blogsabdaYayasan Lembaga SABDA (YLSA) — atau yang lebih akrab disebut dengan SABDA saja — saat ini sudah memiliki cukup banyak situs web, beberapa di antaranya memiliki blog, bahkan salah satunya, sebut saja SABDA Space, menjadi blog yang cukup populer dengan ratusan blogger, ribuan posting, dan puluhan ribu pengunjung setiap bulannya. Begitu pula In-Christ.Net yang mengikuti di belakangnya (dari sisi volume).

Lalu, mengapa kali ini kami meluncurkan sebuah situs blog yang lain lagi? Mungkin contoh-contoh berikut ini bisa memperjelas maksud saya.

Lihat saja blog liputan6 sebagai contoh pertama. Di sana, kita bisa membaca pemikiran para penulis, wartawan, dan kontributor Liputan 6 — acara andalan SCTV. Pengunjung diberi kesempatan untuk memberikan komentar mereka pada tulisan-tulisan yang topiknya beragam tersebut, mulai dari politik hingga tips dan trik. Bahkan, ada juga yang hanya sekadar memperkenalkan diri, seperti Bayu Sutiyono yang hanya mengirimkan satu posting pendek sejak November tahun lalu, namun sudah menuai lima ratus lebih komentar (sampai saat postingan ini ditulis), khususnya dari para wanita. Ah, seandainya saya setampan Bayu Sutiyono …!

Contoh lain dalam bahasa Inggris adalah situs blog Logos, Google, Mozilla, Meebo (yang biasa disebut meeblog), dan Washington Post. Masing-masing situs blog tersebut berbeda dan unik dengan caranya masing-masing. Logos lebih banyak memakai blognya sebagai sarana promosi dan update software mereka, kadang diselingi dengan berita dan gambar tentang kegiatan staf atau perkenalan staf baru. Google sangat teknis dan detail, dengan banyak screenshot dan video tutorial yang menarik. Mozilla banyak menampilkan pengumuman, bug fix, dan event-event menarik untuk komunitas mereka. Meebo tampil beda, dengan huruf kecil di mana-mana, kesan yang ditampilkan sangat casual dan informal, namun tetap informatif. Di sana, kita bisa mendapatkan info update terbaru atau penjelasan mengenai apa yang sedang mereka rencanakan, dalam paragraf-paragraf singkat dan bahasa yang segar dan sederhana. Sementara Washington Post, tampak paling profesional, dengan kategori-kategori untuk berbagai bidang yang diminati orang. Tidak heran, karena mereka memang sebuah surat kabar.

Namun, di tengah semua keberbedaan itu, ada kesamaan yang cukup mencolok, dan sekaligus menjadi salah satu daya tarik utama: semua blog tersebut ditulis oleh “orang dalam” alias stafnya. Di situs-situs blog itu, staf menulis sebagai diri sendiri, tapi juga sekaligus sebagai bagian dari divisi dan organisasi di mana dia berada. Ini berbeda dengan cara kuno sebuah organisasi yang menampilkan diri melalui Divisi Humas atau Purel (public relation), yang menangani semua urusan protokoler dengan publik, di mana semua interaksi berlangsung melalui hanya satu saluran. Di sini, komunikasi dengan “orang luar” terbuka secara luas. Staf dapat menulis apa saja yang mereka pikirkan, bahkan hal-hal yang bersifat pribadi, selama hal itu masih berkaitan dengan organisasi atau divisi mereka. Cara baru ini membuat organisasi menjadi tampak lebih transparan, lebih jujur, dan terbuka bagi orang luar. Mereka bisa mengintip proses kreatif yang sedang terjadi, bahkan ikut terlibat jika mereka menghendakinya. Jika organisasi klasik hanya dapat memberikan laporan pertanggungjawaban setelah proyek selesai, maka dengan cara ini, orang yang ingin terlibat dapat mengamati apa yang terjadi ketika proyek itu sedang berjalan. Inilah cara baru berorganisasi, cara 2.0 🙂

Meski demikian, sudah jelas bahwa blog bukan satu-satunya cara untuk menjadi YLSA 2.0. Ada banyak hal lain yang harus dilakukan. Tapi, setidaknya ini adalah tempat dan saat yang tepat untuk memulai sesuatu. Lihat saja, bahkan Pemerintah Kabupaten Cilacap pun juga mencoba membuat situs blog.