberkati banyak orang. Amin. Ok, back to the topic ya!
Pada tahun ini, Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) merayakan Natal sebanyak dua kali. Yang pertama adalah perayaan Natal internal staf, dan yang kedua adalah perayaan Natal online bersama Rekan-rekan dari Klub Baca Buku SABDA (KBBS) sekaligus acara penutupan Penggalian dan Refleksi Natal dengan buku “Janji” yang telah diadakan sejak November lalu. Nah, yang akan saya ceritakan dalam blog ini adalah perayaan Natal internal staf YLSA yang diadakan pada Senin, 20 Desember 2021. Perayaan Natal ini bertepatan juga dengan ulang tahun Ibu Yulia Oeniyati, Ketua Badan Pembina YLSA.
Acara Natal ini sudah diagendakan sejak awal Desember. Akan tetapi, dengan begitu banyaknya pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada SABDA sepanjang Desember ini, maka acara Natal YLSA baru bisa direncanakan secara detail dan matang weekend sebelumnya. Bersyukur, seluruh staf YLSA bersehati, bekerja sama, dan sangat agile untuk merealisasikannya. Saya secara pribadi merasa bersukacita mempersiapkannya, terutama karena tema yang diangkat juga membuat saya berefleksi serius. “What do we bring to the Lord this Christmas?” diambil dari kisah orang majus yang datang membawa persembahan kepada Sang Raja yang baru lahir ke dunia. Setiap staf juga diberi PR untuk merenungkan apa yang akan kami bawa kepada Tuhan pada Natal ini, dan karenanya selama beberapa hari saya berpikir keras. Apa ya yang bisa saya bawa kepada Tuhan yang sudah punya segalanya? Semua kepunyaan saya pun adalah pemberian dan anugerah dari Tuhan. Waktu, tenaga, pikiran, hati, dan keselamatan yang saya anggap berharga dan tak terbeli pun semuanya dari Tuhan.
Lalu, pada Minggu, sehari sebelum acara Natal YLSA, saya dikejutkan dengan ayat dalam ibadah Minggu online yang saya ikuti. Ayatnya sih sudah familiar bagi saya, yaitu Lukas 10:27 yang juga mengutip ajaran ‘Shema’ dari Ulangan 6:5. Kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan. Yang berarti Tuhan mau keseluruhan diri kita (our wholebeing) yang secara rela kita serahkan kepada-Nya untuk dipakai secara bebas dan leluasa dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. Namun, hari itu saya diingatkan bahwa yang penting adalah bukan apa yang akan kita bawa kepada Tuhan, melainkan apa yang tidak kita bawa. Adakah hal lain yang masih kita pegang erat-erat, masih kita berhalakan dan tidak mau kita serahkan kepada Tuhan?
Melalui perenungan itu, saya kemudian diingatkan bahwa ego, agenda pribadi, dan ketakutan adalah hal-hal yang masih sering saya pegang erat dan tidak rela saya serahkan kepada Tuhan. Oleh sebab itu, dalam sesi sharing staf pada Natal YLSA, saya menyatakan dengan iman bahwa saya hendak membawa hal-hal tersebut ke hadapan takhta Allah pada momen Natal ini. Mungkin bukan sebagai persembahan harum yang akan berkenan kepada-Nya, seperti hal terbaik yang seharusnya kita persembahkan kepada Tuhan. Namun, hal-hal tersebut saya bawa sebagai bentuk pengakuan bahwa tidak ada yang baik yang bisa saya persembahkan atau lakukan sendiri tanpa Tuhan. Saya percaya Tuhan begitu mengasihi saya. Ia akan mengubahkan hal-hal buruk tersebut menjadi hal-hal baik yang dapat menuntun pertumbuhan iman sehingga Ia dapat memakai saya dengan leluasa untuk kepentingan-Nya.
Saya juga bersyukur mendengarkan sharing dari staf lain, yang semuanya juga tampak sepenuh hati menggumulkan apa yang akan mereka serahkan kepada Tuhan pada momen Natal ini. Semoga Tuhan menolong dan memampukan kami semua untuk sungguh-sungguh mengaplikasikannya dalam kehidupan kami ke depan. Amin. Selain sesi refleksi dan perenungan tersebut, Natal YLSA tahun ini juga sangat berwarna karena kami bisa menyanyikan pujian bersama-sama dan main games yang mencairkan suasana. Natal YLSA tahun ini paket lengkap deh pokoknya. Maknanya dapat, sukacitanya juga dapat.
Dan, seperti yang sudah saya singgung di atas, perayaan Natal YLSA tahun ini juga bertepatan dengan ulang tahun Ibu Yulia. Jadi, kami juga berkesempatan mendengarkan sharing dari Ibu Yulia mengenai ucapan syukur dan harapan-harapan beliau ke depannya, terutama untuk SABDA. Seluruh staf berdoa bersama untuk pokok-pokok doa dari Ibu Yulia yang dipimpin oleh Mbak Sandra. Kemudian, kami berfoto bersama dan makan siang.
Rangkaian perayaan Natal YLSA tahun ini sederhana dan penuh makna. Hal simple seperti makan siang bersama pun terasa sangat berarti karena sejak pandemi, seluruh staf tidak bisa makan siang bersama di satu tempat karena ada pengaturan jaga jarak. Bahkan, bernyanyi bersama pun telah lama tidak kami lakukan karena ada prokes yang harus ditaati. Walaupun rencana kami untuk mengadakan Natal outdoor tidak terlaksana, tetapi itu tidak mengurangi sukacita kami untuk berkumpul bersama memaknai Natal.
Akhir kata, saya juga mengucapkan selamat Natal untuk Sahabat Blog SABDA sekalian. Semoga Natal tahun ini juga penuh makna bagi Sahabat. Amin. Sampai jumpa lagi di entry blog selanjutnya. Tuhan Yesus memberkati.
Cetak tulisan ini
Leave a comment