Blog SABDA
14Dec/150

Seminar: Pornografi, Dampak, dan Penanganannya

Oleh: Liza*

Pada hari Senin, 30 November 2015, saya, Mbak Okti , Jono , dan Odysius menghadiri seminar “Tanda-Tanda, Dampak, dan Cara Penanganan Kecanduan Pornografi”. Seminar ini diadakan di Griya Konseling Pelikan Solo dengan dihadiri sekitar 100-an orang. Saya secara pribadi terberkati melalui seminar ini karena cukup membuka wawasan saya tentang isu yang sangat jarang dibahas secara terbuka seperti ini.

Seminar ini dimulai dengan memaparkan apa arti pornografi. Menurut UU Pornografi, pornografi adalah semua hal dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

Kemudian disebutkan juga bahwa isu ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, tetapi isu ini sering diabaikan atau sering dianggap tabu jika dibahas. Padahal, dampak dari pornografi ternyata lebih parah dari kecanduan narkoba. Tentu bukan berarti kecanduan narkoba dan sejenisnya lebih baik daripada kecanduan pornografi. Keduanya sama-sama berakibat buruk pada kesehatan mental maupun fisik manusia.

Dampak pada kesehatan fisik manusia yang secara langsung terkena karena kecanduan pornografi adalah bagian otak. Dikatakan bahwa jika kecanduan narkoba merusak 3 bagian otak, sedangkan kecanduan pornografi dapat merusak 5 bagian otak, yaitu semua bagian otak. Selain itu, dampaknya adalah merusak relasi dengan sesama maupun relasi pribadi dengan Tuhan, dan masih banyak dampak lainnya. Selain itu, Ibu Elizabeth Sri Sumarni, sang narasumber, memaparkan tentang tanda-tanda orang yang kecanduan pornografi. Beliau mengatakan bahwa tanda-tanda seseorang yang mengalami kecanduan pornografi tidak sepenuhnya kasat mata. Peran orangtua sangat penting di sini untuk memerhatikan anaknya supaya dapat segera dilakukan tindakan penanganan dan pencegahan.

Beberapa tandanya adalah suka main game online, prestasi sekolah menurun, bicara dengan tidak melihat mata lawan bicara, antisosial, insomnia, dan lain-lain. Tanda-tanda ini harus dilihat secara keseluruhan. Kita tidak bisa menyimpulkan seseorang adalah pecandu pornografi hanya dengan melihat satu tanda saja. Belum tentu seseorang yang suka main game online adalah seorang pecandu pornografi, belum tentu juga seseorang yang prestasinya menurun adalah seorang pecandu pornografi. Masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhi, jadi harus memahami beberapa tanda-tanda orang yang kecanduan pornografi.

Poin terakhir adalah tentang kiat-kiat untuk lepas dari kecanduan pornografi. Ada beberapa poin atau langkah, tetapi beberapa poin yang terpenting menurut saya adalah yang pertama, memperbaiki relasi pribadi dengan Tuhan dan butuh komitmen yang kuat untuk lepas dari keterikatan ini, sebab hal ini sangat memengaruhi langkah selanjutnya. Kedua, harus ada seorang sahabat atau orang yang benar-benar dapat dipercaya yang tahu mengenai hal ini sehingga dapat mengingatkan. Ketiga, jangan biarkan aktivitas kosong, buat kesibukan lain yang menguras tenaga untuk pengalihan perhatian.

Kesimpulan yang saya ambil adalah orang yang jatuh pada kecanduan pornografi tidak selalu laki-laki, meskipun persentase terbesar ada pada laki-laki, tetapi tidak menutup kemungkinan perempuan bisa jatuh dalam kecanduan ini. Narasumber juga mengingatkan akan pentingnya memberi pendidikan seksual pada anak-anak sejak usia dini, tentunya dengan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak dan dengan cara yang berbeda pula. Selain itu, pentingnya relasi pribadi kita dengan Tuhan dan jangan mendekatkan diri dengan sengaja pada pencobaan. Apalagi di era teknologi yang semakin maju, internet yang semakin mudah dijangkau. Banyak situs pornografi beredar luas di internet dan jika Anda pengguna smartphone atau sejenisnya akan lebih mudah lagi mengaksesnya. Jangan menganggap diri kita tidak mungkin jatuh dalam dosa sehingga dengan atau tanpa sengaja membuka situs tersebut. Saya rasa tidak hanya soal pornografi, tiap kita pasti punya kecenderungan untuk jatuh dalam dosa yang berbeda-beda. Ada yang jatuh pada uang, makanan, kekuasaan, dan lain-lain.

Selain itu, menurut saya, gereja seharusnya menjadi tempat untuk menjawab isu-isu semacam ini, bukannya merasa isu ini tabu untuk dibahas. Justru jika gereja tidak menangkap isu ini untuk dibahas, pemuda-pemudi akan mencari jawaban pada tempat lain atau orang lain yang belum tentu memberikan jawaban yang tepat, bisa jadi malah memberikan jawaban yang menyesatkan.

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 197 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.