Blog SABDA
27Jul/115

YLSA Ikut KKR Pemulung di Solo

Istilah “Kebaktian Kebangunan Rohani” (KKR), saya kenal pertama kali saat masih duduk di bangku SMU. Setahu saya, KKR biasanya diadakan di gereja. Namun pengalaman saya kali ini sangat berbeda. Tepatnya pada tanggal 7 Juni 2011, saya bersama dengan beberapa staf YLSA mengikuti KKR di rumah singgah pemulung — Persekutuan Biji Mata Yesus — karena KKR ini memang diadakan khusus untuk para pemulung.

Ini sungguh kesempatan yang sangat berharga karena saya belum pernah mengikuti KKR untuk para pemulung … acaranya akan seperti apa ya? Apakah mereka mau datang ke KKR ya? Atau apakah mereka akan lebih memilih untuk bekerja hingga larut malam? Saya sempat memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu … :). Acara ini sebenarnya sudah direncana jauh-jauh hari. Ibu Yulia sebelumnya menawarkan ke semua staf, apakah YLSA mau ikut terlibat untuk mempersiapkan acara KKR yang diadakan oleh STEMI ini. Kami tentu saja senang sekali kalau bisa dilibatkan, karena itu kami pun ramai-ramai mengumpulkan uang dan mulai memikirkan konsumsi apa yang nanti akan dibagikan untuk para pemulung yang hadir di malam KKR nanti. Tidak semua teman YLSA bisa ikut datang di KKR ini, tapi mereka ikut membantu mempersiapkan. Karena tidak sanggup masak sendiri — Pak Pujo berkata ada 150 orang pemulung yang akan hadir — maka kami pun memesan nasi bungkus. Tapi Novi, Fitri, mbak Mina, dan Ibu Reso tetap bertekad untuk membuat sendiri makanan cuci mulutnya, maka sore itu mereka sibuk di dapur YLSA untuk membuat agar-agar coklat. Kami senang karena semua persiapan KKR ini dikerjakan bersama-sama.

Acara KKR dimulai pukul 19.00 WIB, dibuka dengan doa oleh Pak Pujo — seorang hamba Tuhan yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melayani para pemulung. Saya pribadi sudah pernah berkenalan dengan Pak Pujo karena salah satu keponakannya yang tinggal bersama beliau adalah teman kuliah saya. Jadi, saat datang ke tempat KKR, saya menjumpai wajah-wajah yang tidak asing lagi karena pernah berjumpa dengan mereka sebelumnya. Saya duduk di deretan belakang dan membaur dengan peserta yang hadir. Ketika menyanyi lagu pujian, saya melihat mereka sangat bersemangat, meskipun ada beberapa yang tidak bisa/tidak hafal lagunya … 🙂

Pdt. Agus Marjanto, dari GRII Karawaci, Jakarta, datang bersama istri ke Solo adalah dalam rangkaian pelayanan KKR STEMI di Jawa Tengah. Selain melayani KKR untuk para pemulung ini, beliau juga melayani KKR untuk mahasiswa STT Berita Hidup, hamba-hamba Tuhan pedesaan di sekitar Solo, peserta Progsif Reformed Solo dan staf YLSA. Firman Tuhan yang disampaikan Pdt. Agus malam itu diambil dari Yohanes 5, tentang “Penyembuhan pada hari Sabat di Kolam Betesda”. Pada intinya, Pdt. Agus mengajak para pendengar untuk meresponi pertanyaan Tuhan Yesus, “maukah engkau sembuh?” Mereka dengan yakin dan bersemangat merespon pertanyaan Pdt. Agus dengan mengatakan “Amin”. Melalui firman Tuhan ini, saya juga mendapatkan pelajaran berharga bahwa sebagai anak-anak Tuhan, mari menaruh pengharapan kita hanya pada Tuhan Yesus dan meminta belas kasihan hanya pada Tuhan Yesus saja.

Saat keluar dari rumah persekutuan, saya terkejut karena ternyata di samping rumah tersebut berkumpul anak-anak yang juga sedang beribadah, yang dipimpin oleh Ev. Sari, istri Pdt. Agus. Mereka adalah anak-anak para pemulung bersama ibu-ibunya. Saya melihat ada banyak kertas yang diberi warna, “pasti tadi ada keterampilan mewarnai sekaligus belajar firman Tuhan bersama …” pikir saya. Tak lama kemudian, mereka berdoa bersama untuk menutup pertemuan malam itu.

Lain dari biasanya, staf YLSA malam itu tidak datang untuk mempresentasikan produk-produk SABDA, tapi untuk berbagi berkat makanan jasmani. Di bawah langit yang terang, kami berbaur bersama-sama menikmati makan malam nasi bungkus. Di tengah keakraban itu, saya mendapat kesempatan berbincang-bincang dengan seorang ibu yang mendapatkan kesembuhan dari Tuhan atas penyakit stroke yang dulu dideritanya. Seorang pemulung yang lain (Ucok) bercerita tentang kehidupannya yang menjadi semakin baik setelah mengenal Tuhan Yesus (kini, ia sudah menikah dan memunyai 1 anak). Saya sangat diberkati melihat kasih dan perbuatan Tuhan Yesus yang sungguh nyata bagi orang-orang yang sangat sederhana ini. Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan kita, Yesus Kristus.

Santi

Tentang Santi

Santi Lestari telah menulis 55 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (5) Trackbacks (0)
  1. Berkat Tuhan yang luar biasa. Pengalaman yang indah dan kiranya mendorong semangat yang hadir agar lebih lagi melakukan pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh untuk kemuliaan nama Tuhan.

  2. Amin.

    Memang pengalaman-pengalaman semacam ini semakin membuat kehidupan rohani saya juga bertumbuh. Selain itu, saya juga belajar untuk bisa melihat betapa berharganya kesempatan untuk bisa mendengarkan firman Tuhan dan berbagi dengan orang-orang yang tidak setiap saya temui.

  3. Sayangnya aku ngga bisa ikut, tapi membaca cerita ini, saya jadi ikut diberkati..

    Jia you! Mari terus semangat!

  4. semoga suatu hari nanti kami boleh jemput juga agar turut serta pelayanan ini…meski jauh tapi yakin tiada yang mustahil….


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.