Blog SABDA
30Oct/191

Celebrating God Works — #SABDA25: Now, New, and Next

Oleh: Pingkan

Shalom, perkenalkan nama saya Pingkan, staf baru di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) yang masih dalam masa percobaan. Saat saya bergabung pada akhir September 2019, suasana kantor ternyata sedang hectic karena persiapan acara Ultah #SABDA25 yang akan diadakan pada 14 Oktober 2019. Kendati demikian, saya senang sekali bisa ikut berpartisipasi mempersiapkan acara besar tersebut. Dalam waktu yang singkat, saya belajar banyak hal, baik mengenai SABDA, lingkup pelayanannya, hingga kerendahan hati untuk mendengar isi hati Tuhan. Menurut saya, masa persiapan acara Ultah SABDA ini tidak kalah penting dari acara itu sendiri. Kami bergumul untuk banyak hal dan bersandar sepenuhnya kepada Tuhan yang punya acara. Kami juga memohon agar hati kami terus dimurnikan dan membawa kemuliaan bagi Dia melalui segala hal yang kami lakukan.

Tanggung jawab utama saya dalam acara ini adalah mempersiapkan booth Alkitab Kuno yang terdiri dari berbagai versi Alkitab berbahasa Indonesia dari yang paling kuno sampai yang paling modern, dan berbagai Alkitab bahasa daerah. Dua minggu sebelumnya, saya tidak tahu apa pun tentang Sejarah Alkitab di Indonesia. Oleh sebab itu, saya bersyukur mendapatkan kesempatan “terpaksa harus” belajar untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab saya dengan baik. Tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari bantuan dan perhatian staf-staf lain yang dengan sabar membimbing saya.

Booth Alkitab Kuno lebih banyak dikunjungi oleh para hamba Tuhan dan mahasiswa STT, walaupun ada pula beberapa pengunjung awam yang datang berkunjung. Para hamba Tuhan sangat tertarik untuk membandingkan satu versi Alkitab berbahasa Indonesia dengan versi lainnya, untuk melihat perbedaan dan persamaan dari segi bahasa, istilah, ejaan, dan esensinya. Sementara para mahasiswa STT cenderung tertarik pada Alkitab versi bahasa daerah karena pada umumnya, mereka adalah pemuda-pemudi yang berasal dari luar pulau dan senang melihat Alkitab bahasa daerah mereka terpajang di booth. Para pengunjung booth juga gemar berfoto dan merekam video, terutama dengan latar belakang timeline Sejarah Alkitab Indonesia. Beberapa pengunjung lainnya sesekali membuka-buka Alkitab yang dipajang di meja, dan juga sangat antusias minta difotokan dengan latar belakang timeline Sejarah Alkitab Indonesia maupun dengan Alkitab Kuno yang dipajang sebagai display.

Puji Tuhan, peserta yang datang melampaui jumlah yang kami harapkan. Dengan segala keterbatasan kami sebagai manusia, kami berusaha melayani peserta dengan sebaik mungkin. Saya tidak bisa berhenti tersenyum pada saat acara berlangsung karena saya merasakan campur tangan Tuhan yang memberikan sukacita, baik kepada panitia maupun peserta. Kelelahan panitia dalam rangka persiapan pun terasa menguap digantikan dengan semangat dan kekuatan dari Tuhan untuk melayani Dia dan umat-Nya. Antusias peserta dalam acara pun terlihat dari partisipasi games dan permintaan instalasi serta semua booth yang ramai dikunjungi.

Pada saat pembicara utama, Bapak Sri Hastjarjo, menyampaikan materi, secara pribadi saya sangat diberkati. Materi yang paling mengena adalah bahwa teknologi bukanlah musuh gereja. Justru dengan memanfaatkan teknologi, gereja dapat menjangkau lebih banyak hati dan jiwa-jiwa demi kemuliaan nama-Nya. Dan, yang paling berkesan adalah momen ketika Ibu Yulia menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan YLSA kepada Mbak Evie. Beliau berkata kurang lebih demikian, “Dalam melayani Tuhan, tidak ada kata ‘pensiun’, tetapi kita harus tahu kapan waktunya untuk step down dan memberikan kesempatan kepada generasi yang lebih muda untuk meneruskan. Dengan demikian, ada jaminan agar pelayanan dapat terus segar dan tidak tergerus oleh zaman. Generasi tua harus terus bekerja untuk memastikan regenerasi pelayanan berhasil mewujudkan visi Tuhan sampai pada masa yang akan datang.” Kata-kata beliau sungguh menyentuh hati saya, memang benar melayani Tuhan adalah suatu panggilan dan sekaligusprivilege. Namun, pekerjaan Tuhan tidak mungkin berhenti pada zaman kita saja. Dibutuhkan keberanian untuk memikul tanggung jawab pelayanan, tetapi dibutuhkan keberanian yang lebih besar untuk mau dengan rendah hati melepaskannya dan mendidik generasi selanjutnya untuk meneruskan tanggung jawab tersebut.

Menurut saya pribadi, keseluruhan rangkaian acara Ultah ke-25 SABDA berkohesi dengan baik satu sama lain (to God be the glory!). Harapan saya, ke depannya tidak ada lagi gereja atau umat-Nya yang menganggap teknologi hanya sebagai musuh karena teknologi dapat menjadi alat yang sangat powerful untuk memuliakan Tuhan. Selain itu, saya juga berharap semakin banyak hamba Tuhan yang membuka diri untuk mementori generasi muda baik di gereja maupun di komunitasnya, dan saling belajar bagaimana hidup berdampingan dengan teknologi tanpa harus menjadi korban teknologi. Seperti yang telah diteguhkan juga oleh Ibu Lay Hua bahwa zaman terus berubah dan perjuangan kita sebagai orang percaya juga harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman tersebut. Kiranya Tuhan memberkati pelayanan kita semua.

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 197 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (1) Trackbacks (0)
  1. Selamat ulang tahun ke-25 th SABDA. Sukses selalu ke depannya. Gbu more


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.