Staf Paruh Waktu di YLSA
Pada blog sebelumnya, saya telah memutuskan untuk meneruskan kuliah dan menjadi staf paruh waktu di YLSA. Bersyukur karena pimpinan YLSA mengizinkan saya bukan hanya tetap “menimba ilmu” di YLSA 🙂 tapi juga di tempat lain. Jika di kantor/perusahaan lain persyaratan untuk menjadi staf paruh waktu cukup ribet, di YLSA berbeda (mungkin karena saya sudah bekerja penuh waktu di YLSA sebelumnya) 😉
Ketentuan untuk staf paruh waktu sederhana, di antaranya:
- staf paruh waktu harus mematuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan, yaitu 20 per minggu (minimal),
- harus membuat jadwal kerja mingguan yang tidak ‘gonta-ganti’ (ada jadwal tetap), dan
- ‘job-des’ yang didapat adalah tugas-tugas yang bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat, atau yang tidak dikejar ‘deadline’.
Untuk saya yang dulunya adalah staf penuh waktu di YLSA, saya harus melepaskan beberapa tugas yang dulunya saya kerjakan, karena sudah tidak ada cukup waktu untuk mengerjakannya. Beberapa tugas tersebut terpaksa diberikan kepada staf lain. Kesulitan terbesar staf paruh waktu adalah tidak bisa membagi waktu dengan efektif dan efisien, sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik, atau melewati tenggat waktu :(.
Ada 5 orang staf paruh waktu di YLSA — Saya, Tatik, Mas Anto, Kusuma, dan Jing-Jing. Kami — kecuali Mas Anto dan Jing-Jing –, dulunya adalah staf penuh waktu di YLSA. Nah, masing-masing kami memutuskan untuk bekerja paruh waktu tentunya karena alasan yang berbeda. Staf paruh waktu yang lain bisa bercerita alasan dan pengalamannya di kotak komentar, ya! Kalau alasan saya, ya seperti yang saya ceritakan di atas tadi, untuk meneruskan kuliah :).
Selama hampir 2 tahun menjadi staf paruh waktu, saya menimba banyak pengalaman — baik suka maupun duka. Sukanya, selain kuliah, saya masih bisa bekerja dan mendapat uang saku untuk kebutuhan kuliah dan hidup sehari-hari. Dukanya, merasa tidak enak bila pekerjaan tidak tuntas atau melebihi ‘deadline’ yang ditentukan. Duka yang lain adalah saya tidak bisa lagi ikut PA bersama staf, juga tidak ikut training karena berbenturan dengan jadwal kuliah. Saya sekarang juga jarang bisa makan siang bersama teman-teman di kantor.
Meski menjadi staf paruh waktu, saya tetap bersyukur kepada Tuhan karena masih bisa menjadi bagian dari keluarga besar YLSA. Masih bisa belajar banyak hal di tempat ini, bisa sedikit-banyak mempraktikkan ilmu yang saya dapat dari bangku universitas, dan yang terpenting, masih diperkenankan melayani Tuhan di tempat yang telah Ia sediakan. Bangganya menjadi staf paruh waktu YLSA :).
Cetak tulisan ini
July 12th, 2012 - 14:17
Hai,
Saya Tatik, yang disebut Ami di blog ini. ^_^
Saya part time karena kuliah juga… suka-duka’nya hampir mirip. :p
Walaupun capai secara fisik, tapi tetap senang karena masih diberi kesempatan untuk melayani banyak orang melalui YLSA. ^_^
September 25th, 2012 - 09:37
Terima kasih Ami, sudah menerjemahkan beberapa bahan e-BinaAnak. Hasil dari kuliah bisa juga berguna untuk pelayanan Tuhan di YLSA, bukan? 🙂 Walau paruh waktu, tapi bisa tetap mengatur kegiatan dengan baik di kantor, hanya bisa dilakukan dengan disiplin mengatur jadwal dengan baik. Mohon hikmat dan bijaksana dari Tuhan agar bisa mengatur waktumu dengan baik.
September 25th, 2012 - 09:47
Meskipun paruh waktu, tapi saya salut karena mereka bisa membagi waktu dengan baik.
Tetap semangat belajar dan melayani ya!