YLSA dalam “Indonesian Cross Cultural Conference VII”
Pada tanggal 18 — 21 Oktober 2011, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Indonesian Cross Cultural Conference VII (ICCC) di Solo. Saya diutus oleh YLSA karena saya adalah Pemimpin Redaksi e-JEMMi, yang merupakan salah satu e-publikasi yang diterbitkan YLSA yang membahas tentang misi.
Tema ICCC VII kali ini adalah “Catch the Vision, Do the Mission”. Peserta yang menghadiri ada sekitar 100 orang dari berbagai tempat dan organisasi. Tujuan diadakannya konferensi ini adalah untuk menyemangati gereja-gereja, khususnya gereja-gereja di Indonesia, untuk selalu menjadikan panggilan Amanat Agung Yesus Kristus sebagai tugas utama gereja di dunia. Saya sangat bersyukur acara ini dapat berjalan dengan lancar, karena beberapa waktu sebelumnya kota Solo sempat diguncang dengan peristiwa bom bunuh diri.
Acara dari pagi sampai siang hari dibagi dalam tiga sesi, yaitu “Bible Exposition”, “Plenary Session”, dan “Interest Group” (kapita selekta). Pada malam harinya diadakan acara “Mission Night” yang sifatnya terbuka — selain peserta, orang-orang lain juga boleh datang. Pembicara yang diundang dalam konferensi ini ada 13 orang. Mereka menyampaikan materi yang sangat bagus dan sangat memberkati karena membuka dan menambah wawasan saya seputar pelayanan misi. Melalui sesi-sesi yang dibawakan saya bisa melihat dengan lebih jelas lagi apa yang sedang Tuhan kerjakan di dunia saat ini.
Satu hal yang ditekankan dalam ICCC ini adalah pentingnya melihat pelayanan misi sebagai sebuah panggilan, artinya setiap orang percaya harus bersaksi dan wajib terlibat dalam pemberitaan Kabar Baik, karena kita semua adalah duta-duta Allah di dunia. Pelayanan misi juga harus dilaksanakan karena sebuah visi, bukan visi pribadi tapi visi yang berasal dari Allah, maka pelayanan misi kita pasti berhasil. Tapi pelayanan misi sering dianggap hanya sebagai suatu program, sehingga biasanya kita terjebak masuk pada program yang sedang “trend”, dan mulai menghitung untung-ruginya bagi diri pribadi. Selain itu, dijelaskan juga mengenai landasan dalam melakukan pelayanan misi yaitu kasih, di mana kita harus melihat setiap orang sebagai mana Tuhan melihat, artinya setiap manusia harus dipandang sesuai dengan gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26)
Sebuah kesaksian yang memberkati saya adalah sharing dari China mengenai perkembangan kekristenan di China saat ini. Visi mereka adalah menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus, tidak hanya untuk etnis mereka sendiri, melainkan untuk entis-etnis lainnya, agar mereka juga beroleh anugerah keselamatan. Masih banyak lagi berkat yang dibagikan dalam konferensi ini, tapi kalau saya ceritakan semua, blog ini bisa jadi panjang banget :).
Di sesi “Interest Group”, setiap peserta boleh memilih, sesuai dengan minat pribadi. Ada 4 “Interest Group” yang dibuka, dan masing-masing kelompok terdiri dari sekitar 25 peserta. Saya memilih kelompok 4, yang membahas tentang “Living Peacefully among Majority”. Apa yang disampaikan pembicara sangat menarik dan memberkati, karena melalui pelayanannya pembicara dapat membawa dampak yang baik bagi pekerjaan Tuhan.
Selain mendapatkan banyak pengajaran, saya juga mendapatkan teman-teman baru. Peserta konferensi ini sebagian besar kaum pria, yang wanita hanya sekitar 10 atau 15 orang saja. Pada saat “Coffee Break”, kita saling berbagi cerita seputar pelayanan masing-masing. Salah satu teman baru saya adalah calon utusan Injil yang akan melayani di salah satu negara di Asia. Saat ini ia masih terus belajar dan mencari informasi seputar negara tersebut. Ada juga peserta yang sebelumnya sudah saya kenal, tepatnya pada pelatihan “Conversational Evangelism” di Yogyakarta setahun yang lalu. Senang sekali bisa bertemu dengan rekan-rekan yang melayani misi di berbagai tempat.
Oya, dalam konferensi ini YLSA juga membuka “booth” bagi peserta yang ingin mendapatkan program SABDA dengan gratis. Tersedia juga flashdisk (USB) yang berisi bahan-bahan kekristenan dan Alkitab Audio dalam berbagai bahasa. Ada juga peserta yang mampir ke booth SABDA dan menjadi terheran-heran dengan apa yang telah dikerjakan YLSA. Mereka kagum dan bingung, bagaimana YLSA bisa melakukan pekerjaan yang sangat banyak ini. Luar biasanya, semua bahan dibagikan dengan gratis! Secara pribadi, saya hanya bisa menjawab, “semua dicukupkan oleh Tuhan.”
Wah, pokoknya senang banget deh, bisa mengikuti ICCC ini. Kiranya setiap peserta yang hadir di konferensi ini semakin diteguhkan dalam melayanai Tuhan di bidang misi.
Segala kemuliaan hanya bagi Dia.
Cetak tulisan ini
December 5th, 2011 - 14:43
Ikut bangga juga Solo bisa menyelenggarakan ICCC selepas peristiwa bom, dan YLSA juga turut memberkati para pelayan misi dengan bahan-bahan yang mendukung penginjilan.
Bisa dijelaskan prinsip-prinsip “Living Peacefully among Majority”, mbak Novi?
December 10th, 2011 - 09:17
Luar biasa, saya baru tahu ada acara yang saya rindukan telah hadir. Siapa lembaga yang bisa dikontak penyelenggaranya dan apakah hanya di solo saja? Thanks.
December 15th, 2011 - 11:54
@Dicky: Prinsip utamanya adalah kasih. Kita harus memandang orang lain seperti Allah memandang mereka. Untuk lebih jelasnya, bisa pinjam CD nya 🙂
@Syahdin: Untuk lembaga yang bisa dikontak, saya tidak tahu, karena acara ini merupakan konferensi internasional. GBU