Blog SABDA
3Oct/160

Kebaktian Syukur HUT YLSA ke-22

Hut YLSA ke-22 tahun

Menyambut usianya yang ke-22 tahun, Yayasan Lembaga SABDA membuat sebuah “pesta-pesta” kecil untuk memperingati rekam jejak dan karyanya selama ini. Perayaan yang dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2016 silam berlangsung cukup sederhana dan hanya dihadiri oleh pengurus dan staf SABDA saja karena acara ini memang dikhususkan untuk kami yang bekerja di YLSA. Sebelumnya, kami berencana untuk merayakan ulang tahun sambil berekreasi ke objek wisata Cokro dan Umbul Ponggok di Klaten dengan mengajak keluarga atau kenalan kami. Namun, berdasarkan beberapa pertimbangan, terutama melihat perkiraan cuaca yang dipastikan akan hujan lebat, maka akan lebih “aman” jika dirayakan “indoor” saja. Akhirnya, kami putuskan melangsungkan acara ini di Griya SABDA yang notabene kantor SABDA sendiri. Pada hari H, saat masih pagi, cuaca sangat cerah sehingga menolong kami menyiapkan segala sarana dan prasarana dengan mudah.

Acara dimulai pukul 09.00 pagi, dengan Ariel sebagai MC. Sikapnya yang supel dan kemampuannya yang mudah menarik perhatian membuat suasana semarak. Nyanyian pujian dipimpin oleh Ayub. Selepas pujian, kami mendengarkan renungan mengenai lima cara belajar firman. Saya belajar bahwa membaca firman saja tidak cukup karena membaca berarti hanya mendapatkan data (fakta) yang belum diolah sehingga pemahaman yang didapat baru sebatas di permukaan. Puncak dari belajar Firman adalah menghidupi Firman. Terkait hal ini, saya teringat tulisan Charles Swindoll yang menyebut bahwa Alkitab adalah petunjuk yang benar dan tepercaya, tetapi membacanya saja tidak akan membuat kita serta-merta menjadi serupa Kristus. Banyak orang Kristen telah membaca Alkitab berulang-ulang, mengikuti kursus-kursus Alkitab, dan berpindah-pindah gereja, tetapi mereka juga adalah orang Kristen yang paling “rewel” dan tidak bertanggung jawab. Hal ini karena mereka tidak beranjak dewasa dengan menerapkan Firman yang mereka baca. Jadi, meski renungan yang disampaikan sangat detail, panjang, dan agak melelahkan bagi saya, menurut saya itu benar dan hendaknya menjadi perhatian staf SABDA yang giat mempelajari Firman.

Perayaan ultah diisi dengan permainan dan sharing. Saya bersyukur untuk Mbak Santi yang berhasil memimpin permainan bertajuk “sejauh mana pengetahuan Anda tentang YLSA” yang bisa mengakrabkan staf dan pemimpin, sekaligus bersyukur untuk yayasan tempat kami berkarya. Lalu, acara disambung dengan sharing kesan dan pesan dari pengurus dan staf mengenai YLSA. Saya bersyukur, pengurus dan staf memberi kesan dan masukan yang positif bagi YLSA. Bahkan, ada pula yang memberikan persembahan baik puisi, video kreatif, maupun nyanyian pujian. Semuanya kami berikan sebagai ucapan syukur kami atas kepercayaan yang Tuhan berikan sehingga bisa melayani di YLSA. Tidak semua sharing saya ingat, tetapi sharing yang paling berkesan bagi saya adalah sharing Ayub yang mengatakan bahwa semua yang terjadi mulai dari awal berdirinya hingga YLSA berusia 22 tahun adalah karena Allah. Ini semua adalah tentang Allah, tentang “HIStory”.

Oh ya, ada pelajaran berharga dari persembahan video yang dibuat oleh salah seorang staf YLSA. Video berdurasi 10 menit ini sangat menarik, bukan hanya karena isinya, tetapi karena cocok dengan cara komunikasi generasi abad ini, generasi digital. Secara pribadi, saya sangat menghargai pengorbanan dan usaha si pembuat video karena berhasil menyelesaikannya hanya dalam 1 malam; sejak Jumat sore hingga Sabtu pagi tanggal 1 Oktober pukul 05.00. Nilai pengorbanan yang saya pelajari di sini merupakan kunci sukses untuk melakukan sebuah pelayanan. Prinsip yang tidak biasa, yang tidak hanya “bekerja sesuai jobdesk saja” akan menghasilkan kesuksesan. Pengorbanan manusia tentu saja tidak akan sebesar yang Yesus berikan, tetapi apa yang Yesus lakukan untuk kita dapat menginspirasi agar kita berjuang lebih sungguh lagi dalam setiap pelayanan yang dipercayakan kepada kita.
Akhirnya, acara ditutup oleh Bu Yulia yang menyatakan kegundahannya dengan masalah SDM YLSA yang masih sangat kurang. Beliau juga mengingatkan supaya kami terus-menerus belajar dan mengembangkan diri karena Allah pun berharap kita terus “naik level” sesuai dengan harapan-Nya. Saya bisa memahami apa yang beliau sampaikan. Apalagi, dalam konteks pelayanan berbasis teknologi, seseorang harus terus menaikkan tingkat pengetahuan dan kemampuannya mengingat teknologi terus berkembang. Saya pikir, pernyataan beliau tidak hanya untuk kami, staf YLSA, tetapi juga untuk setiap hamba Tuhan yang perlu memperlengkapi diri, khususnya dengan cara komunikasi abad ini supaya firman Tuhan tersebar lebih cepat dan menjangkau lebih banyak orang lagi.

Secara umum, perayaan ulang tahun yang ke-22 ini berlangsung dengan baik. Saya ingin menutup tulisan ini dengan ucapan selamat ulang tahun untuk Yayasan Lembaga SABDA yang ke-22. Saya berharap Yayasan Lembaga SABDA tetap bertekun memperjuangkan misi yang dibebankan oleh Tuhan sejak awal berdiri, yaitu pelayanan melalui teknologi. Namun, perlu diingat, betapapun hebat dan besarnya sumber daya yang dimiliki YLSA, yayasan ini tidak bisa bekerja sendirian. YLSA perlu berelasi dan bermitra dengan yayasan atau organisasi lain yang memiliki visi yang sama sehingga pekerjaan pelayanan berdampak lebih luas lagi. Selamat berjuang YLSA, dengan segala kekurangan yang masih ada. Saya percaya ketika Allah sudah memulai pelayanan ini, Allah pula yang akan memimpin dan mengakhirinya dengan baik. Terpujilah Dia, yang empunya ladang pelayanan YLSA.

Tentang aji

Abraham Aji telah menulis 9 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.