Blog SABDA
31Mar/210

Serunya Ikut Klub Buku!

Buat penggemar buku macam saya, menemukan orang-orang yang suka baca dan diskusi pasti anugerah. Mengapa? Sebab, pada era digital dan kemajuan media sosial seperti saat ini, menemukan orang yang suka membaca saja itu sudah cukup sulit. Lalu, menemukan orang yang suka membaca buku dan berdiskusi jadi persoalan lain. Itu level kesulitan yang lebih tinggi. Orang-orang sekarang cenderung lebih suka melihat gambar, membaca sedikit teks, asyik melihat video, lalu cukup memberikan tanda like atau sedikit komentar. Mungkin, hanya ada 1 di antara 1000 orang se-Indonesia Raya yang suka membaca dan berdiskusi.

Ah, lebay. Masa sih?

Ya, mungkin agak lebay sih, tetapi memang harus diakui tidak banyak orang seperti itu. Jadi, saya senang sekali saat YLSA tahun ini kembali membuka diskusi buku untuk mendiskusikan buku “LIT!” karya Tony Reinke via aplikasi chat Telegram. Bukan itu saja, setelah diskusi selesai, YLSA juga akan membuka klub buku yang rencananya akan menjadi ajang berkumpulnya manusia-manusia yang suka baca buku dan diskusi. Klop deh.

Di Indonesia, klub buku mungkin masih belum terlalu familiar keberadaannya. Klub catur, klub olahraga, klub tari, dsb., banyak, tetapi klub buku? Mendengar namanya saja mungkin kebanyakan orang tidak akan tertarik karena konotasinya adalah kumpulan “nerd” atau penggemar buku, yang notabene bukan jadi hobi mayoritas orang Indonesia. Namun, sesungguhnya ikut klub buku tidak kalah asyik dari ikut klub-klub lainnya. Bukan sekadar karena kita dapat bertemu dengan orang-orang yang gemar membaca buku dan berdiskusi saja. Akan tetapi, melalui klub buku itu wawasan, pengetahuan, dan keterampilan berdiskusi kita akan semakin diasah, kecerdasan literasi kita bertambah, dan sudut pandang atau pola pikir kita juga akan semakin maju.

Mengapa bisa begitu?

Ya, sebab dalam klub buku, kita akan dilatih untuk berdiskusi dan mengeluarkan pendapat dengan anggota komunitas lainnya dalam topik-topik yang terkait dengan buku, kepenulisan, literasi, dsb.. Interaksi yang kita peroleh dari dan kepada anggota komunitas dalam klub buku akan semakin mendewasakan cara berpikir, cara kita memandang segala sesuatu, serta cara kita berdiskusi. Kita akan belajar untuk mendengar, menerima, dan memberi masukan kepada anggota yang lain. Sementara itu, pada sisi lain, kita juga mesti mengemukakan pendapat, menerima masukan, bahkan sah-sah saja untuk berargumen dengan anggota yang lain. Proses ini adalah proses belajar yang tidak akan kita peroleh jika tidak bergabung dalam suatu komunitas.

Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan dunia dari Brazil, berpendapat bahwa dialog adalah model komunikasi yang alami untuk belajar karena dalam dialog peserta didik diakui sebagai mitra yang sejajar. Dialog memungkinkan kesempatan untuk belajar bersama, dibanding sekadar mengajar. Nah, klub buku menyediakan ruang yang sangat besar dan ramah bagi para anggotanya untuk berdialog bersama tentang topik atau objek yang menjadi ketertarikan mereka dalam proses diskusi. Tidak ada hierarki di sana. Setiap anggota bersifat setara dan memiliki hak serta kewajiban yang sama sehingga setiap orang dapat bebas mengemukakan pendapat. Itu adalah sesuatu yang sangat berharga, yang secara langsung maupun tidak langsung akan semakin mengasah kepekaan kita sebagai orang-orang percaya terhadap berbagai isu dan masalah.

Okti

Tentang Okti

Okti Nur Risanti telah menulis 47 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.