yang_muda_yang_berkaryaPerkenalkan, nama saya Ami Grace. Di YLSA, nama panggilan saya adalah Ami. Saya termasuk staf yang terbilang baru, karena baru sekitar 4 bulan saya melayani di sini. Oh ya, sebenarnya saya lebih suka dipanggil Grace, sih. Tapi karena ada penghuni lain (baca: anjing di kantor) yang namanya hampir sama, hanya beda satu huruf saja. Yah terpaksa saya merelakan nama panggilan saya dipakai “si kecil” itu 🙂

Tahun 2009 adalah tahun yang penuh perubahan (dan tantangan) bagi saya. Bulan Juli tahun itu, saya lulus SMA. Senang rasanya karena lulus merupakan prioritas utama saya, dan juga jalan untuk saya masuk ke “dunia yang baru” (baca: universitas). Namun, karena satu dan lain sebab, saya sementara harus melupakan impian saya itu. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi. Terutama kalau mendengar teman-teman bercerita tentang kuliah mereka, saya semakin down. Tapi suatu saat saya sadar saya tidak boleh begitu terus. Maka daripada selalu merasa worthless, saya memutuskan untuk tetap bersyukur. Toh, hidup akan terus berjalan dan tidak akan berhenti karena hal itu, bukan? Sekarang saya sadar, bahwa itu adalah anugerah Tuhan yang terselubung bagi saya.

Akhirnya, saya “terdampar” di YLSA. Tapi bukan terdampar di pulau yang sepi, kosong, dan tidak menghasilkan apa-apa, saya justru menemukan pulau yang punya banyak “harta karun”. Di YLSA, saya belajar untuk melakukan hal yang selama ini tidak atau belum saya ketahui. Sedikit banyak sekarang saya tahu tentang cara memproses bahan — scan, edit, pasang bahan di situs. Sesekali saya juga ikut membantu meresensi buku. Selain itu, pada hari Jumat saya juga ikut membantu mengurus taman bacaan. Awalnya, saya kira saya akan membantu mengajar anak-anak yang sopan, lucu, dan lugu. Namun, ternyata kebalikannya 🙂 Saya baru tahu kalau anak-anak sekarang agresif sekali. Tapi tetap senang dan bersemangat. Karena belum pernah saya mengajar anak-anak dengan jumlah sebanyak itu. Satu lagi yang saya suka di sini, kebiasaan terbuka untuk menyampaikan pendapat. Biasanya, di persekutuan doa Senin atau training hari Jumat, setiap staf “dipaksa” untuk ngomong. Entah itu sharing atau komentar. Saya termasuk kelompok yang pasif. Namun di tempat ini, saya ditempa untuk menjadi pribadi yang dapat berpikir kritis. Saya rasa itu sangat membantu untuk meningkatkan pengenalan diri saya.

Oh ya, saya ini staf termuda di YLSA, lho. Tanggal 17 Januari lalu, umur saya genap 18 tahun. Hmm, jadi staf termuda sebenarnya biasa-biasa saja sih. Tidak ada yang memerhatikan saya secara spesial kok 🙂 Namun yang pasti, saya senang karena “kakak-kakak” di YLSA selalu siap sedia membantu di saat saya menghadapi kesulitan. Mereka juga ramah dan tidak sombong — seperti bayangan saya awalnya — walaupun mereka lebih berpengalaman dan memunyai titel di belakang nama mereka :>. Ada satu hal lagi yang hampir saya lupakan, saya bisa sampai di sini juga karena “andil” dari salah seorang staf — sekarang adalah mantan staf — yang adalah kakak saya sendiri. Bersyukur, karena pimpinan di sini pun menerima saya menjadi staf tetap. Padahal, saya sama sekali tidak ada bekal atau pengalaman kerja apa pun.

Saya ingin terus tetap berkarya dan melayani di sini. Saya mendapat banyak pelajaran berharga — yang mungkin tidak akan saya temukan di universitas — khususnya dalam pengenalan akan Tuhan secara lebih mendalam. Oh ya, doakan saya supaya tahun ini bisa menggapai impian yang dulu sempat tertunda ya ….

Ini pantun penutup dari saya:
Datang kebaktian dengan hati yang bersih
cukup sekian dan terima kasih …. 🙂