Indigitous: Every Tongue, Tribe, and Touchscreen
Program SABDA Live sudah berlangsung sejak Mei lalu, dan meski seri-seri baru datang silih berganti sejak saat itu, pengalaman mengikuti SABDA Live rasanya tidak banyak berubah, setidaknya bagi saya. Namun, ada yang berbeda dalam pertemuan SABDA Live pada Selasa, 10 November 2020 lalu. Dan, inilah yang ingin saya bagikan melalui tulisan saya kali ini.
Dalam pertemuan yang bertajuk “Indigitous: Every Tongue, Tribe, and Touchscreen” tersebut, SABDA menghadirkan dua narasumber dari luar negeri, yaitu Simon Seow dari Singapura dan Sitthavee “Son” Teerakulchon dari Thailand. Simon adalah salah satu pendiri Indigitous, suatu gerakan global yang mengajak orang-orang percaya menggunakan talenta mereka bagi Tuhan di ruang digital, sedangkan Son adalah Direktur Wilayah Asia untuk FaithTech, suatu organisasi yang bervisi untuk menjembatani antara iman dan teknologi guna memelopori cara-cara baru untuk membagikan Kabar Baik tentang Yesus dalam era baru yang didorong oleh teknologi ini. Dalam pertemuan ini, Simon menjadi pembicara utama untuk menyampaikan tentang pelayanan misi di dunia digital secara umum dan pelayanan Indigitous secara khusus, sementara Son hadir untuk memperkenalkan tentang FaithTech dan konferensi FaithTech Asia Virtual Summit yang mereka selenggarakan secara daring pada 14 November 2020.
Dalam presentasinya, Simon banyak berbicara tentang bagaimana teknologi telah banyak mengubah dunia tempat kita tinggal dan bahwa saat ini, kita tengah hidup dalam era baru pelayanan misi modern yang didorong oleh konektivitas yang ditawarkan oleh teknologi. Dia menekankan betapa pentingnya bagi setiap orang percaya yang hidup pada era sekarang ini untuk menyadari bahwa kita adalah misionaris digital. Kita dipanggil untuk membawa Injil yang tidak pernah berubah kepada generasi yang terus-menerus berubah, untuk menggumulkan media-media apa saja yang dapat kita gunakan untuk mengomunikasikan pesan Yesus yang mengubah hidup kepada dunia yang sangat membutuhkannya.
Setelah itu, dia melanjutkan dengan memperkenalkan tentang pelayanan Indigitous, yang secara garis besar berfokus pada tiga hal: misional, digital, global. Dia menyampaikan bahwa visi pelayanan Indigitous adalah untuk mengatalisasi penyebaran Injil dengan mengutus tubuh Kristus untuk terlibat dalam misi-misi digital. Dia juga menyertakan beberapa contoh penerapan visi tersebut oleh cabang-cabang Indigitous di berbagai negara dan beberapa contoh lain yang bisa menjadi sumber inspirasi kita untuk mengerjakan misi digital kita masing-masing. Simon kemudian menutup presentasinya dengan mengutip Wahyu 7:9-12, AYT, lalu mengajak setiap peserta untuk terlibat menjadi bagian dari tentara digital Allah untuk mengerjakan Amanat Agung lewat misi digital. Setelah itu, presentasi dilanjutkan oleh Son yang memperkenalkan tentang pelayanan FaithTech Asia.
Son tidak menjelaskan terlalu detail tentang apa itu FaithTech secara lembaga, tetapi dia lebih banyak menekankan tentang apa yang melatarbelakangi pelayanan tersebut. Secara garis besar, dia menyampaikan bahwa terdapat jurang pemisah antara iman dan teknologi, dan FaithTech hadir untuk menjembatani jurang tersebut dengan menghadirkan suatu komunitas global yang terdiri dari orang-orang yang mengasihi Yesus dan memiliki hasrat dan minat terhadap teknologi. Untuk itu, FaithTech menyelenggarakan konferensi daring FaithTech Asia Virtual Summit sebagai ajang bagi orang-orang Kristen penggiat teknologi di Asia untuk berkumpul dan saling memikirkan bagaimana menggunakan keterampilan teknologinya untuk memajukan Kerajaan Allah. Kemudian, dia mengakhiri bagiannya dengan mengundang setiap peserta untuk bergabung dan mengajak serta orang-orang lain yang memiliki kerinduan yang sama untuk melihat teknologi dipakai secara luar biasa untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Selepas penyampaian presentasi oleh Simon dan Son, sesi dilanjutkan dengan tanya jawab oleh peserta SABDA Live. Beberapa pertanyaan yang diajukan di antaranya seputar pelayanan Indigitous dan FaithTech dalam kaitannya dengan gereja lokal dan bagaimana kita bisa mulai terlibat dalam misi digital. Melalui dinamika diskusi yang cukup berkembang, saya rasa ada banyak pelajaran, berkat, dan manfaat yang dapat dipetik oleh peserta dalam pertemuan SABDA Live kali ini. Setelah sesi tanya jawab, pertemuan ditutup dengan closing statement dari kedua narasumber.
Secara keseluruhan, saya merasa cukup terberkati melalui setiap materi yang disampaikan oleh narasumber dan berbagai hal yang didiskusikan dalam sesi tanya jawab. Kiranya semua pengetahuan yang saya peroleh dari sesi ini tidak hanya untuk memuaskan intelektualitas saya, tetapi benar-benar bisa saya terapkan dalam pelayanan misi digital tempat saya terlibat. Saya berdoa agar para peserta yang lain juga menggumulkan hal yang sama. Kiranya tulisan ini dapat menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati.
Cetak tulisan ini
Leave a comment